Daniel menarik Selya keluar rumah sakit menuju mobil. Masuk mobil Selya hanya diam, akhir akhir ini Selya sangat sensitif, sedikit saja ada sesuatu yang tidak berkenan dihatinya, maka ia akan cemberut dan diam. Seperti sekarang ini, tadinya ia ingin menghampiri pasien wanita itu, tetapi Daniel sudah terlebih dahulu menariknya.
Selya cukup penasaran dengan pasien itu, ia merasa mengenalnya. Selya hanya bisa menduga jika yang ia pikirkan itu tidak terjadi.
Mobil membelah jalanan kota New York dengan pelan. Selya memandang keluar, melihat gedung-gedung pencakar langit yang ia lewati.
"Daniel ayo pergi ke Time Square," ajak Selya. Pikirannya kini terisi dengan berbagai makanan yang berada di sana.
"Untuk apa? kita pulang saja ke rumah. Saat jam makan siang aku akan pergi kembali ke perusahaan." Daniel hanya ingin merehatkan pikirannya. Perkataan dokter tadi masih terngiang dipikiran Daniel. Mengumpat dalam hati mengutuk kebodohannya, seharusnya sebelumnya menanyakan kepada dokter, ia mencari tau terlebih dahulu. Jika ia tau ia tidak akan menanyakannya hal seperti itu. Sangat memalukan.
"Berburu makanan. Ayolah aku sangat ingin makan hot dog dan pretzel." Melihat Daniel yang terlihat fokus pada jalanan. Membayangkan kedua makanan tersebut masuk ke dalam mulutnya sudah membuat Selya meneguk air luirnya sendiri.
"Di rumah saja. Aku akan meminta Hera untuk menyuruh koki rumah membuatkannya untukmu." Selya diam. Daniel tidak ingin menuruti keinginannya. Selya ingin menangis rasanya, tapi ia tidak mengeluarkan air mata sedikitpun. Bingung dengan perasaannya sendiri. Dadanya sesak, ingin berteriak tapi tidak ada suara yang ia keluarkan. Cara ampuh agar Daniel menurutinya yaitu merengek. Ya, merengek jalan terbaik.
"Ayolah Daniel sekali saja. Kamu tidak perlahan loh, ngajak aku keliling kota selama menikah. Keluar pun hanya ke toko dan perusahaan selebihnya aku di rumah. Aku juga butuh perubahan suasana," rengek Selya. Benar, 'kan, apa yang Selya katakan. Daniel memang tidak pernah sekalipun mengajak Selya pergi kecuali ke perusahaan. Pergi makan malam berdua pun tidak pernah mereka lakukan.
"Di sana ramai sekali. Aku tidak mau kamu berdesak-desakan atau ada yang mendorongmu, lagipula makanan di sana belum tentu higienis. Baru kemarin makananmu diracuni. Aku tidak mau mengambil risiko." Mobil berhenti karena lampu lalu lintas berwarna merah.
"Siapa yang mengatakan di sana sepi? tidak ada, 'kan. Jangan bercanda kamu, tidak lucu! aku sedang kesal. Hiis ... Daniel ayolah, aku sangat ingin makan hot dog dan pretzel. Lidahku sangat ingin merasakannya," rengeknya lagi.
"Jangan mengatasnamakan anak kita yang menginginkannya. Sepertinya bukan dia tapi kamu," tuduh Daniel. Lampu lalu lintas berubah warna. Daniel segera melajukan kendaraannya.
"Jika tidak mau memenuhi keinginan ku, maka jangan salahkan aku bila aku tidak makan apapun, karena aku makan sesuatu yang bisa diterima olehnya," sungut Selya.
"Baby dengar tidak apa yang Daddy katakan. Kamu baik-baik ya di dalam, karena Mommy tidak berselera makan hari ini," monolog Selya kepada si janin.
Daniel menghembuskan nafas gusar. Ancaman Selya tidak main-main. Sekali berucap A maka Selya akan melakukannya. Tidak berpikir dampak yang akan diterimanya.
"Oke fine. Kita pergi ke sana," putus Daniel. Lelaki itu malas berdebat dengan istrinya.
Daniel memutar mobil menuju Time Square. Sampai di Times Square Selya melihat banyak sekali orang dari berbagai negara, sedang menikmati kemegahan kota New York. Gedung-gedung besar bertingkat serta papan-papan iklan yang terus menggoda setiap orang. Banyak sekali pertunjukan jalanan baik seni lukis, musik atau pun tarian. Daniel mengajak Selya mencoba hot dog dan pretzel di salah satu Food Cart yang mereka temui di Times Square.
KAMU SEDANG MEMBACA
I L Y
ChickLitCerita ini sudah tamat di NovelToon dengan judul dan cover yang sama. "Tiga kata yang inginku dengar, tapi mungkin itu hanya mimpi yang entah kapan akan terwujud, terus menanti dan menanti, bertahan pada sebuah keyakinan hati." Selya Lous. Kisah a...