Part 27

54 9 2
                                    

Fajar menyapa menenggelamkan sang bulan yang kembali ke peraduan. Pagi ini sesuai kesepakatan Selya diperbolehkan pulang dengan catatan harus bet rest selama beberapa hari.

Setelah menebus beberapa obat dan vitamin untuk Selya yang sudah berada di dalam mobil. Daniel segera memasuki mobil dan mengendarainya pulang ke rumah.

Selama menempuh perjalanan tidak ada dari mereka yang berniat membuka pembicaraan. Daniel yang sudah pasti tidak akan memulai pembicaraan dan Selya yang sibuk dengan pemikirannya sendiri. Hanya alunan musik yang mengiringi keheningan yang tercipta.

Mobil memasuki halaman rumah mewah tersebut. Daniel segera turun dan memutari mobil untuk membukakan pintu bagi Selya. Turun dari mobil Daniel tidak membiarkan Selya berjalan Ia menggendong Selya memasuki rumah.

Selya tidak menolak apa yang Daniel lakukan. Ia menerima dengan senang hati. Mungkin orang akan berpikir Ia memanfaatkan keadaannya yang sedang mengandung untuk lebih dekat dengan Daniel, tapi itu tidak salah bukan? Daniel suaminya, sudah sepantasnya dirinya menerima perhatian lebih dari sang suami bahkan dengan keadaannya saat ini yang sedang hamil.

Masuk ke dalam rumah. Mereka sudah di sambut oleh Mama dan Papa serta pelayan lainnya. Menyadari dirinya menjadi pusat perhatian Selya bersemu merah dan menyembunyikan wajah di dada Daniel, membuatnya dapat merasakan wangi tubuh sang suami yang membuatnya terbuai.

Daniel tidak membawa Selya ke kamar, melainkan Ia dudukan di sofa ruang keluarga, karena Ia tahu Mama akan memberikan beberapa nasihat untuk Selya. Ia juga melihat binar bahagia di mata Papa yang sudah sangat menantikan kehadiran anaknya.

"Huh ... Papa sangat bahagia mendengar kabar ini, Daniel. Papa akan segera menjadi kakek," pekik riang Papa ketika mereka semua sudah duduk.

"Pah ini ke 76 Papa mengatakan akan menjadi kakek, Mama sangat bosan." Mama melirik tidak suka ke arah Papa.

Selya yang melihat Papa sangat antusias menyambut kehadiran anaknya pun tersenyum bahagia. Anaknya yang belum lahir ini sudah mendapatkan banyak kasih sayang dan Selya akan tenang jika suatu saat nanti Ia akan meninggalkan anaknya, ketika Ia gagal mendapatkan ruang di hati Daniel.

Sebagai wanita Ia juga ingin mendapatkan cinta dari pasangannya. Namun, semua sikap yang Daniel berikan kepadanya membuat Ia berpikir Daniel mulai tertarik dengannya. Selama sebulan ini Daniel bersikap sangat hangat dan bersahabat. Jadi tidak salah bukan bila Ia berharap Daniel menaruh perasaan terhadapnya.

Selya tertampar kenyataan bahwa semua perhatian Daniel hanya karena Ia akan memberikan pria itu keturunan. Selya sudah memberikan tubuh dan hatinya untuk Daniel saat pertama kali pria itu menyentuhnya. Tidak dipungkiri cinta itu menyelinap hadir diantara Selya dan Daniel, tapi sayang cinta itu hanya dari Selya sedangkan Daniel entah bagaimana.

"Sayang kau melamun." Mama menyentuh lengan Selya membuat dia tersadar dari lamunannya.

"Tidak baik wanita hamil melamun." Selya meringis malu.

"Untuk sementara waktu kita pindah ke lantai bawah. Di kamar tamu, semua barangmu sudah dipindahkan di sana." Daniel memberitahu Selya mengenai kamar.

Selya menoleh memandang sang suami. Ia tidak mengira mereka akan pindah kamar padahal kamar Daniel sangat nyaman, rasanya Ia tidak pergi ke manapun.

"Aku ingin tetap di kamarmu," ucap Selya.

Daniel menggeleng. "Aku tidak ingin kamu naik turun tangga itu pasti melelahkan."

Selya tidak setuju. Ia hanya hamil bukan sakit kenapa harus pindah kamar, lagipula naik tangga tidak akan berpengaruh di saat usia kehamilannya masih muda. Ia tidak akan merasa lelah. Daniel terlalu posesive, membuat Selya tidak menyukainya.

"Tidak mau aku ingin tetap di atas," rengek Selya.

"Ma...," panggilnya meminta bantuan.

"Benar kata Daniel, Sayang. Lebih baik kalian di kamar bawah saja. Ada banyak hal menguntungkan jika kamar kalian di bawah. Misalnya jika kamu merasa lapar tengah malam, jarak dapur tidak terlalu jauh dan terpenting kamu gak akan menuruni tangga saat keadaan gelap, kalau salah pijak bagaimana?" Mama berusaha memberi penjelasan kepada Selya.

Selya diam ingin menyangkal tapi tidak bisa. Ia sadar bila mendebat Mama tidak akan ada hasilnya. Ia mengangguk samar setelah beberapa saat terdiam.

"Hera saya harap kamu dapat memberikan penjelasan pada pelayan lainnya. Saya juga berharap kalian dapat menjaga sikap, karena perasaan ibu hamil sangat labil." Papa bertitah kepada Hera dan pelayanan yang berada di sampingnya.

"Baik tuan." Hera menunduk paham.

Daniel pamit untuk membawa Selya istirahat. Ia kembali menggendong Selya, meskipun tadi sempat mendapat protes. Pada akhirnya Selya tetap menurut.

Tiba di kamar Daniel membaringkan tubuh Selya di atas ranjang dan menyelimuti tubuhnya.

Selya mendengus. "Kamu memperlakukan aku seperti orang sakit."

"Jangan protes ingat pesan dokter," ucap Daniel.

"Sikapmu yang seperti ini membuatku berharap padamu," Secara lugas Selya berkata.

"Sudah aku peringatan dari awal untuk tidak melibatkan perasaan," sarkas Daniel.

"Kamu yang membuat perasaan itu tumbuh semakin berkembang dan aku tidak bisa menghentikannya."

"Lupakanlah aku tidak akan mungkin membalas perasaan. Jangan menyiksa dirimu sendiri dengan menerima rasa sakit."

"Kamu memberiku waktu 2 tahun untuk berada di kehidupanmu. Waktu 2 tahun itu sekarang sudah berkurang satu bulan, dari itu aku ingin kamu bersikap selayaknya suami kepada istri setidaknya selama aku ada di sini sebagai istrimu."

"Apa yang coba kamu katakan."

"Beri aku cinta selama menjadi istrimu. Perlakukan aku seperti istri sungguhan tanpa melihat kita pernah menandatangani kesepakatan."

"Kenapa aku harus melakukannya?"

"Suatu saat nanti aku akan pergi sesuai kesepakatan kita, tapi setidaknya aku memiliki kenangan manis bersamamu."

Sesaat mereka saling berpandangan. Larut dalam tatapan mata yang mengisyaratkan sebuah kepedihan.

"Aku akan mencobanya." Daniel memutuskan pandangan dari Selya.

Dalam kurun waktu tersebut. Aku akan berusaha merubah kesepakatan kita, akan aku buat dirimu mencintaiku dan takut kehilangan diriku. Aku tidak egois sebagai istri aku berhak mendapatkan cinta suaminya. Gumam Selya.

Daniel mendapat telpon dari kantor, meminta dirinya untuk datang pada meeting kali ini, karena pihak yang ingin bekerja sama tidak menyetujui jika meeting dipimpin oleh Varo.

Daniel segera beranjak meninggalkan Selya, tetapi saat akan membuka pintu kamar Daniel menghentikan gerakannya dan berbalik menghadap Selya.

"Kamu bisa mulai dari sekarang," pinta Selya.

Daniel melangkah menghampiri Selya dan mendaratkan kecupan di kening Selya.

"Aku pergi jaga baik-baik dirimu. Aku akan segera kembali," katanya lembut, kemudian meninggalkan kamar.

Selya tersenyum senang atas perlakuan Daniel. Ia menantikan momen seperti ini tercipta dan mulai sekarang Ia akan mendapatkan perlakuan manis dari Daniel.

Selya mengelus pelan perutnya yang masih rata.

"Baby ayo bantu mommy untuk mendapatkan cinta sebenarnya dari daddy." ucapnya seakan anaknya akan mendengar apa yang Selya katakan.

***
Happy reading.

Menurut kalian Selya harus bagaimana? Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan vote and comment. Krisarnya juga selalu aku tunggu loh.

Salam sayang dari aku.

I L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang