Daniel memandang wanita yang duduk berhadapan dengan dirinya. Daniel muak harus menghadapi wanita bernama Winda dengan segala kebusukannya. Dulu boleh saja Ia terperdaya dengan sikap lembutnya, tapi sekarang Ia tidak akan jatuh pada lubang yang sama lagi. Cukup sekali dan tidak akan mengulang kembali. Namun, entah bagaimana dengan Selya istrinya. Akankah dia sama dengan wanita dihadapannya atau sebaliknya.
Winda dengan topeng wajahnya kembali untuk memikat Daniel, sayangnya Daniel yang sudah tahu akal busuk Winda hanya berekspresi datar menanggapi segala perkataan yang keluar dari mulut si pengkhianat. Winda tak lebih dari pengkhianat menurut Daniel.
"Sayang kau percaya padaku, 'kan?" Berpura-pura sedih.
"Berhenti Winda." Winda membatalkan niatnya untuk mendekati Daniel.
"Sayang," lirihnya memandang sendu wajah sang mantan kekasih yang tentunya hanya sebuah kebohongan.
"Di antara kita sudah selesai kau bisa keluar," desis Daniel tidak suka.
"Aku bisa menjelaskannya." Winda tak pantang menyerah.
"Tidak dan silakan berbalik menuju pintu keluar," desak Daniel.
"Kau tidak bisa memperlakukan aku seperti ini sayang. Ini sangat menyakitkan, aku hanya korban di sini seharusnya kau tahu itu," tangis Winda tersedu-sedu.
Bullshit semua yang winda lakukan dan katakan hanya kepura-puraan saja demi bisa kembali memasuki hati Daniel yang Ia khianati. Ingin sekali Daniel melontarkan semua yang Ia pendam selama ini, tetapi belum saatnya Ia melakukannya.
Winda sudah kehabisan akal untuk membujuk Daniel. Pria dihadapannya ini tidak sama seperti dulu yang bisa meleleh hanya karena air matanya. Daniel sudah berubah seratus persen, sifatnya yang ramah kini sudah sirna tergantikan oleh sifat dingin nan datarnya. Daniel boleh saja menolak cara pertama Winda dan akan Winda pastikan cara selanjutnya akan berhasil.
"Sayang sekarang aku akan pergi dan besok aku akan kembali," ujar Winda bangkit dari kursi.
"Oh ya aku tahu kau masih sangat mencintaiku seperti dulu." Winda tersenyum meninggalkan Daniel.
Membuka pintu Winda dikejutkan dengan kehadiran seorang wanita yang tingginya di bawah dia. Berdiri membawa bekal makan siang di tangannya. Winda menatap heran ke arah wanita dihadapannya.
Dia siapa? Kenapa ada di sini? Dia ingin menemui siapa? Sekelebat pertanyaan itu muncul dipikiran Winda. Semua terjawab ketika Daniel mempersilahkan wanita yang dipanggil Daniel dengan sebutan Selya. Mungkin itu Namanya. Batin Winda.
Tunggu! Seingat Winda Daniel tidak dekat dengan wanita manapun selain Kiran sang sekretaris, lantas siapa wanita itu? Apakah dia istri Daniel? Gumam Winda.
Jika benar wanita itu istri Daniel, maka Winda harus mengambil tindakan untuk menyingkirkan hambatannya. Tidak perduli bagaimana perasaan wanita itu yang Ia ingin hanya kembali kepelukan Daniel tanpa ada yang mengusik. Winda tersenyum membayangkan rencana yang akan Ia lancarkan segera, kemudian berjalan keluar meninggalkan kantor Daniel.
Sedangkan Selya yang sedang menyiapkan makan siang Daniel hanya terdiam dengan pikirannya sendiri. Wanita yang keluar dari ruangan suaminya mungkinkah kekasih sang suami? Wanita tersebut memanggil suaminya dengan sebutan sayang. Apakah pantas bagi seorang pria yang sudah menikah dipanggil seperti itu oleh wanita lain dan kenapa suaminya seolah buta dengan keadaan, seakan menutup mata tidak melihat apa yang terjadi barusan.
Ingin sekali Selya bertanya tapi Ia urungkan, ini bukan urusannya Ia hanya harus fokus membuat sang suami jatuh cinta kepadanya, meskipun dadanya sesak dengan fakta yang Ia dapat. Selya mengingat pembicaraan Daniel dan Varo yang membicarakan Winda. Mungkinkah wanita tadi Winda kekasih suaminya yang sangat dicintai oleh Daniel.
Sekarang setelah Winda kembali. Apakah Daniel akan terus mempertahankan dirinya atau kembali dengan kekasihnya. Di sini Selya yang menjadi orang ketiga di antara sepasang kekasih bukan korban perselingkuhan sang suami. Sikap seperti apa yang akan Selya lakukan.
Daniel diam memandang Selya yang tengah bergelut dengan pikirannya sendiri. Istrinya mungkin memikirkan wanita yang keluar dari ruangannya, dilihat dari raut wajah selya yang menunjukkan keseriusan sesekali menggeleng dan mengangguk. Daniel pun hanya membiarkan Selya dengan segala dugaan sang istri terhadap dirinya.
"Kau sudah menatanya di sana, kenapa di pindah lagi? Kapan aku bisa makan kalau begitu," cerca Daniel yang mulai jengah dengan Selya yang menukar posisi makanan tanpa henti.
Selya berhenti ketika menyadari suara Daniel yang terdengar kesal. Ia merutuki kebodohannya bagaimana mungkin Ia terhanyut memikirkan wanita tersebut, sedangkan suaminya kelaparan menunggu makanan yang Ia bawa dihidangkan.
"Maafkan aku," sesal Selya.
Selya selesai menghidangkan makanan untu Daniel. Ruangan pun seketika sepi hanya terdengar gesekan piring dann sendok yang saling beradu, setelah Daniel selesai dengan makanannya. Selya mulai membereskan peralatan yang Ia bawa, Daniel pun kembali berkutat dengan berkasnya.
"Emm ... siapa wanita tadi?" tanya Selya memecah keheningan yang tercipta di antara mereka.
"Siapa."
"Wanita yang keluar dari ruanganmu," papar Selya.
"Ooo ... dia Winda."
Dugaan Selya benar, wanita itu Winda yang kata Varo adalah kekasih suaminya.
"Dia kekasih mu?" Selya memalingkan wajah.
"Kata siapa?" Heran Daniel.
"Tidak."
Biarkanlah jika Selya berpikir Winda adalah kekasihnya, itu pilihan terbaik karena Daniel tak ingin memberikan harapan apapun kepada Selya.
"Aku harap kau bisa pulang lebih awal. Mama dan Papa menunggumu." Tetap memalingkan wajah.
"Kau berbicara dengan siapa." Memandang sang istri.
"Di sini tidak ada siapa pun selain dirimu," ucap Selya.
"Jika bicara tatap matanya, arah pandangmu pada tembok, aku kira kau berbicara dengannya," ejek Daniel.
Selya menengok memandang suami. "Wahai tuan Daniel yang terhormat cepat selesaikan pekerjaanmu dan pulanglah lebih awal. Paham."
Huft ... suasana hati Selya memburuk kembali. Hari ini Ia sudah dibuat kesal dan bimbang akan perasaannya.
"Tetap di sini, aku akan segera selesai dan kita akan pulang bersama," cegah Daniel melihat Selya hendak beranjak dari sofa.
Selya menurut kembali duduk. Ia memilih menyibukkan dirinya dengan ponsel karena Daniel yang juga kembali dengan tumpukan berkas.
Hingga tidak terasa jarum jam cepat sekali berputar dan kini menunjukkan jam 4 sore. Daniel melirik Selya yang tertidur dengan tangan sebagi bantal. Ia mulai membereskan semua berkas yang berserakan di atas meja.
Daniel memiliki menggendong Selya menuju mobil dari pada membangunkan istrinya. Ia cukup mengerti pasti Selya lelah dengan keadaan hari ini. Namun, siapa sangka setelah di tempatkan di kursi penumpang Selya terbangun dari tidurnya.
Daniel yang baru saja memasuki kursi kemudi pun sedikit terperangah.
"Apa aku membangunkanmu?" tanya Daniel melajukan kendaraan roda empat tersebut.
Selya menggeleng. "Tidak."
"Saat kau menggendong aku, sebenarnya aku sudah bangun," ucap Selya dengan suara khas bangun tidur.
"Kenapa tidak membuka mata?"
"Sengaja, aku ingin merasakan berada dipelukanmu," senyum Selya.
"Apakah setiap malam tidak cukup kau berada dipelukanku?" Pipi Selya bersemu merah mendengar perkataan sang suami.
"Ahhh ... kenapa kebalik seharusnya aku yang menggodamu," ujar Selya.
"Kau sudah menggodaku setiap malam."
Blus ... pipi Selya kembali merah.
***
Happy reading.
Hai semua I L Y up terbaru. Bagaimana untuk part ini? Kasih krisarnya yah jangan lupa vote and komen.
Salam sayang dari aku

KAMU SEDANG MEMBACA
I L Y
ChickLitCerita ini sudah tamat di NovelToon dengan judul dan cover yang sama. "Tiga kata yang inginku dengar, tapi mungkin itu hanya mimpi yang entah kapan akan terwujud, terus menanti dan menanti, bertahan pada sebuah keyakinan hati." Selya Lous. Kisah a...