Part 35

42 5 3
                                    

Sadarkah Daniel jika perkataannya itu membuat kerja jantung Selya menjadi lebih cepat. Selya akan sangat bahagia bila yang diucapkan Daniel berasal dari lubuk hati terdalam pria itu dan Selya akan sangat kecewa bila itu hanya sebatas di bibir.

Kebahagiaan Selya sebagai wanita sangat sederhana. Ia hanya ingin di cintai dan mencintai. Sesederhana itu, tetapi sepertinya Daniel tidak akan mewujudkan keinginan tersebut. Selya meraih tangan Daniel yang membelai rambutnya. Digenggamnya tangan besar Daniel. Menatap manik mata sang suami.

"Kamu membuatku semakin jatuh ke dalam lembah bernama cinta, tanpa berniat menarikku kembali ke permukaan. Kamu membuatku begitu bodoh akan cinta. Membuat aku terbang setinggi tingginya, kemudian dihempaskan bagai kapas yang ringan terbawa hembusan angin tak tentu arah. Perasaan ku bukan batu karang yang tetap berdiri kokoh meski terus diterjang ombak laut. Adakalanya aku lelah dan menyerah. Apa kamu akan mengejarku saat fase itu datang. Tidak bukan, maka jangan terlalu membuatku berharap sesuatu yang tidak pasti." Kalimat tersebut meluncur begitu saja dari bibir Selya.

Berharap Daniel bisa mengerti akan peran mereka dalam pernikahan ini. Mengingatkan kembali seperti apa pernikahan yang mereka jalani. Sakit? Ya. Sangat sakit, bagi seorang wanita mendapat balasan cinta dari pasangan mereka adalah sesuatu yang sangat membahagiakan. Jalan takdir yang penuh kerikil ini membuat Selya ingin menyerah saja. Perjuangannya belum membuahkan hasil apapun. Mengubah hati Daniel tidak semudah membalikkan telapak tangan. Membutuhkan perjuangan ekstra hanya demi bisa mendapat perhatian kecil darinya.

Mata Selya sudah berkaca-kaca. Memikirkan masa depan yang sudah menanti dirinya untuk melihat betapa pedihnya masa itu, menyakitkan bagi dirinya meninggalkan orang yang sangat ia cintai demi kebahagiaan yang semu.

Daniel menarik tangannya dan menghapus air mata yang jatuh melewati pipi mulus Selya.

"Suatu saat nanti aku akan pergi untuk selamanya dari hidupmu. Menitipkan sebuah nyawa yang harus selalu kamu jaga dan sayangi karena aku tidak ada untuk memberi kedua hal tersebut. Aku akan pergi membawa kenangan yang aku buat selama ini dengan kalian." Mengelus perutnya dengan tetap memandang Daniel.

Daniel hanya diam mendengarkan semua yang ingin Selya katakan. Selama ini Selya memendam perasaan sendiri tanpa ada niat berbagi, sekalipun dengan Mama. Biarkan kali ini wanita dalam rengkuhannya ini mengeluarkan segala beban yang ia tanggung.

Air mata Selya mengalir dengan deras, meski tanpa suara isakan, tapi Daniel tau betapa sakitnya perasaan Selya. Wanita yang dulu begitu ia benci karena menerima perjodohan dengan dirinya. Wanita yang sempat menghina dirinya. Kini terlihat begitu rapuh.

"Seperti yang kamu bilang. Dia anak kita. Buah cinta kita. Meski aku tidak yakin kamu mencintaiku. Akan tetapi dia tetap akan menjadi cahaya di hidup kita. Sayangi dia saat aku pergi nanti. Menikahlah dengan wanita pilihanmu dan berikan anak kita kasih sayang seorang ibu. Aku ini ibu yang jahat, sebelum dia melihat dunia pun aku sudah berniat pergi darinya." Selya semakin terisak. Tak pernah terbayangkan dalam hidupnya ia akan meninggalkan anaknya.

Sempurnanya seorang wanita adalah ketika ia menjadi seorang ibu. Menjadi ibu adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan kepada setiap wanita. Melihat anak yang selama sembilan bulan berada dalam rahimnya terlahir dengan sehat, tangis pertamanya yang menggetarkan hati seorang ibu, tingkah lucunya yang membuat gemas. Betapa bahagianya seorang ibu.

"Bila suatu hari anak kita menanyakan keberadaan ibunya, katakan saja aku sudah tiada. Katakan jika aku sangat menyayangi dirinya. Jangan sekalipun kamu memberitahu kebenarannya, dia akan sangat kecewa dan akan membenciku. Aku tidak bisa hidup dengan kebencian anakku sendiri." Selya menggeleng membayangkan akan berada di posisi itu.

Pemikiran Selya sudah terlalu jauh. Membayangkan sesuatu yang belum terjadi sama saja ia mendahului takdir. Rencana Tuhan selalu indah pada waktunya.

Daniel diam memandang wajah istrinya yang sudah memerah karena menangis. Berkali-kali ia menghapus air mata Selya. Semakin Daniel melakukannya semakin deras tangis Selya. Setelah beberapa menit tidak ada yang Selya ucapkan hanya suara tangis yang mengisi kamar.

"Sudah selesai dengan ocehanmu. Sekarang bisa aku bicara? Jangan terlalu terpaku pada masa depan sampai kamu kehilangan apa yang kamu punya sekarang, Selya. Belum tentu masa depan yang menantimu sesuai dengan apa yang kamu bayangkan."

"Kamu tau aku pernah merasakan dikhianati oleh seseorang. Aku pernah memberi cinta yang begitu tulus pada seseorang. Akan tetapi, cinta itu lah yang membuatku terpuruk dalam sebuah kesedihan. Cinta menurutku hanya ilusi, untuk apa aku memiliki sesuatu yang hanya akan lenyap." Ini kalimat terpanjang yang Selya dengar dari Daniel.

Pria dihadapannya kini ternyata memendam sebuah misteri yang belum Selya ketahui. Ia pikir kehidupan Daniel tidak pernah mendapat masalah. Pria seperti Daniel pasti sempurna hidupnya baik dari segi materi atau wanita. Namun, Daniel berbeda ... kehidupannya dulu begitu menyedihkan.

"Sekarang cinta bagiku tidak ada artinya. Aku tidak mengenal lagi apa itu cinta. Hatiku sudah beku dan anti akan cinta, tetapi kamu tau kamu berhasil menggetarkan hatiku kembali, tingkahmu itu berbeda dengan wanita lain. Di saat dirimu mengalami kecelakaan aku takut kehilanganmu, aku takut tidak bisa mendengar ocehanmu lagi, tetapi saat dokter menyatakan dirimu hamil hati ku bersorak senang."

Kecelakaan itu mengubah perspektif Daniel terhadap Selya terlebih kabar gembira itu membuat perasaannya berubah. Dari saat itu Daniel berjanji pada dirinya sendiri untuk menjaga Selya.

"Aku tidak bisa memastikan apakah aku mulai jatuh cinta kepadamu. Karena aku sudah lupa rasanya jatuh cinta. Namun, bisakah kamu berjuang sekali lagi untuk mendapatkan cinta dariku. Aku tau aku bukan pria yang harus kamu perjuangkan. Aku ...." Selya menghentikan ucapan Daniel. Ia tidak sanggup mendengar perkataan yang akan Daniel ucapkan.

Berjuang seperti apa lagi yang Daniel maksud. Berjuang untuk mengubah hati Daniel yang beku dan tak tersentuh dengan yang namanya cinta, sangat sulit. Namun, cinta adalah pengorbanan, 'kan. Terlebih lagi ia pun masih sangat mencintai suaminya. Menyerah sekarang adalah pilihan yang sangat tidak tepat, lagipula Daniel sudah memintanya untuk berjuang sekali lagi. Maka Selya akan mencobanya.

"Beri aku sedikit cahaya dalam kegelapanmu, agar aku bisa percaya adanya sebuah harapan," ucap Selya.

"Aku tidak bisa menjanjikan apapun kepadamu saat ini, tetapi aku akan mengatakan 3 kata yang akan membuatmu tidak akan berpaling dariku. Maka berjuanglah mendapatkanku," ujar Daniel.

"Apa kamu menantang diriku?"

"Sudahlah, sekarang lebih baik kamu bangun dan membersihkan diri. Kita akan ke rumah sakit." perintah Daniel.

"Kamu pandai juga ya dalam berkata-kata. Apa kamu mempunyai dua kepribadian?"

"Kamu belum mengenal diriku ya. Bersiaplah untuk melihat sikapku yang lain."

***
Happy reading.

Astaga alay banget 🤧 part ini. Maafkan aku kalau gak nyambung di part sebelumnya. Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote, like, and comment.

Salam sayang dari aku.

I L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang