Di sebuah apartemen terdapat seorang wanita yang tengah tersennyum licik membayangkan rencana yang akan Ia lakukan terhadap sasarannya. Rencana yang akan melibatkan banyak perasaan di dalamnya. Pengorbanan dan perjuangan untuk bisa kembali seperti dulu sebelum Ia mengacaukan segalanya. Ia akan kembali bertindak mengambil hati seseorang yang telah Ia hancurkan sedemikian rupa. Tidak ada sedikit pun penyesalan yang terpancar dari matanya. Ia sudah dibutakan oleh ambisi yang begitu besar tersirat dalam setiap sorot matanya.
Pria yang duduk memandang sang wanita hanya bisa menggeleng. Melihat tingkah sang wanita yang terlewat nekat itu membuatnya sedikit kasihan, bagaimana pun Ia pernah dibutuhkan oleh wanita dihadapannya, bukan hanya itu Ia juga pernah menetap di hati sang wanita. Namun, karena keserakahan dan keegoisan wanitanya Ia lebih memilih mundur. Membuat jarak yang tak terlihat di antara mereka berdua. Sang wanita yang menghilang entah kemana meninggalkan tanya dalam benak sang pria dan kini kembali dengan seenaknya meminta bantuan sang pria tanpa sungkan.
"Aku sudah kembali dan akan ku perbaiki semua yang telah ku hancurkan meski harus mengorbankan salah satu hubunganku." Si wanita memandang layer ponsel mengabaikan keberadaan sip ria yang duduk diam dengan pakaian formalnya.
"Katakana apa yang akan kau lakukan?" tanya pria yang duduk diam.
"Sesuatu yang sangat beresiko." Melirik dengan ekor matanya disertai senyum menyungging.
"Jangan coba kau usik masa lalu dan jangan berani melibatkan aku di dalamnya," ucap pria dengan suara beratnya.
"Kau harus terlibat karena kau bagian dalam masa lalu yang berperan sebagai pemeran tambahan. Hahaha ...." Tawa sang wanita memenuhi ruangan tersebut.
"Shiiit ... Kau belum berubah Arawinda Zhafran. Kau licik dan egois. Kau wanita yang penuh dengan misteri. Ingat ini urusan kita di masa lalu sudah selesai, kisah kita sudah tamat tanpa ada season 2. Jadi berhenti mengusik kehidupanku saat ini!" geram pria tersebut.
Arawinda Zhafran wanita yang bertahun-tahun lalu menghilang ditelan bumi. Sekarang kembali membawa sebuah siasat. Arawinda atau biasa dipanggil Winda kekasih Daniel pada masa lalu. Ia wanita serakah akan segala hal termasuk pria. Ketika sudah memilki Daniel dirinya juga memiliki hubungan dengan pria lain.
"Kenapa sayang? Kau tidak suka dengan kehadiranku?" Winda mendekati pria tersebut sedikit menggodanya dengan menjilat bibirnya sendiri.
"Brian Fulton seorang pria yang dulu sangat mencintaiku, melakukan segala hal untuk dapat membahagiakan seorang Winda dan akhirnya aku campakkan. Hahaha" Tawanya sungguh membuat Brian muak.
Pria yang sedari tadi berhadapan dengan Winda adalah Brian Fulton. Ia sahabat Daniel tapi Ia merasa iri terhadap sahabatnya itu karena dalam segi bisnis maupun wanita Daniel selalu unggul dalam kedua hal tersebut. Membuat Brian menyusun rencana untuk menghancurkan kehidupan sempurna Daniel. Mulai dari merebut kekasih sang sahabat hingga membuat perusahaan mereka bersaing ketat.
Semua berantakan tak kala Winda juga menipu dirinya. Persahabatannya hancur dan kondisi perusahaannya diambang kebangkrutan, tapi Ia bersyukur bisa kembali dari masa kelamnya berkat seorang wanita yang kini sudah menjadi istrinya.
"Kau iblis Winda. Cuih ... kau bahkan tak lebih dari seorang pelacur hanya demi uang." Brian meludah dihadapan Winda.
Winda menggeram marah. "Berani main-main denganku, 'kan ku bunuh istri kesayanganmu!"
"Tergores sedikit saja 'kan aku pisahkan kepala dari tubuhmu itu!" ancam Brian.
"Wow ... menakjubkan kau telah berubah banyak ternyata." Winda tersenyum tipis.
"Aku tidak akan melukai istrimu itu bila kau mau bergabung denganku untuk mendapatkan kembali Daniel." Winda menawarkan kesepakatan dengan Brian.
"Sudah aku bilang aku tidak mau terlibat dengan pikiran sesatmu itu!" seru Brian.
"Tenanglah," kata Winda mengelus dada Brian yang naik turun karena amarah.
"Hanya kau yang bisa membantuku saat ini. Maka dari itu aku meminta bantuanmu. Kau tak perlu khawatir, aku tidak akan mencelakai istrimu jika kau mau membantuku. Simpel saja kau bantu aku dan istrimu aman," jelas Winda.
Brian menimang perkataan Winda. Sedikit hatinya terselip sebuah kekhawatiran terhadap istrinya. Ia sangat mencintai istrinya dan Ia tidak akan terima jika ada seseorang yang melukainya. Brian bimbang antara harus mengikuti Winda atau bertahan pada pendiriannya. Wanita selicik Winda tidak dapat dipegang perkataannya.
"Aku menolak dan ku pastikan kau masuk penjara karena telah mengancam diriku!" bentak Brian dan bangkit dari duduknya melangkah meninggalkan Winda.
"Baiklah jika kau menolak. 'kan aku beritahu sesampainya kau di rumah maka kau hanya akan mendapatkan jenazah istrimu bersimbah darah," ucap Winda terkekeh kecil memandang layar ponselnya yang menampilkan sebuah rekaman.
Brian mematung tubuhnya kaku dengan sekali gerakan Ia membalikkan tubuhnya menghadap Winda. Berjalan cepat dan meyambar ponsel tersebut. Matanya membulat sempurna melihat kejadian dalam rekaman tersebut di mana sang istri diikat dengan pistol yang di arahkan tepat di kepalanya. Istrinya menangis ketakutan dalam video tersebut, meraung minta tolong dengan menyebut nama brian di setiap helaan nafasnya.
Melihat betapa tersiksanya sang istri membuat Brian marah, melempar ponsel tersebut dengan keras hingga pecah berkeping-keping. Matanya memerah dan tangannya sudah berada di leher Winda, mencekik wanita iblis yang sudah membuat istrinya mengeluarkan air mata.
"Uhuk uhuk bre-ng-sek uhuk le-pas-kan," katanya terbata-bata memegang tangan Brian yang mencekiknya kuat.
"Apa yang kau lakukan!" bentak Brian murka.
"Is-tri-mu ma-ti." Brian semakin kuat mencekik Winda hingga wanita tersebut terlihat sulit bernafas barulah Brian melepaskannya.
Winda terduduk lemas di lantai dengan memegang lehernya yang terasa sakit. Memicing ke arah pria yang membuat dirinya akan bertemu maut.
"Fine aku turuti kemauanmu!" seru Brian.
Winda tersenyum mendengar keputusan Brian. Langkah awalnya sudah terlaksana. Menjerat Brian untuk membuka jalan bertemu Daniel meski harus mendapat luka di leher akibat cengkraman Brian yang begitu kuat. Tidak apa, kemudian Ia harus membuka jalan kedua agar bisa memasuki hati Daniel kembali yaitu Varo Mateo.
"Good ... pilihan yang bagus," kata Winda.
"Sekarang lepaskan istriku." Brian berkata tegas.
Tidak mau membuat Brian kembali marah Winda berjalan menghampiri laci dan mengambil benda berbentuk pipih. Ternyata ponsel yang dihancurkan Brian hanyalah alat untuk menggertak Brian. Winda menelpon orang suruhannya untuk melepaskan wanita yang mereka sandra dan mengantarkannya pulang dengan selamat tanpa terluka sedikitpun.
"Katakana apa yang harus aku lakukan," ujar Brian mengontrol emosinya.
"Sabar sayang jangan terburu-buru kita nikmati kebersamaan ini terlebih dahulu," goda Winda.
"Aku tidak punya banyak waktu untuk meladeni wanita sepertimu, jadi cepat katakan!" Brian berseru.
"Oke kau hanya perlu mengaku pada Daniel jika semua yang terjadi di masa lalu hanya salah paham. Katakana bahwa aku tidak terlibat dalam situasi kalian, aku hanya korban keegoisan dirimu," terang Winda.
"Sama saja kau mengambing hitamkan aku!"
"Semua butuh pengorbanan, Bri. Jadi kau harus nurut atau istri ...."
"Shiiit gak usah melibatkan dia," geram Brian.
"Hanya perlu mengakui saja dan semua kelar. kamu bisa hidup tenang," kata Winda.
"Aku peringatkan, akan sulit masuk kehidupan Daniel kembali karena dia sudah menikah, Win."
"Tenang saja itu urusan kecil."
"Meskipun aku mengakui kamu tidak terlibat. Daniel tidak akan percaya dengan mudah."
"Brian tenang saja aku bisa mengurus wanita yang dinikahi Daniel,"
Termasuk menyingkirkan dia dari sisi Daniel untuk selama-lamanya, semua akan berjalan sesuai keinginanku. Batin Winda.
***
Happy reading.Siapa yang nunggu kelanjutan I L Y? Ayo angkat kaki ehh salah angkat tangan maksudnya hehe. Krisar kalian selalu aku tunggu dan jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan vote and komen yah.
Salam sayang dari aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I L Y
ChickLitCerita ini sudah tamat di NovelToon dengan judul dan cover yang sama. "Tiga kata yang inginku dengar, tapi mungkin itu hanya mimpi yang entah kapan akan terwujud, terus menanti dan menanti, bertahan pada sebuah keyakinan hati." Selya Lous. Kisah a...