Part 14

49 16 2
                                    

Salahkah jika Selya mengartikan tindakan Daniel pagi ini terhadapnya adalah awal untuk membangun hubungan baik. Salah jika Selya mulai berharap Daniel menginginkannya. Salah jika Selya berharap Daniel mulai menerima keberadaannya. Tidak Bukan. Namun, semua yang Selya pikirkan memanglah hanya sebuah kesalahan karena sikap yang ditunjukkan Daniel ternyata memiliki tujuan tertentu.

Awalnya Selya berpikir untuk menjadikan pernikahan ini selamanya, tetapi setelah berpikir ulang Ia ragu akan pemikirannya, dari awal pertemuannya dengan Daniel. Selya sudah menebak bahwa pernikahan yang akan Ia jalani akan terasa berliku. Ketakutan ada di dalam hatinya.

Saat itu Selya sudah akan beranjak meninggalkan kantor. Akan tetapi, Selya lupa untuk memberitahu Daniel agar pulang lebih awal karena orang tuanya akan tiba nanti malam. Ia berbalik menuju ruangan Daniel, setelah keluar lift Selya tidak melihat keberadaan Kiran, maka Selya memberanikan diri menemui Daniel, lagipula tidak ada salahnya Ia menemui suaminya.

Pintu ruangan Daniel sedikit terbuka sehingga melalui celah Selya dapat melihat Daniel dan seorang pria yang sedang terlibat perbincangan. Ternyata tindakan yang Selya lakukan untuk mendengar perbincangan kedua pria tersebut adalah sebuah kesalahan. Andai waktu bisa diulang Ia tidak ingin kembali dan mendengarkan perbincangan yang sangat menyakiti hatinya.

Dimana sang suami sendiri yang menyakiti hatinya dengan perkataan yang menusuk sampai ke dasar lubuk hati.

"Aku lihat ada perempuan yang keluar dari sini, siapa?" tanya pria dihadapan Daniel.

"Selya," balas Daniel.

"Dia istrimu, 'kan? kenapa tidak mengenalkan aku padanya?" pria tersebut terlihat antusias.

"Untuk apa? dia hanya sementara," kata Daniel.

"Kau tidak ada niatan untuk memperkenalkan dia sebagai istrimu terhadap semua karyawan?" tanya pria tersebut.

"Dia hanya alat untuk tujuanku, lagipula memperkenalkan dia tidak akan merubah sesuatu," Daniel berkata datar.

"Apa kau masih belum bisa melupakan Winda?"

*Deg

"Apakah Daniel memiliki kekasih?" batin Selya*.

"Sudah aku bilang jangan pernah mengatakan namanya dihadapan ku!" seru Daniel terpancing amarah.

"Kenapa tidak. Dia kekasih yang sangat kau cintai, 'kan." Senyum terbit di bibir pria tersebut.

"Varo!" marah Daniel mencengkeram kerah kemeja Varo.

"Kenapa? perkataanku tidak salah bukan. Kau sangat mencintainya atau sekarang kau sudah mencintai istri kontrakmu?" Varo memiringkan kepalanya tersenyum puas melihat kemarahan Daniel.

"Aku tidak akan mencintainya sampai kapanpun, kalau bukan karena tuntutan untuk memiliki pewaris aku tidak sudi menikahi wanita licik seperti dia!" Tatapan mata Daniel menyiratkan kebencian.

"Berarti kau masih mencintai Winda." Varo tersenyum.

Cukup sudah Selya mendengar perbincangan kedua pria tersebut. Ia tidak bisa mendengar kalimat yang akan dilontarkan Daniel. Begitu rendah dirinya di mata Daniel. Ia hanya dianggap sebagai alat oleh suaminya sendiri.

Selya melangkah mundur menjauh perlahan dari ruangan Daniel. Menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara, berlari sejauh mungkin dengan derai air mata

Keluar dari gedung perusahaan Ia segera memasuki mobil yang akan membawa dirinya pulang ke rumah keluarga Haston. Rumah yang akan memberi Selya begitu banyak penderitaan. Selya diam memandang rintikan hujan yang turun membasahi jalanan melalui kaca mobil seakan langit tau betapa sedihnya Selya. Bahkan air matanya dengan setia mengalir tanpa henti.

I L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang