Part 33

43 8 0
                                    

Tidak ingin membuat Daniel semakin penasaran mengenai apa yang Selya ucapkan. Ia pun meminta Daniel untuk membawanya pulang. Lebih baik Daniel tidak mengetahui apapun tentang surat berbunga mawar hitam itu. Mulai saat ini Selya harus berhati-hati karena bukan hanya Winda yang merencanakan hal buruk padanya, tetapi ada orang lain juga yang berniat sama.

Daniel mengiyakan ajakan Selya. Mereka keluar dari toko, bersamaan dengan Ara dan Lisa yang ingin masuk.

"Anda akan pulang, Nona." Lisa memandang Selya.

"Iya, aku juga titip toko pada kalian dan untukmu Lisa, terimakasih sudah menolongku tadi. Jika tidak ada kamu, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padaku," ucap Selya membalas tatapan Lisa.

"Untuk beberapa hari Selya tidak akan hadir. Saya mempercayai kalian bisa mengurus toko ini." Ujar Daniel.

Keputusan Daniel sebenarnya berat untuk Selya. Ia merasa tidak perlu sampai harus tidak datang ke toko karena kejadian ini. Protes pun pasti Daniel tidak akan mendengarkannya. Turuti saja kata Daniel, suami selalu tau yang terbaik untuk istri.

Setelah berpamitan kepada kedua karyawannya. Selya dan Daniel menuju mobil dan mengendarainya pulang ke rumah.

Kebiasaan baru Selya yaitu mendapat elusan dari Daniel di perutnya. Selya selalu menginginkan agar Daniel mengelus perutnya saat mereka hanya berdua seperti sekarang ini.

"Daniel jangan berhenti, terus dielus ihh." Memukul pelan tangan Daniel yang hanya menempel tanpa memberi usapan.

"Aku sedang menyetir, nanti saja ya kalau sudah berada di rumah," bujuk Daniel.

"Kalau tidak berminat, lebih baik tidak usah." Menyingkirkan tangan Daniel.

Daniel tidak menolak ketika Selya menyingkirkan tangannya, ia fokus dengan jalanan di depannya, sedangkan Selya sudah cemberut karena Daniel tidak berusaha untuk membujuknya kembali.

Tiba di rumah Selya meninggalkan Daniel di belakang. Ia masih merasa kesal dengan suaminya. Kejadian di toko pun sudah tidak ia ingat.

"Mama di sini loh kok dilewatin gitu aja, itu bibir kenapa manyun gitu, kurang belaian?" Selya berhenti dan melihat Mama.

"Mama ihh jangan di godain. Aku lagi kesal sama anak laki-laki Mama itu," curhat Selya.

"Kesal bagaimana jelaskan." Daniel tiba-tiba menyaut perkataan Selya.

"Au ah." Selya masuk ke kamar.

Mama meminta penjelasan dari anaknya. Ia tidak mau rumah tangga anaknya mengalami selisih paham. Meskipun wajar dalam rumah tangga ada perselisihan, tetapi mencegah lebih dari mengobati, bukan.

"Engga Daniel elusin perutnya jadi ngambek," sautnya.

Mama tersenyum kecil. "Si baby lagi kangen sama ayahnya. Sudah sana samperin menantu Mama, awas yah kalau Selya nangis. Mama masukin lagi kamu ke perut nanti."

Candaan sang Mama sudah sering Daniel dengar, tapi baru kal ini Daniel mendengar candaan mama yang sangat tidak masuk akal. Menyahut Mama pasti tidak akan ada akhirnya. Lebih baik Daniel membujuk Selya.

"Daniel ke kamar dulu, Ma. Nanti kalau pesanan Daniel sampai, suruh Hera antar ke kamar ya," pesan Daniel sebelum meninggalkan Mama.

Daniel memutar handle pintu. Masuk kamar hal yang ia dengar adalah suara Selya yang sedang muntah. Ia pun masuk ke kamar mandi. Melihat Selya di depan wastafel dengan kepala menunduk Daniel menghampirinya dan mengurut pelan tengkuk Selya.

Hoek hoek

Selya memuntahkan semua makanan yang ia makan pagi tadi. Tenaganya terkuras habis untuk muntah, bahkan sekarang ia seperti ingin pingsan. Sangat lemas.

I L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang