Daniel dan Selya sudah tiba di Bandara Internasional John F. Kennedy dan saat ini mereka sudah berada dalam mobil yang akan membawa mereka menuju kediaman keluarga Haston. Selya menurut saja dengan apa yang Daniel lakukan, toh Dia masih harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Setelah menempuh perjalanan yang memakan waktu sekitar satu jam akhirnya mereka sampai di rumah keluarga Haston. Di dalam mobil Selya terpaku memandang bangunan yang ada di hadapannya sekarang, seakan tak percaya apa yang Ia lihat. Bangunan megah dengan pilar yang berdiri kokoh bak istana itu sungguh memanjakan mata. Bila depannya saja seperti ini lantas bagaimana dengan isi yang ada didalamnya.
Setelah mobil berhenti, Daniel segera turun kemudian disusul Selya. Mereka berjalan memasuki rumah megah tersebut dimana mereka sudah disambut oleh kepala pelayan yang bernama Hera beserta beberapa pelayan lainnya.
"Selamat datang, Tuan Muda." Hera menunduk sopan.
Daniel mengangguk. "Bawa masuk barang-barang saya."
Daniel berlalu meninggalkan Hera, memasuki rumah yang diikuti Selya dari belakang. Tak banyak yang Selya lakukan sedari tadi Ia hanya mengikuti langkah suaminya. Setibanya di ruang keluarga Daniel mendudukan tubuhnya di single sofa. Sementara, Selya berdiri dengan mata menerawang setiap sudut rumah dengan berbinar seakan menunjukkan betapa kagumnya Ia pada rumah ini.
"Apa kau akan terus berdiri." Daniel menatap Selya.
"Ehh ...."
Selya tersadar dengan apa yang Ia lakukan, segera Ia duduk. Beberapa saat Hera dan beberapa pelayanan memasuki rumah dengan beberapa koper di tangan mereka.
"Baiklah semua dengarkan, Saya," ucap Daniel kepada pelayan.
"Perkenalkan ini Selya, Dia istriku." Daniel menatap Selya.
"Selya ini kepala pelayan." Daniel menunjuk Hera.
Hera tersenyum kearah Selya. "Saya Hera, Nona. Saya yang bertanggung jawab atas semua pelayan di sini."
"Saya Selya, senang bertemu dengan kalian semua." Senyum Selya.
"Untuk apa Daniel memperkenalkan ku, setelah tujuannya tercapai pasti Ia akan mendepakku dari sini," batin Selya.
"Hera antar Selya ke kamar dan bawa semua barang itu," ujar Daniel.
"Kau akan kemana?" tanya Selya cemas. Bukan apa-apa hanya saja Selya masih baru di sini dan Ia tidak mudah beradaptasi dengan orang baru seperti Hera. Ia hanya bisa mengandalkan Daniel saat ini.
"Aku ada keperluan sebentar," katanya
"Kau tak perlu cemas, Hera orang yang baik," lanjut Daniel
"Mari, Nona ikut saya." Hera berujar.
Selya ragu, tetapi tidak mungkin Ia terus bergantung pada Daniel yang notabennya suami sementara. Haha sungguh lucu takdir Selya, menikahi pria yang tidak mencintainya dan membawa jauh dirinya dari orang terkasih.
Selya berdiri mengikuti Hera dari belakang yang berjalan ke arah tangga. Mungkin kamarnya berada di lantai dua, pikir Selya.
Setelah Selya menaiki tangga Bersama Hera. Daniel segera berdiri meninggalkan ruang keluarga dan mengendarai mobilnya sendiri, membelah keramaian kota New York.
Sementara itu, Selya sudah ada di hadapan kamar yang akan Ia tempati mulai saat ini.
"Nona, ini kamar Tuan Daniel." Hera membuka pintu kamar.
"Kamar Daniel?" Heran Selya. Ia berpikir akan pisah kamar dengan Daniel, ternyata tidak.
"Iya, Nona. Mari masuk," ajak Hera
"Kalian taruh koper itu di sudut kamar," titah Hera kepada pelayan yang membawa barang majikannya.
"Istirahatlah, Nona. Akan saya susun barang anda ke dalam lemari." Hera tersenyum lembut.
"Ehh ... tidak perlu aku bisa menyusunnya sendiri." Selya berkata.
"Baiklah, Nona. Saya akan keluar." ucap Hera.
"Hera ... terima kasih."
"Sudah kewajiban saya, Nona," ujarnya.
***
Happy reading ... kritik dan sarannya aku tunggu. Berbagi ilmu itu perbuatan yang mulia. Jadi jangan sungkan kalo ada yang mau berbagi pengetahuan.
Salam sayang dariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I L Y
ChickLitCerita ini sudah tamat di NovelToon dengan judul dan cover yang sama. "Tiga kata yang inginku dengar, tapi mungkin itu hanya mimpi yang entah kapan akan terwujud, terus menanti dan menanti, bertahan pada sebuah keyakinan hati." Selya Lous. Kisah a...