Part 31

45 10 0
                                    

Daniel datang hampir menjelang malam. Padahal toko sudah tutup dari satu jam lalu. Selama itu Selya harus menunggu Daniel, Ia berterimakasih karena ke dua karyawannya bersedia menemani sehingga Ia tidak merasa kesepian.

"Terimakasih sudah menemani istri saya," ujar Daniel kepada Ara dan Lisa. Setibanya di sana.

Mereka hanya mengangguk. Setelah berpamitan kepada Ara dan Lisa. Mobil pun segera meninggalkan toko. Di dalam mobil hanya terjadi perbincangan ringan.

"Aku hanya makan separuh dari porsi," kata Selya.

"Kenapa tidak dihabiskan," Daniel sesekali melirik Selya.

"Aku mual, itu saja sudah habis separuh, lain kali aku tidak mau makan itu lagi," cemberut Selya.

"Aku pastikan kamu akan memakan itu selama masa kehamilanmu."

Selya tidak menanggapi perkataan Daniel. Menolak pun pasti Daniel tidak akan mendengar ucapannya. Selagi itu baik untuk anaknya, maka akan Daniel lakukan.

Selya mengulurkan tangannya di samping Daniel

"Ulurkan tanganmu," pinta Selya.

"Untuk apa tanganku. Aku sedang menyetir," kilah Daniel.

"Issh sini tangannya," kesal Selya.

Meraih tangan Daniel, setelahnya Ia menuntun tangan Daniel menuju perutnya. Telapak tangan Daniel mendarat sempurna di perut Selya yang terbalut kemeja.

"Baby ingin dielus sama Daddy," senyum mengembang di bibir Selya.

Daniel sekilas melihat Selya, kemudian kembali fokus pada jalanan. Tangannya bergerak kaku mengusap perut Selya. Ada sesuatu yang menggelitik hatinya. Sesuatu yang pernah Ia rasakan, tetapi sudah Ia kubur sangat dalam. Hatinya, apakah hatinya mulai luluh terhadap Selya. Apakah pemikirannya mengenai wanita berubah karena Selya. Sikap dan tingkah Selya selama menikah dengan dirinya tidak ada yang aneh. Semua terlihat biasa saja.

Usapan lembut tangan Daniel membuat Selya mengantuk. Hatinya yang sedari tadi resah berangsur membaik. Sepertinya ini ikatan antara anak dan ayah. Anaknya ingin menyatukan kedua orang tuanya, meski harus sedikit menyulitkan dirinya.

Jarak antara toko dan rumah tidak terlalu jauh sehingga tidak memerlukan waktu yang lama bagi mereka sampai di rumah.

"Sayang kamu baru pulang?" Mama menghampiri Selya yang baru saja masuk.

"Iya, Ma." Jawab Selya.

"Ya sudah, sana kamu mandi, nanti Mama panggil untuk makan malam."

Selya meninggalkan Mama. Ia memutar handle pintu kamar dan masuk. Selya segera menuju lemari untuk mengambil pakaian dan memasuki kamar mandi. Daniel yang melihat Selya memasuki kamar mandi lebih memilih mengistirahatkan tubuhnya.

Cklek

Pintu kamar mandi terbuka. Tubuh Selya merasa lebih segar setelah diguyur air.

"Daniel mandilah. Aku akan membantu Mama di dapur."

"Kamu istirahat saja. Jangan terlalu lelah. Ada banyak pelayan yang membantu. Mama juga pasti mengerti kondisimu,"

Selya menggeleng. Dirinya di sini sebagai menantu tidak baik jika Ia berdiam diri sementara mertuanya sibuk melakukan sesuatu. Ia akan dianggap tidak sopan. Terlebih Ia tidak ingin menjadi beban bagi keluarga suaminya.

Daniel yang melihat Selya keluar kamar hanya pasrah. Istrinya itu sangat keras kepala. Padahal Ia hanya ingin yang terbaik untuk Selya. Daniel bangkit dan masuk kamar mandi.

I L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang