Tamu undangan terus berdatangan silih berganti menghadiri acara resepsi yang diadakan disalah satu hotel bintang lima, tak lupa juga untaian ucapan selamat dan do'a mereka sematkan terhadap sepasang suami-istri tersebut.
Tak seperti pengantin kebayakan yang memancarkan aura kebahagiaan di wajah mereka. Pengantin baru ini lebih terkesan tegang dan datar walau senyum selalu menghiasi bibir mereka tepatnya mempelai wanita yang selalu tersenyum ramah menyalami para tamu.
"Duduklah jika kau lelah." Suara Daniel yang terkesan datar membuat selya menoleh dan menatap suaminya itu dengan mata bertanya.
"Kau berbicara denganku?" Jangan salahkan selya bertanya seperti itu karena sedari tadi suaminya itu tak berbicara sedikitpun, Ia hanya ingin memastikan pendengarannya tidak salah.
"Kau kira aku bicara dengan siapa selain dirimu!"
"Heh?" Selya mengerjapkan matanya beberapa saat sebelum dia menduduki bangku yang telah disediakan, tetapi sebelum pantatnya menyentuh bangku orang tua Daniel atau sekarang mertua selya mendatangi mereka.
"Selamat sayang ... kau sudah menjadi menantu keluarga Haston anggap kita adalah orang tuamu," ucap mama tersenyum tulus yang membuat Selya merindukanmu sosok ibunya.
"Jaga Selya baik-baik, Son. Kami percaya padamu." Papa menatap Daniel dalam dan tersenyum.
"Secepatnya beri kami cucu ya sayang." Mama menatap Selya dan Daniel bergantian kemudian tersenyum jahil.
"Akan kami usahakan, Ma." Daniel menjawab dengan santai dan datar.
"Apa katanya tadi ... usahakan ... oh good apalagi ini bahkan aku masih belum percaya aku sudah menikah," batin Selya bersuara.
"Baiklah Mama dan Papa akan menemui tamu yang lain." mama bersuara lagi dan menyetak Selya dari lamunannya.
Acara selesai hampir mendekati tengah malam para tamu mulai meninggalkan acara satu persatu dan sekarang tersisa para pelayan yang bertugas membersihkan sisa acara resepsi
"Bicara apa saja kau dengan ayahmu hingga lama sekali kembali?" Pertanyaan itu memasuki pendengaran Selya dengan jelas. Ternyata suaminya itu tengah berbaring di atas ranjang hotel sambil memainkan handphone.
Setelah acara selesai Selya berbicara sebentar dengan ayahnya sebelum masuk kamar.
"Hanya melepas kepergian putrinya," jawab Selya sekenanya kemudian melangkah memasuki kamar mandi tanpa melirik sedikitpun kearah suaminya.
Sesaat kemudian Selya keluar kamar mandi sudah lengkap dengan piyama tidurnya. Ia mulai berjalan mendekati ranjang dan siap merebahkan tubuhnya ke kasur yang empuk sebelum mata itu terpejam pernyataan Daniel membuat Selya menegang
"Ini surat kontrak nikah kita. Kau harus tandatangani dan baca setiap poinnya," katanya sembari menyodorkan dokumen tepat di wajah Selya.
Selya menatap heran ke arah dokumen itu kemudian menatap Daniel tanpa berkedip, Ia terkejut dan bertanya tanya.
"Apa maksud semua ini, kenapa harus ada kontrak nikah, apa sebenarnya yang Daniel inginkan?" pertanyaan itu melintas di benak Selya.
"Apa maksudmu Daniel?" Akhirnya pertanyaan hanya itu yang Selya katakan.
"Kau akan mengerti setelah membaca kontrak ini," katanya kembali menyodorkan dokumen.
Dengan berat hati Selya duduk ditepian ranjang dan mulai membaca kontrak secara teliti terkadang Ia menyerngitkan dahi kemudian membacanya kembali setelahnya Ia menatap Daniel dengan serius.
"Apa apaan ini Daniel! aku tak mau menandatanganinya!" ucap Selya dengan nafas memburu dan mata berkaca kaca bahkan dokumen dalam genggamannya pun sudah Ia remas ujungnya.
"Aku tak meminta pendapatmu, tapi memerintahmu, " kata Daniel datar
"Ayah bilang aku akan bahagia, tapi apa ini belum sehari aku menikah. Namun, sudah diberi kontrak. Kontrak yang menyatakan aku harus mengandung dan melahirkan anak Daniel, sungguh ini konyol. Tanpa ada kontrak ini pun itu kewajibanku sebagai istri tapi kenapa harus ada kontrak? " batin Selya bertanya.
"Aku tidak mau melakukannya!" Selya berseru dengan suara bergetar dan wajah memerah.
"Cepat tandatangani! Aku sudah membantu ayahmu dan sebagai imbalannya kau harus melakukan apa yang tertulis di kontrak itu! mengandung dan melahirkan anakku itu mudah anggap saja ini sebagai balas budimu!" Bahkan suaranya sudah naik satu oktaf. Kemarahan Daniel menguap, kesabarannya sudah habis, Ia lelah fisik dan pikiran dan sekarang Daniel tak bisa mentolerir keras kepala Selya.
"Balas budi katamu!" Amarah Selya tersulut, Ia mendongakkan wajahnya untuk melihat manik mata suaminya.
"Hanya 2 tahun setelah kontrak berakhir kau bisa melanjutkan hidupmu, bahkan aku memberimu komisi dan tentang hak asuh anak akan jatuh padaku," ucapan Daniel secara tidak langsung menampar kesadaran Selya, Ia sadar akan posisinya yang hanya alat untuk membantu perusahaan ayahnya.
"Kau sungguh tidak punya hati. Kau pria datar tanpa ekspresi. Kau cuek dan dingin. Akhh ... dibagian mana aku harus tandatangan katakan!" kata Selya dengan nafas terengah-engah menahan emosi dan air mata.
Melihat itu Daniel segera memberi bolpoin dan menunjukkan letak Selya harus tandatangan, setelah selesai Selya memberikan dokumen tersebut kepada Daniel dan langsung merebahkan dirinya di atas kasur. Menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Daniel dapat melihat selimut itu bergetar menandakan sang empu tengah menangis tertahan. Daniel bangkit dari ranjang dan menyimpan dokumen itu ke dalam lemari kemudian berjalan menuju balkon kamar. Menatap langit dan menghirup udara dalam-dalam seakan Ia membutuhkan pasokan oksigen lebih banyak lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
I L Y
Genç Kız EdebiyatıCerita ini sudah tamat di NovelToon dengan judul dan cover yang sama. "Tiga kata yang inginku dengar, tapi mungkin itu hanya mimpi yang entah kapan akan terwujud, terus menanti dan menanti, bertahan pada sebuah keyakinan hati." Selya Lous. Kisah a...