Sejak Selya mengutarakan niatnya untuk bekerja dan siap memenuhi satu syarat dari Daniel, seminggu setelahnya Daniel memberi sebuah toko bunya untuk istrinya. Tempat yang Dipilih Daniel sangat strategis dan banyak peminatnya, jaraknya pun tidak jauh dari perusahaan Daniel, katanya agar bisa pergi dan pulang bersama sekaligus Daniel mengawasi sang istri. Sudah satu bulan Selya mengelola toko bunganya dengan di bantu dua karyawan wanita dan semua berjalan lancar.
Akan tetapi, selama dua minggu ini Selya selalu mendapat surat yang berisi ancaman tanpa nama disertai bunga mawar hitam, isi surat pun selalu tertulis untuk pergi dari kehidupan Daniel. Jika ditanya apakah Daniel tahu? Tidak! Selya selalu membuang surat tersebut bahkan kedua karyawannya pun tidak ada yang tahu. Selalu saja kurir yang mengantar dan harus Selya sendiri yang menerima surat, maka dari itu Selya bungkam, Ia pikir mungkin surat candaan, tapi bila ditelaah. Mana ada surat candaan bila isinya ancaman dan jika surat salah sasaran bagaimana mungkin selama itu. Apa tujuan pengirim menulis surat itu.
Sedangkan Daniel sangat jera setiap hari harus menghadapi rayuan Winda untuk kembali padanya, bahkan ketika Daniel mengatakan sudah menikah. Winda seakan tidak perduli akan status Daniel. Wanita itu sangat gencar mencari perhatian dengan setiap hari mengunjungi Daniel. Namun, hanya penolakan yang selalu Winda terima.
Winda pun meminta bantuan pada Varo untuk membujuk Daniel, meskipun selalu gagal tapi dasar Varo yang sudah jatuh kepesona Winda sehingga selalu menurut apa yang wanita itu katakan. Pernah sekali Varo datang ke ruangan Daniel bersama Winda, tetapi karena Daniel yang sudah sangat muak akhirnya meminta petugas keamanan untuk mengusir wanita itu tanpa mendengar perkataan Winda terlebih dahulu.
Siang ini Selya berada di toko, terlihat wanita itu sedang menata beberapa bunga pada rak yang dibantu Ara, sedangkan Lisa sedang melayani pembeli. Ara dan Lisa merupakan karyawan yang dipilih Mama untuk membantu Selya agar tidak kelelahan.
"Apakah Anda baik-baik saja, Nona. Anda terlihat pucat hari ini," Ara melihat wajah Selya yang tampak pucat, terdapat pula lingkaran hitam di bawah cekungan matanya, apalagi Selya yang tidak menutupinya dengan make-up membuat wajah pucatnya sangat terlihat.
"Tidak aku hanya sedikit pusing saja," balasnya.
Sudah beberapa hari ini Selya merasakan badannya tidak enak, tidurnya pun selalu gelisah hingga Selya hanya tertidur beberapa jam saja, ditambah lagi kepalanya yang sakit dan mual di pagi hari. Membuat Selya sangat tidak bersemangat menjalani hari.
"Sebaiknya Anda istirahat saja," Saran Ara melihat Selya memijit pelipisnya.
"Mau saja belikan makanan untuk makan siang, Nona?" tanyanya kemudian.
"Lidahku terasa pahit, kau bantu saja Lisa melayani pembeli sepertinya Ia kewalahan, lagi pula aku akan makan bersama Daniel." Selya menatap beberapa pembeli yang datang.
Ara mengangguk paham, kemudian pergi membantu Lisa. Rasa sakit menghantam kepala Selya membuatnya harus berpegangan pada dinding untuk menyeimbangkan tubuhnya kembali. Mungkin benar apa yang Ara katakan agar dirinya istirahat. Ia beranjak dari tempatnya memasuki ruang yang khusus untuk Selya.
Sekarang selya sudah tidak lagi membawa bekal makan siang untuk Daniel. Biasanya selya akan mengajak Daniel makan siang bersama atau ketika salah satu dari mereka sibuk, maka hanya mengirimkan makanan. Mengenai winda, selya tidak menghiraukan keberadaannya yang setiap hari berada di perusahaan Daniel, melainkan Ia lebih menunjukkan keromantisan dirinya dengan Daniel agar wanita itu berhenti menemui suaminya. Tidak salah bukan? Daniel suaminya sudah sewajarnya jika Selya ingin menjauhkan orang ketiga dari rumah tangganya.
Drrt ... drrt ... drrt.
Ponsel selya bergetar di atas meja, diambilnya ponsel tersebut yang terdapat panggilan masuk dari Daniel. Menggeser ikon berwarna hijau dan menempelkan tepat ditelinga.
"Iya," jawab Selya.
"...."
"Kau saja yang ke sini."
"...."
"Jangan terlalu lama aku menantimu."
"...."
"Sudahlah jangan bercanda. Cepat kemari."
Tut ....
Telpon dimatikan secara sepihak oleh Daniel membuat Selya menggerutu kesal. Daniel akan makan siang bersama Selya dan saat ini dia sedang menuju ke toko bunga untuk menjemput sang istri. Selya yang berdiam diri di dalam toko membuat dirinya bosan Ia pun keluar dari ruangannya dan melihat Ara dan Lisa yang sedang menyantap buah-buahan.
"Mari nona makan bersama kami," ajak Lisa menyadari keberadaan bosnya.
"Kalian makan apa?" Melihat ke arah piring yang terdapat potongan buah-buahan.
"Ini buah nona. Saya membelinya di toko sebrang karena saya lihat di etalase buahnya sangat menggiurkan," ujar Lisa.
Selya hanya mengangguk mengerti. Selya tergiur melihat buah yang masuk ke mulut Lisa terlihat sangat enak, apalagi buah manga yang sedikit asam membuat Lisa memejamkan mata. Selya meneguk air liurnya sendiri membayangkan sensasi yang akan Ia rasakan ketika memakan buah mangga.
Ara melihat tatapan sang bos yang mengarah pada Lisa seakan paham apa yang diinginkan Selya. Ara berdiri dan merapikan pakaiannya yang sedikit kusut.
"Kau mau kemana, Ra?" tanya Selya.
"Anda sepertinya menginginkan buah nona, maka saya berniat membelikannya untuk Anda." Bersiap pergi dari toko.
"Tidak perlu aku bisa membelinya sendiri. Kau di sini saja menghabiskan makananmu," senyumnya.
Ara menolak. Namun, bukan Selya kalau tidak keras kepala. Akhirnya Ara mengalah dan duduk kembali. Sementara Selya sudah berlari keluar, menengok kanan kiri dan mulai menyebrang untuk membeli buah yang diinginkan. Sampai di sana Selya dengan antusias memilih berbagai macam buah, setelah membayar Ia pun kembali ke toko. Namun, baru beberapa langkah keluar dari toko sebuah motor melaju dengan kecepatan tinggi menyambar tubuh Selya yang akan menyebrang.
Srrt ....
Selya terserempet motor yang membuatnya terjatuh dan buah yang Ia beli berserakan di jalan. Orang yang menyaksikan kejadian tersebut menghampiri Selya yang terbaring dipinggiran jalan. Selya yang syok atas apa yang menimpanya hanya bisa mendengarkan suara orang yang mengerubungi dirinya. Tangan Selya turun memegangi perutnya yang terasa nyeri, diremasnya perut Selya karena rasanya yang sangat sakit. Diambang batas kesadarannya sayup-sayup Selya mendengar suara Daniel sebelum awan hitam merenggut kesadaran Selya. Matanya tertutup dan remasan pada perutnya pun berangsur melemah. Selya pingsan.
Daniel yang baru saja tiba di toko Selya. Terheran melihat orang yang berkumpul dipinggir jalan. Dadanya berdegup kencang ketika melihat wajah Selya yang merintih kesakitan di tengah kerumunan. Ia berjalan menghampiri Selya dan mengangkat kepalanya agar bertumpu pada Daniel. Menyebut nama Selya dengan suara yang bergetar sesekali menepuk pipi sang istri agar tetap tersadar. Namun, secara perlahan Selya menutup matanya membuat Daniel semakin panik.
Daniel segera menggendong Selya menuju mobilnya dan mengemudikannya secara brutal. Perasaannya semakin campur aduk tak kala Ia melihat ada darah yang keluar melalui sela-sela kaki Selya, membuatnya menginjak gas semakin dalam.
***
Happy reading.Waah part ini membingungkan ya. Duh maafkan aku. Jangan lupa vote and comment ya. Krisar dari kalian pun selalu aku tunggu.
Salam sayang dari aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I L Y
ChickLitCerita ini sudah tamat di NovelToon dengan judul dan cover yang sama. "Tiga kata yang inginku dengar, tapi mungkin itu hanya mimpi yang entah kapan akan terwujud, terus menanti dan menanti, bertahan pada sebuah keyakinan hati." Selya Lous. Kisah a...