Part 13

54 19 2
                                    

Daniel memasuki Gedung Perusahaan D'Hast dengan langkah lebar. Karyawan yang melihat atasan mereka segera menunduk sopan. Sepanjang perjalanan menuju ruangannya Daniel hanya memasang wajah tanpa ekspresi, setiap sapaan yang dilontarkan karyawannya hanya Ia balas dengan anggukan saja. Pemandangan seperti ini sudah biasa dilihat oleh para karyawan sehingga tidak heran bila atasan mereka hanya memberi respon begitu dingin.

Daniel memasuki ruangan yang bertuliskan Chief Executive Officer. Melepas jas dan menggantungnya pada coat rack, kemudian duduk pada kursi putar dibalik meja kebesarannya. Ia menyandarkan punggung pada kursi dengan memijat pangkal hidungnya serta memejamkan mata.

Tok tok tok

Pintu diketuk dan masuklah seorang wanita muda yang bernama Zanna Kirania yang biasa dipanggil Kiran. Ia adalah asisten Daniel selain Varo.

"Selamat pagi, Pak. Saya mengantarkan dokumen untuk meeting." Kiran meletakkan dokumen di atas meja.

Daniel memandang dokumen tersebut. "Baiklah, kau bisa keluar."

Karin menunduk sopan dan mulai melangkah meninggalkan ruangan sang atasan. Daniel mengambil dokumen yang Kiran letakkan di atas meja, membaca lembar demi lembar dokumen yang digunakan untuk bahan acuan mengambil keputusan setelah meeting diadakan. Belum selesai Daniel membaca dokumen tersebut pintu ruangannya kembali diketuk seseorang. Setelah dipersilahkan masuk. Suara langkah kaki memasuki ruangan menggema di telinga Daniel. Dialihkannya pandangan dari dokumen terhadap orang yang masuk dan ternyata orang tersebut adalah Varo Mateo sahabat sekaligus tangan kanannya.

Varo menarik dan menduduki kursi yang berada dihadapan atasannya. Meletakkan Ipad yang Ia bawa di atas meja. Menyalakan dan mulai menggerakkan jarinya pada layar Ipad yang kemudian berhenti pada salah satu situs bisnis yang berjudul Perusahaan D'Hast Melakukan Penipuan Terhadap Perusahaan Leix. Varo menyodorkan Ipad tersebut kearah Daniel yang diterima Daniel dengan raut wajah yang sulit ditebak.

"Kasus ini bisa menjatuhkan citra perusahaan." Wajah Varo menunjukkan raut keseriusan.

Mata Daniel bergerak membaca setiap kalimat yang terdapat dalam artikel yang diberikan Varo.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Daniel.

"Ada konspirasi antara orang kita dengan utusan Leix untuk menjatuhkan nama baik perrusahaan. Kau 'kan mengetahuinya setelah menghadiri meeting," papar Varo mengambil kembali Ipad dari tangan Daniel.

Drrt ... Drrt ... Drrt

Suara telepon menghentikan perbincangan antara kedua orang tersebut. Daniel mengangkat telepon yang berasal dari asistennya Karin memberitahukan bahwa ruang meeting sudah siap dan karyawan yang terlibat meeting sudah hadir.

Daniel berjalan menuju ruang meeting dengan Varo yang mengikutinya dari belakang. Sesampainya di depan ruangan bertuliskan Meeting Room. Varo membukakan pintu untuk sang atasan. Daniel memasuki ruangan dengan disambut anggukan dari beberapa orang yang turut andil dalam meeting tersebut.

"Silakan dimulai." Intruksi Daniel untuk segera memulai meeting mereka.

Meeting dimulai dengan pemaparan grafik peningkatan dari bulan sebelumnya, membahas pencapaian yang didapat perusahaan dan dicatat oleh notulis kemudian disajikan dalam bentuk notulen. Sebelum meeting selesai Varo memberitahukan mengeenai artikel yang Ia dapat dari bawahannya. Menyampaikan isu yang sudah menjadi konsumsi orang lain.

Ruang meeting menjadi riuh seketika atas kabar yang mereka terima. Mereka saling berbisik-bisik membicarakan berita tersebut.

"Ada yang ingin kalian jelaskan?" Daniel menatap lurus layar proyektor.

Para karyawan terdiam mendengar suara atasan mereka. Saling memandang satu sama lain kemudian menundukkan wajah.

"Jelaskan!" Bentak Daniel hingga membuat beberapa karyawan terlonjak kaget.

"Maaf sebelumnya, Pak. Kami melakukan kesalahan besar," ujar Raka selaku manager.

"Kesalahan apa yang kalian lakukan?" selidik Daniel.

"Saat melakukan perjanjian kami sudah sepakat menetapkan harga sestabil mungkin tanpa merugikan salah satu pihak, tetapi entah bagaimana saat surat perjanjian kerja sudah dibuat dan ditanda tangani kedua belah pihak menjadi berbeda dengan hasil keputusan. Hal tersebut baru diketahui ketika saya merasa janggal dengan pemasukan perusahaan," papar Raka.

Daniel mendengar penjelasan Raka dengan seksama. Melirik kearah Varo yang duduk didekatnya. Varo yang mengetahui arti tatapan sang sahabat pun segera mengambil alih situasi.

"Siapa yang membuat surat perjanjian?" tanya Varo.

"Pak Axton yang membuat surat perjanjian," jawab Raka.

"Di dalam surat perjanjian seharusnya tercantum tanda tangan Pak Daniel. Bagaimana mungkin itu dipalsukan?" tanya Varo.

"Saya tidak mengetahuinya, Pak." Tunduk Raka.

"Kita akhiri meeting hari ini dan Varo kau susut tuntas masalah ini," ujar Daniel beranjak dari duduknya keluar ruangan.

Sementara itu Selya sudah tiba diperusahaan Daniel dengan membawa bekal makanan. Selya melihat gedung perusahaan sang suami yang terlihat megah. Ia melangkah menuju meja resepsionis untuk menanyakan letak ruangan Daniel.

"Permisi. Bisakah tunjukkan letak ruangan Daniel," tanya Selya.

"Maksud Anda mungkin Pak Daniel." Resepsionis memandang Selya dari atas ke bawah.

"Iya," ujar Selya.

"Apa Anda sudah membuat janji sebelumnya," tanya sang resepsionis.

"Sudah," jawab Selya.

Benarkan yang Selya katakana. Ia sudah membuat janji dengan Daniel tadi pagi untuk membawa makan.

"Baik akan saya konfirmasi terlebih dahulu." Mengambil telepon dan memencet tombol untuk terhubung dengan asisten sang atasan. Setelah beberapa menit berbincang akhirnya resepsionis meletakkan telepon kembali.

"Anda bisa menggunakan lift menuju lantai 20 di sana hanya terdapat ruangan Pak Daniel, sehingga Anda tidak akan tersesat," jelas resepsionis.

Selya berterima kasih, kemudian melangkah menuju lift untuk sampai di ruangan Daniel.

Daniel berjalan menuju ruangan setelah menghadiri meeting yang lumayan menguras tenaganya. Ketika melewati meja sang asisten yaitu Karin. Ia diberitahu ada seseorang perempuan ingin menemuinya dan perempuan tersebut berkata sudah membuat janji. Daniel hanya menganggukkan kepala tanda setuju untuk menemui perempuan tersebut. Kemudian melanjutkan langkah menuju ruangannya.

Daniel melangkah menuju meja dengan sedikit melonggarkan dasi yang terasa begitu mencekik lehernya. Memejamkan mata setelah duduk di kursi. Daniel sangat letih belum lagi Ia tidak sarapan pagi tadi.

Selya melangkah keluar dari lift yang membawanya ke lantai 20. Pandangannya menangkap sosok wanita yang berkutat dengan kertas-kertas.

"Permisi ...," ucap Selya.

Karin mendonggakkan wajah. "Anda yang ingin bertemu dengan Pak Daniel, 'kan."

Selya mengangguk sebagai jawaban. Karin memberitahu atasannya jika perempuan yang ingin bertemu dengan dirinya sudah datang melalui sambungan telepon.

"Mari saya antar," ucap Karin setelah menutup telepon.

Selya mengikuti Karin, sesampainya di depan ruangan Daniel. Selya berterima kasih kepada Karin sebelum Ia memasuki ruangan tersebut.

Daniel membuka mata ketika pintu ruangannya terbuka dan masuklah Selya dengan bekal makan siang di tangannya. Berjalan mendekati dirinya. Daniel berdiri dan membawa Selya duduk pada sofa yang berada di sana. Selya menurut Ia membuka bekal yang Ia bawa dan menatanya di atas meja.

"Makanlah aku tau kau pasti sangat lapar," ucap Selya disertai tawa kecil.

Daniel menatap makanan yang sudah Selya siapkan dan mulai memakan makanan tersebut.

I L YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang