Warning 21+
Diharap bijak dalam membaca part ini.
***
Seorang suami seharusnya memberikan rasa aman dan nyaman kepada istrinya. Menjaga dan membahagiakan dia yang akan menghabiskan sisa umurnya bersama dirinya. Suami adalah pengganti sosok ayah dalam kehidupan perempuan. Seorang anak perempuan setelah menjadi istri akan menjalani kehidupan yang berbeda bersama pria yang terpilih untuk menjaganya. Tapi sepertinya pria yang terpilih untuk hidup bersama Selya adalah sebuah kesalahan. Pria yang memberikan kesedihan bukan kebahagiaan. Pria yang melukai bukan melindungi. Pria yang sangat jauh dari kriteria idaman untuk dijadikan suami.
Selya bukan mengeluh akan takdir yang Ia jalani. Ia hanya menyesal telah memilih Daniel sebagai suami. Tapi tidak ada gunanya Ia menyesal, apalagi putus asa. Selya harus menunjukkan bahwa Ia bisa melewati rintangan dalam kehidupan pernikahan. Ia harus berjuang untuk mendapatkan cinta sang suami.
Selya mungkin mengiyakan perjanjian dengan Daniel saat itu, tetapi seiring berjalannya waktu Ia pasti akan menyadari tindakan yang Ia ambil sangat salah dan bila saatnya tiba Selya tidak akan bisa untuk menyerahkan anaknya kepada Daniel yang sedari awal akan meninggalkan Selya setelah tujuannya tercapai.
Daniel adalah pria keras kepala. Semua yang dilakukannya tidak melibatkan perasaan apapun, kecuali siasat untuk menjatuhkan musuh.
Kamar yang didalamnya terdapat sepasang suami istri yang sedang beradu argumen tersebut seketika hening ketika sang suami membicarakan perihal anak.
Selya turun dari ranjang dengan perasaan tidak menentu. Sedih, gelisah, takut, khawatir semua melebur menjadi satu kesatuan dalam diri Selya. Tidak percaya bahwa sang suami begitu kejam akan perasaannya.
Daniel melihat Selya menjauh pun menyunggingkan senyum tipis. Ia beranjak meninggalkan ranjang dan mendekati Selya yang terlihat sangat syok akan perkataan Daniel. Sampai dihadapannya Selya masih terpaku dengan tatapan mata yang mengarah ke lantai. Diangkatnya dagu Selya oleh Daniel sehingga kini mereka saling menatap satu sama lain.
Daniel dapat melihat di mata Selya kini terdapat sebuah kekhawatiran. Tidak ada lagi mata yang menatap dengan penuh amarah, melainkan mata yang penuh ketakutan. Daniel tersenyum puas melihat wajah pias seorang Selya Louis.
Wajah Daniel secara perlahan mulai mendekati wajah Selya. Secara perlahan dengan tetap menatap manik mata Selya hingga hanya beberapa senti lagi bibir mereka akan bersentuhan. Selya memalingkan wajahnya. Melepas tangan Daniel dan menghindar darinya.
"Aku tidak bisa," ucap Selya dengan gerakan mata yang sudah kemana-mana.
"Jangan membuatku marah! Selya!" teriak Daniel hingga Selya terperanjat karena terkejut.
"Kita bisa memikirkan jalan lain," Nafas Selya memburu karena takut.
Daniel memicingkan mata dengan ucapan Selya. Jalan lain seperti apa yang Selya pikirkan. Apakah Selya mulai menunjukkan sifat aslinya yang sama seperti perempuan di luar sana.
"Jika kau berusaha melanggar perjanjian kita. Kau akan menanggung resikonya!" ancam Daniel dengan menunjuk Selya.
"Aku tidak berusaha mengingkari, hanya saja kita harus mencari jalan keluar." Selya berusaha menjelaskan.
"Jalan keluar apa maksudmu!" geram Daniel dengan perkataan Selya yang berbelit-belit.
Selya mengatur ekspresi wajahnya agar tidak terlihat takut terhadap Daniel. Menatap Daniel dengan gestur tubuh yang sudah terkendali. Walaupun Ia tidak bisa membodohi dirinya jika jantungnya berdetak kencang.
"K-Kita bisa me-melakukan inseminasi ...," kata Selya terbata dan lirih di ujung kalimat.
"Apa kau bilang?" tanya Daniel mendekati Selya.

KAMU SEDANG MEMBACA
I L Y
ChickLitCerita ini sudah tamat di NovelToon dengan judul dan cover yang sama. "Tiga kata yang inginku dengar, tapi mungkin itu hanya mimpi yang entah kapan akan terwujud, terus menanti dan menanti, bertahan pada sebuah keyakinan hati." Selya Lous. Kisah a...