Daniel sudah sampai di rumah pada pukul 8 malam. Memasuki rumah dan melangkah menuju kamar, lalu Ia melihat Selya yang menuruni anak tangga sedang melihat kearah dirinya.
"Kau sudah pulang." Selya memasang wajah riang menyapa Daniel.
"Hemm .... " Daniel bergumam.
Selya tersenyum mendekati Daniel. Meraih tangan Daniel untuk Ia genggam. Mendongak menatap mata Daniel. Mencari setitik harapan di sana.
"Bersihkan dirimu, setelahnya turun untuk makan malam. Aku akan menunggu," kata Selya dengan tersenyum menggenggam tangan Daniel.
Daniel menyerngitkan dahi. Bingung dengan sikap Selya saat ini. Seharusnya Selya bersedih setelah mendengar perkataannya, tapi apa yang Ia lihat. Selya tersenyum lebar seakan tidak terjadi apapun.
Dihempaskan tangan Selya oleh Daniel yang segera berjalan menuju kamar tanpa menanggapi perkataan Selya.
Selya hanya bisa memandang kepergian sang suami. Tersenyum miris akan takdir hidupnya. Siang tadi setelah puas menangisi kebodohannya. Selya mulai merenungi tindakannya. Ia tidak akan bertahan jika Ia lemah, maka Selya bertekad untuk membuat Daniel jatuh cinta terhadapnya, setidaknya Ia pernah merasakan cinta sang suami masa bodoh dengan kekasih suaminya. Saat ini yang berhak atas Daniel hanya Ia, istrinya bukan siapa pun termasuk perempuan bernama Winda.
Selya melangkah menuju meja makan dimana di sana sudah tersusun rapi beberapa hidangan untuk makan malam. Ia menarik salah satu kursi dan mendudukinya menatap piring kosong di depannya yang terlihat begitu berkilau.
"Apa nona ingin makan sekarang?" tanya Hera yang melihat sang majikan menatap piringnya.
Selya menggeleng dan menatap Hera yang berada di sampingnya. "Tidak sekarang aku akan menunggu Daniel turun."
Hera mengangguk dan melangkah mundur. Setelah beberapa menit menunggu Daniel akhirnya turun untuk bergabung dengan Selya. Ia duduk tepat di samping Selya. Membuat Selya tersenyum bahagia, setidaknya Daniel mau berdampingan dengan dirinya.
Hera yang melihat tuan mudanya sudah duduk di tempatnya pun melangkah maju untuk menghidangkan makanan. Namun, sebelum tangan Hera meraih sendok nasi. Selya sudah terlebih dahulu menyentuhnya.
"Biarkan aku saja yang menghidangkan makanan untuk suamiku," Selya tidak bermaksud untuk menyinggung perasaan Hera, tetapi ini sudah kewajiban dirinya sebagai seorang istri.
Hera menunduk mengerti. Ia memberi isyarat kepada beberapa pelayan yang berada di belakangnya untuk meninggalkan meja makan. Mengerti bahwa kedua majikannya membutuhkan privasi.
"Kalau begitu kami pamit ke belakang, Non." Hera berjalan perlahan meninggalkan meja makan.
Kini hanya ada Daniel dan Selya yang sedang menikmati makan malam mereka dengan tenang. Bahkan tidak ada yang berinisiatif memulai perbincangan. Mereka sibuk dengan makanan yang berada di piring masing-masing. Suara gesekan sendok dan garpu terdengar mengiringi makan malam ini.
Beberapa saat kemudian mereka telah selesai dengan makan malam mereka. Daniel yang sudah menyelesaikan makannya pun segera beranjak dari tempatnya, tetapi dengan cepat Selya menghentikan Daniel dengan menyentuh tangannya.
"Bisakah aku membicarakan sesuatu denganmu?" tanya Selya.
Daniel berpikir sejenak, kemudian kembali menduduki kursinya.
"Katakan." Daniel berucap ketus.
"Papa dan Mama akan kembali 3 hari lagi," ucap Selya.
"Apa masalahnya," ujar Daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
I L Y
ChickLitCerita ini sudah tamat di NovelToon dengan judul dan cover yang sama. "Tiga kata yang inginku dengar, tapi mungkin itu hanya mimpi yang entah kapan akan terwujud, terus menanti dan menanti, bertahan pada sebuah keyakinan hati." Selya Lous. Kisah a...