Part 26 - Mengingat Kembali

1 1 0
                                    

Sehari setelah Claire sadar, mereka semua berkumpul diruangan Claire dan Elyn yang digabungkan. Karena Elyn masih lemah, jadi harus dirawat untuk melihat perkembangannya

"Terima kasih ya. Kalian sudah bantu kita" ucap Claire kepada Wira dan Pita

"Sudah tugas kita sebagai sesama manusia kak" ucap Pita

"Oh iya, ada yang mau gue kasih tau kalian. Gue juga minta ijin bawa orang kesini" ucap Wira yang diijinkan oleh mereka dan merasa penasaran dengan apa dan siapa yang ingin dikasih tau Wira

TOK.. TOK.. TOK..

"Masuk"

"Ngapain lo kesini?" Ketus Rio saat melihat siapa yang masuk

"Hai kak" Iapun menyapa semua orang disana

"Ini yang mau gue kasih tau. Jessy itu pacar gue" ucap Wira menarik Jessy mendekat kepadanya, ya orang yang datang baru saja adalah Jessy

"Berarti lo harus putusin dia. Karena dia itu ngedekati Derald terus" putus Cia seenaknya

"Itu gue yang suruh"

"Maksud lo?"

"Kalau lo perhatiin, Jessy ganggu kalian pasti saat ada Shinta disana. Tugas Jessy untuk mengalihkan perhatian Shinta dari sekitarnya"

"Untuk apa?" Bingung Claire

"Kalau kalian mau tau. Selama ini, kalian hampir mendapat terror setiap hari dan ditaruh diloker kalian masing-masing"

"Kata siapa?" Sewot Rio

"Maka dari itu tugas Jessy mengalihkan perhatian kalian dan Shinta. Termasuk juga siswa-siswi yang lain. Gue sama Pita yang ngambil barang terror yang ditaruh diloker kalian. Sebelum kalian ke loker, gue ambil lebih dulu kotak terror itu"

"Kenapa lo ambil? Jadi kan kita engga tau siapa yang terror"

"Kalau lo pada yang ambil, pasti bakal dibuang kaya waktu itu. Gue ambil untuk ambil sidik jarinya, dan untungnya dia bego karena nempelin sidik jari dia ke kotak itu"

"Jadi maaf ya kak kalau selama ini aku ganggu kalian. Terutama kak Derald dan kak Claire. Maaf ya kak" ringis Jessy sambil menangkupkan kedua tangannya

Clairepun memanggil Jessy untuk mendekat. Setelah mendekat, Claire menarik Jessy kedalam pelukannya

"Terima kasih ya atas semua yang kamu lakuin. Aku berhutang budi sama kamu" bisik Claire

"Sama-sama kak"

"Dari mana lo bisa curiga sama Shinta?" Tanya Matt

"Karena waktu acara tanding itu. Gue lihat dia coba buka lokernya Claire, tapi gue pura-pura lewat sambil nelepon orang. Dia engga jadi taruh dan buang paket itu. Kalau saat itu gue langsung kasih tau pasti kalian engga akan percaya"

"Emang" jawab mereka serempak membuat Wira mengerucutkan bibirnya

"Terus kenapa Jessy sudah dari awal ganggu Derald?" Tanya Cia

"Ya cuma iseng aja sih. Mau liat Derald tergoda apa engga" ucap Wira sambil terkekeh

"Terus gimana lo tau pin loker kita?" Claire memincingkan matanya curiga kearah Wira, membuat yang lain menatap tajam Wira bersamaan

"Kalau-kalau kalian lupa. Kalian pernah kasih tau pin loker kalian ke Pita untuk mengambil barang" mereka langsung beroh ria bersama

"Ada yang ngebantu Shinta engga dalam masalah ini?" Tanya Derald

"Ngebantu pasti ada, karena engga mungkin dia kerja sendiri. Tapi itu hanya sekedar orang bayaran, anak sekolah kita engga ada yang terlibat"

"Isi dari terrornya apa aja?" Tanya Elyn penasaran

"Mau tau?" Mereka menganggukkan kepala bersamaan "serius?" Diangguki lagi

"Intinya berdarah. Ada boneka, terus tikus, terus kelinci, terus foto kalian, terus tulisan berdarah juga ada. Banyak pokoknya"

"Terus kenapa yang beberapa itu kita terima?"

"Gue hari itu engga ngikutin Shinta diam-diam, soalnya belum kerjain tugas. Jadi gue engga tau rencana dia. Yang dimansion kalianpun gue kecolongan, baru tau pas ketemu dirumah sakit" cengir Wira sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

"Sekali lagi terima kasih ya. Tanpa lo, kita semua akan celaka" ucap Derald tulus

"Kalau ada masalah, orang yang harus pertama kali kalian curigai itu, orang yang sok baik sama kalian. Karena kalau orang emang jahat sama kalian, dia engga akan main belakang" beritahu Wira

"Benar-benar. Berpengalaman sekali ya anda" cibir Rio

"Papa, mama, dan kakak gue itu kerjaannya ya gitu. Semacam detektif. Jadi hidup gue penuh dengan tekateki, sudah jadi makanan gue sehari-hari"

"Boleh-boleh. Wira kita jadiin bagian penyelidikan. Titik engga pakai koma" putus Claire final, membuat yang lain tersenyum dan mengangguk

"Terima kasih, kalian masih percaya sama kita" ucap Wira dan diangguki oleh Pita dan Jessy

"Santai, santai. Gue orangnya emang baik kok" Rio menyisir rambutnya kebelakang dan membenarkan kerah bajunya

"Gila" Derald melemparkan bantal kemuka Rio

"Lo tuh ya. Kalau lempar bisa engga sih nyasar dikit. Engga usah pas-pas banget" ketus Rio

Derald hanya menatap Rio sebentar lalu menghadap Claire. Yang lain hanya terkekeh melihatnya, bahkan Riopun mengerucutkan bibirnya karena diabaikan Derald

"Kamu mau makan apa sayang?" Derald merapikan rambut Claire

"Apa aja" Claire menjawab sambil tersenyum manis

"Ehem. Disini ada yang lain, yang ditanyain cuma Claire" sindir Rio dengan suara keras

"Rio, beliin gue sama yang lain makanan sana" suruh Derald

"Siapa lo nyuruh-nyuruh gue. Engga mau gue" tolak Rio

"Berani?" Derald menatap Rio dan menaikkan sebelah alisnya

"Engga hehe. Bye" Rio ngacir keluar setelah melihat tatap Derald mulai menajam

"Kok gue punya cowok lemah banget sih. Perasaan baru ditatap langsung nyerah. Apa Rio suka sama Derald, makanya engga bisa ditatap lama-lama saking bapernya?" Ucap Cia

Yang lainpun terkekeh mendengar pendapat Cia yang diatas rata-rata. Sedangkan Derald bergidik geli membayangkan Rio baper dengannya

"Cie kamu ditaksir cowo" goda Claire mencolek pipi Derald

"Amit-amit sayang. Mending aku engga laku sekalian" Derald memeluk Claire dan menaruh wajahnya diceruk leher Claire. Claire yang mendengar ucapkan Derald terkekeh

*****

TO BE CONTINUED

LOVE & FRIENDSHIP (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang