[21] Departure.

661 146 97
                                    

‧͙⁺˚*・༓☾ Kepergian.☽༓・*˚⁺‧͙

Hanya berjalan layaknya orang bodoh yang tidak memiliki tujuan sembari menikmati udara pagi di kota kelahirannya, Seoul. Udara tak terlalu dingin dan tak terlalu panas juga. Sangat cocok untuk tubuhnya yang sering terkena demam karena sulit beradaptasi saat perpindahan cuaca.

Hingga mata yang tadinya memandangi langit, sekarang beralih melihat sosok pria tak asing tengah berjalan berlawan arah menuju kepadanya. Menyadari jika pria itu adalah ayahnya, ia pun segera berlari menghampiri. Lalu menubruknya memberikan pelukan erat dan juga hangat.

"Astaga putri appa. Ingat ucapan appa ini ya, Aera itu ga sendiri. Aera masih punya appa dan juga bang gyu yang selalu ada buat Aera. Walaupun kita udah ga pernah sama sama, tapi appa selalu menemani Aera." Ucap ayahnya itu sembari mengelus lembut pucuk kepala Aera.

Setelah berusaha mencerna ucapan ayahnya yang sama sekali tak membuatnya paham itu, Aera mendongakkan kepala masih dalam keadaan memeluk ayahnya.

"Maksud appa apa? Kita kan emang selalu sama sama kan? Emang appa mau kemana?" Tanya Aera hanya mendapat senyuman berupa respon dari pertanyaannya.

"Yaudah, Aera jangan bandel bandel ya. Nurut sama bang gyu. Jangan sedih terus, kalo Aera sedih nanti appa ikut sedih." Perlahan mereka saling melepaskan pelukan.

Saat Aera menatap ayahnya dengan sedikit tersedu itu, perlahan ayahnya mulai memudar dari penggelihatannya. Hingga lama kelamaan sudah benar benar hilang meninggalkannya begitu saja.

"APPAAAAA!!!" Teriak Aera selepas terbangun dari mimpi tak masuk akalnya itu. Mimpi itu masih membuat Aera bingung hingga menepuk nepuk pipi menyadarkan.

Seperti biasa, Aera harus kembali lagi ke rumah sakit untuk menemani ayahnya yang tak kunjung sadarkan diri sejak dua bulan yang lalu. Aera hampir saja menyerah dengan kelanjutan hidup ayahnya. Namun ia selalu memberikan dorongan untuk dirinya sendiri, bahwa ayahnya akan sadarkan diri dan bisa sembuh.

Drtd...drtd...drtd...

"Yeoboseyo?"

Belum sepenuhnya orang di sabrang sana menjelaskan kepada Aera, ponselnya yang awalnya menempel di telinga kini sudah berada di lantai, terbanting. Membuat beberapa pecahan pada layar ponsel Aera.

🦊🦊🦊

"APPA!!"

Kini terlihat dimata Aera sosok pahlawan di hidupnya yang telah terbaring kaku dengan wajah pucat pasi. Isak tangis semakin nyaring terdengar disertai teriakan Aera terus memanggil mendiang ayahnya itu.

"Appa ironaa! appa jangan tinggalin Aera hiksd.."

"Appa bilang kalau ga akan pernah tinggalin Aera. Appa bohong! Appa ironaaaa!" Beberapa perawat berusaha menahan Aera yang terus memberontak tak karuan dan sebagian membawa ayah Aera ke kamar jenazah untuk menunggu beberapa waktu sampai acara kremasi selesai di tangani.

Kehadiran dokter Cha yang tepat waktu itu membuat para perawat menghela nafas lega. Dia sangat akrab dengan Aera, mungkin ketika bersamanya, Aera bisa menjadi sedikit lebih tenang. Dokter Cha pun menyuruh para perawat itu untuk kembali pada pekerjaannya lagi dan mempasrahkan Aera padanya.

Nyatanya sama saja, Aera terus menangis memberontak ingin menemui ayahnya. Sudah berbagai macam cara ia membujuk tetapi hasilnya selalu nihil. Aera memang sangat mencintai orang tua satu satunya itu setelah kehilangan sosok ibu karenanya.

[√] Love Tale - YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang