[30] Compulsion.

660 113 65
                                    

‧͙⁺˚*・༓☾Paksaan.☽༓・*˚⁺‧͙

Mengantarkan berbagai berkas penting dari CEO Hwang ke ruangan putrinya, sudah menjadi hal biasa bagi Soobin setiap pagi. Bahkan kadang Soobin mengambil setengah berkas tanpa sepengetahuan CEO Hwang dan juga Yeji, untuk membantu meringankan pekerjaan Yeji.

Tok..tok..tok..

Soobin mengetuk pintu sopan sebelum masuk kedalam ruangan. Menunggu si pemilik ruangan mengizinkannya untuk masuk. Tetapi sejak beberapa menit yang lalu Soobin mengetuk ngetuk pintu, tak ada sahutan Yeji dari dalam. Padahal sepertinya tadi Soobin melihat jelas jika Yeji sudah masuk ke dalam ruangannya.

Rasa penasaran pun semakin mengundang Soobin untuk membuka pintu. Hanya membuat sela kecil di pintu, Soobin langsung mengintip ke dalam. Indranya dengan cepat mendapati Yeji yang tergeletak di karpet ruangan.

Soobin segera masuk dan duduk bersimpu di sebelah Yeji. Menahan kepala Yeji agar berbaring di pahanya. "Yak! Yeji-a, ironaa." Soobin menepuk nepuk pipi Yeji pelan, menyadarkan. Melepaskan mantel, lalu memakaikan di tubuh Yeji dan membawanya ke rumah sakit.

Saat membopong Yeji hendak ke basement, Soobin sempat berpapasan dengan CEO Hwang yang baru saja pulang dari rapat bersama CEO lainnya. Tentu saja responnya panik, ia pun ikut di mobil Soobin menuju ke rumah sakit.

"Pasien Hwang Yeji mengidap kanker hati yang sudah memasuki stadium empat. Itu tandanya sel kanker sudah menyebar keseluruh tubuh dan kesempatan untuk sembuh sangat kecil." Jelas dokter. Membuat pak Hwang tak tahan menahan air matanya.

"Tolong sembuhkan putri saya dok, saya akan membayar berapapun itu asalkan putri saya bisa sembuh. Tolong dok." Kedua tangannya mentangkup, memohon kepada dokter penuh harapan.

"Baiklah, saya akan berusaha semaksimal mungkin menyembuhkan putri bapak." Ucap dokter disertai bungkukan rendah, lalu kembali keruangannya. Meninggalkan pak Hwang dan Soobin di kamar VVIP Yeji.

Soobin sebagai calon suami untuk Yeji juga merasa sangat sedih sama halnya dengan pak Hwang. Berusaha menahan air mata yang terus ingin terjun saat melihat Yeji terbaring lemah di penuhi oleh berbagai selang medis.

"Appa..." Panggil Yeji lemah masih dalam keadaan menutup mata. Bukan hanya oknum yang terpanggil, Soobin juga langsung menghampiri khawatir. "Appa, mianhae. Yeji udah sembunyiin ini semua dari appa." Yeji membuka mata. Menatap ayahnya duduk di sebelahnya.

"Kenapa kamu sembunyiin dari appa sih?." Pak Hwang mengusap surai putrinya lembut masih tak henti meneteskan air mata.

"Kenapa Yeji harus bilang? Appa aja ga sayang sama Yeji."

"Kamu ini bicara apa sih. Jelas jelas appa sayang banget sama Yeji."

"Ada yang mau Yeji omongin sama appa, empat mata."

Mendengar itu, Soobin langsung berinisiatif memberikan waktu untuk pak Hwang dan putrinya. "Ah, kalau gitu saya kembali ke agensi dulu ya. Maaf tidak bisa menemani Yeji. Nanti malam saya akan kembali lagi." Soobin membungkukkan badan lalu keluar ruangan.

Namun niatnya itu terurungkan karena rasa penasaran yang semakin membesar. Soobin tak langsung kembali ke agensi, ia berdiri di depan kamar Yeji sebentar. Ingin mengetahui apa yang akan Yeji ucapkan dengan ayahnya itu.

🦊🦊🦊

"Annyeonghaseyo. Saya ingin bertemu dengan Choi Yeonjun. Apakah ada?" Tanya pak Hwang kepada Aera yang tengah membersihkan meja sambil bersenandung kecil.

"Oh ada, silahkan duduk. Biar saya panggilkan." Aera mengayunkan tangannya mempersilahkan. Lalu kembali ke dapur untuk memanggil Yeonjun mengenai seorang pria paruh baya yang ada keperluan menemuinya.

[√] Love Tale - YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang