[26] Am I A Disaster?

634 140 100
                                    

‧͙⁺˚*・༓☾Apa Aku Bencana?.☽༓・*˚⁺‧͙

Satu pekan hanya berbaring di ranjang menatap langit langit ruangan sudah tak dilakukan Aera lagi. Kondisinya sekarang sudah membaik walaupun belum sepenuhnya. Ia masih harus istirahat dan tak boleh melakukan banyak kegiatan yang bisa menguras energi.

Namun tetap saja Aera selalu keras kepala. Sejak semalaman ia berdebat dengan Yeonjun mengenai dirinya yang terus mendesak ingin membantu ibu Yeonjun di kedai. Berdebat bersama Aera memang tak ada habisnya, sampai akhirnya Yeonjun menyerah dan memperbolehkan Aera untuk kembali bekerja dengan satu syarat, yaitu Aera hanya boleh mengiris bawang bombay saja. Pekerjaannya sebagai pelayan telah diambil alih oleh Yeonjun.

Sroootttt...

Hiksssd...

Tuk..Tuk..Tukk...

Srootttt...

Berulang kali hanya suara itu yang terdengar di kedai. Aera tak bisa memberhentikan air mata dan juga lendir di hidung yang terus memaksa ingin terjun itu.

"Srat srot srat srot mulu, ga risih?" Yeonjun memberhentikan mencuci piring dan duduk di depan Aera membawa sekotak tissu. Mengambil beberapa lembar lalu menempelkan pada lubang hidung Aera. Aera sekarang benar benar malu terlihat seperti orang bodoh. "Keluarin aja daripada kaya gitu terus. Ntar pusing loh." Ucap Yeonjun menunggu Aera sejenak.

Sroooootttttt......!

Terdengar sangat nyaring memenuhi ruangan. Untung saja kedai sedang sepi pengunjung, karena belum jamnya para pekerja istirahat. Orang orang bisa saja langsung mengeluarkan isi perutnya dan pergi meninggalkan kedai tanpa membayar setelah mendengar suara tak nyaman itu.

Tanpa merasa jijik sedikitpun, Yeonjun membantu Aera untuk mengeluarkan ingus yang terus ingin menetes, hampir jatuh di irisan bawang bombay. Antara romantis dan juga malu. Tentu saja malu, karena Yeonjun menganggapnya hanya sebagai adik bukan layaknya wanita.

"Pake ini biar matanya ga perih." Yeonjun kembali setelah beberapa menit mencari barang di kamarnya. Datang dan langsung memakaikan kacamata renang tepat di mata Aera.

Kacamata rapat dan hampir tak memiliki celah itu ternyata sangat membantu dalam mengiris bawang bombay. Sama sekali sudah tak merasakan perih dan juga air mata yang menetes.

"Annyeong Aera." Sapa seseorang memasuki kedai. Tak hanya membuat pemilik nama menengok, Yeonjun juga reflek menengok setelah mendengar suara tak asing barusan. "Gimana keadaannya? Udah sembuh?" Tanya Soobin.

Ternyata Soobin tak sendiri. Gadis dengan surai diikat tinggi berjalan mengekori dibelakangnya. Baru melihat rambutnya saja sudah membuat Aera ingin muntah. Siapa lagi jika bukan Hwang Yeji.

Aera melepas kacamata dan berdiri bersamaan dengan Yeonjun. "A' udah membaik kok. Makasih untuk tanggungan rumah sakitnya ya."

"Engga, saya yang berterimakasih dan minta maaf sama kamu. Terimakasih sudah menolong saya, maaf juga karena berakhir dengan menyelakai ka--"

"Eh eh, lo ga salah bin? Ngapain terimakasih sama minta maaf. Ntar lo keliatan rendahan banget loh. Lagipula dia sendiri kan yang pengen kejar kejaran sama copet? Lo ga suruh dia buat ikut campur urusan lo kan? Yaudah kalo dia yang kena. Berarti itu nasib." Sela Yeji langsung mendapat senggolan siku dari Soobin yang berdiri di sebelahnya. Soobin menjadi merasa tak nyaman. "Kenapa sih bin? Lah bener kann?"

"Aera salah apa sih sama lo?" Tanya Yeonjun, sudah tak tahan dengan mantan kekasihnya yang tak beretika itu.

"Pake nanya segala. Dia ngerebut lo dari gue itu bukan kesalahan?"

[√] Love Tale - YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang