[31] Invitation.

565 111 32
                                    

‧͙⁺˚*・༓☾Undangan.☽༓・*˚⁺‧͙

Belakangan ini Aera sering merasa jika ia sangat jarang sekali berinteraksi dengan Yeonjun. Sekalipun berinteraksi, Yeonjun hanya menjawab seadanya dan seperlunya tanpa kembali memberikan satupun pertanyaan.

Perlakuan anehnya itu semakin membuat Aera merasa jika ia memiliki kesalahan dengan Yeonjun sampai membuatnya hemat saat berbicara. Aera merindukan sifat Yeonjun yang dulu, hangat dan lembut.

"Yak! Gue ada salah ya sama lo? Bilang aja kalik kalo gue emang ada salah sama lo. Jangan kaya gini, gue jadi ga nyaman." Akhirnya Aera bisa membuka suara selama ia mencuci piring bersebelahan dengan Yeonjun yang mengiris daun bawang.

Kesekian kalinya, Yeonjun selalu tak merespon dan meninggalkannya begitu saja. Sekarang Aera berubah menjadi gadis cengeng dengan alasan tak masuk akal. Hanya karena Yeonjun berubah menjadi pria dingin, tak seperti yang ia kenal dulu.

Praangggg!!

Piring kaca mendarat pecah berhamburan di lantai. Serpihan kecil menyayati punggung kaki Aera hingga membuat luka robek disana. Aera sengaja, ingin mengetahui bagaimana respon Yeonjun mengetahui itu.

"Yak Aera! Lo gapapa?" Bukan Yeonjun yang menghampiri penuh kepanikan. Melainkan Taehyun.

Bulir air mata sekarang semakin cepat menetes dari kedua sudut mata. Sakit menahan perih di punggung kaki, dan juga kecewa dengan ekspektasi tingginya yang tak menjadi realita.

Taehyun menyingkirkan serpihan kaca asal menggunakan kakinya beralaskan sandal rumahan, lalu menarik Aera keluar dari dapur untuk segera mengobati luka robeknya.

Baru keluar dari dapur, dihadapan Taehyun sekarang sudah ada Yeonjun, menahan. Melepaskan cekalan tangan Taehyun di pergelangan Aera secara kasar. Menggandeng Aera membawa ke atas.

Tangisan semakin deras. Aera berusaha menyeka air matanya dengan punggung tangan satunya. Bukan ini yang ia inginkan. Yeonjun masih memperlakukannya dingin dan sedikit kasar.

Yeonjun mendudukkan Aera di sofa. Ia berjongkok dibawah untuk mengobati luka di punggung kaki Aera. Masih sama, Yeonjun tak membuka mulut untuk melontarkan beberapa patah kata. Membuat ruangan sunyi hanya terdengar isakan tangis Aera yang tertahan.

🦊🦊🦊

"Soobin-ah!" Panggil Yeji berlari menghampiri Soobin dan diikuti Yeonjun dibelakangnya. "Mianhae gue gabisa nikah sama lo, karena lo itu udah gue anggap sebagai saudara gue sendiri."

"Ne, gwencanha." Jawab Soobin santai disertai senyum manis sampai kedua lesung pipinya tercetak jelas.

"Ah ini, undangan pernikahan gue sama Yeonjun. Gue jadi ngerasa ga enak kan." Yeji menyondorkan amplop putih dengan kedua tangannya langsung diterima Soobin.

"Wah selamat ya, gue bakal dateng kok."

"Oke, gue duluan ya bin." Pamit Yeji mengaitkan lengannya pada lengan Yeonjun dan berjalan keluar gedung agensi meninggalkan Soobin.

Tanpa sadar, Soobin sudah meneteskan satu tetes air mata dalam keadaan tersenyum manis menatap punggung Yeji dan Yeonjun yang lama kelamaan menghilang dari tatapannya.

Sesuai rencana pernikahan yang akan berlangsung pekan depan, Yeji dan Yeonjun pun segera menyiapkan gaun serta setelan jas yang cocok untuk mereka berdua.

Karena dekorasi gedungnya gelap dan berlangsung malam hari, Yeji memutuskan untuk bergaun putih agar menjadi on point saat pernikahan berlangsung. Sedangkan Yeonjun hanya pasrah menuruti semua kemauan Yeji.

[√] Love Tale - YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang