17 ¦ Aneh, katanya

4.1K 594 33
                                    


Happy Reading
Stay safe gais...
Maaf ya aku baru up sekarang.....





Salah satu dari insan tersebut hanya mendengarkan kata demi kata yang terlontar dari bibir lawan bicaranya. Semua ucapan pria tampan itu pada hari ini, tanpa sadar membawa kejelasan pada rasa penasarannya. Kedua orang itu adalah Jennie dan Minho.

Mereka saat ini tengah berada di salah satu restoran untuk menuntaskan rasa lapar yang menggerogoti. Entah memang ini hanya perasaannya saja, atau Minho ini memang bawel? Tidak seperti biasanya. Maksudnya, Jennie mengetahui bahwa Minho mempunyai sisi talkative dalam dirinya. Namun, ia tak menyangka akan sebanyak ini.

Otak wanita itu terus bekerja sembari memperhatikan sosok Minho yang sedang asik terkekeh akibat ceritanya tentang Jisung. Sebentar, Jisung? Apa ini yang menjadi penyebabnya?

"Lu tau nggak? Gua pernah ngeliat Jisung kesandung batu pembatas jalan itu sampe nyusruk. " Tuturnya sambil cekikikan mengingat kejadian 3 tahun yang lalu ituㅡsaat pulang kelas pada hari pertama kuliah.

Sudut bibir Jennie mengangkat dan melukiskan sebuah senyuman tipis disana. "Ho. "

Minho mendongak menatap kearahnya dengan kunyahan dimulutnya lalu melayangkan tatapannya seolah bertanya 'kenapa?'. Perempuan yang berusia sama dengannya itu menatap Minho lekat dan berkata, "Lu sadar gak sih daritadi ceritain tentang Jisung terus? "

Kunyahan dalam mulut Minho terhenti sejenak. "Emang iya? Gua gak sadar, hehe. Maap dah. " Kekehnya.

Tangan Minho perlahan mendekat ke wajahnya. Sontak Jennie hanya menatap lelaki tampan itu panik dan bingung. "Lu makannya berantakan amat sih. Kagak berubah lu. " Ucapnya sembari mengambil sisa renyah makanan yang tertinggal dibawah bibirnya.

Pipinya memerah dan membuatnya salah tingkah. Entah Minho sadar atau tidak bahwa mereka sudah tidak ada hubungan apapun selain teman. Minho sama sekali nggak berubah, pikirnya sembari tersenyum segaris goretan pensil.

"U-udah, lanjutin aja makannya. Gua masih pengen lakuin banyak hal. " Titah Jennie yang dituruti segera.

Selepas mereka makan, Jennie segera menarik Minho ke tempat lain untuk berbelanja. Lagi. Sepertinya, hari ini Minho akan jadi babu wanita itu untuk membawakan barang belanjaan miliknya. Sekarang saja, satu tangannya sudah penuh dengan kantung belanja Jennie dan fakta yang lebih menyakitkan adalah itu baru tempat pertama.


















































































Sang rembulan kini menggantikan posisi matahari untuk bertugas. Lampu penerangan jalan dan dibangunan juga sudah bersinar dengan terang disana. Jalan raya juga dipenuhi berbagai kendaraan yang menyambut indahnya malam minggu ini. Termasuk Jennie dan Minho yang terjebak didalamnya.

Suara radio menggema hingga ke seluruh penjuru bagian mobil mewah Minho. Dalam keadaan macet seperti ini, Minho memanfaatkan waktunya untuk menghubungi Jisung melalui pesan. Sekedar bertanya apa ia sudah makan, apa ada yang mau dititip dalam perjalanan pulangnya, dan sebagainya. Namun, tidak mendapatkan balasan satupun dari lelaki tupai tersebut.

Jennie yang sedang pura-pura sibuk dengan menscroll beranda instageramnya, melihat Minho melalui sudut matanya. Ia melihat bibir pria itu sedang mengerucut dan mengoceh tak jelas. Dari penglihatannya, dapat diambil kesimpulan bahwa Minho tengah kesal.

"Napa sih, Ho? " Tanya Jennie penasaran.

"Ini si Jisung kagak bales-bales daritadi. " Ucapnya sembari menaruh ponselnya dipahanya lalu melajukan kembali kendaraannya.

"Lah? Terus? "

"Ya, yaudah gitu. Emang kenapa? "

"Si Jisungㅡkalo kagak bales chat lu emang kenapa? " Tanya Jennie. Ia sengaja memancing Minho agar mengatakan yang sebenarnya.

"Eum, gua juga bingung. " Ujarnya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Jennie mematikan ponselnya kali ini, lebih baik ia menanggapi Minho yang sedang bingung. "Bingung kenapa? Aneh gitu? Apa gimana? "

Minho kembali menginjak gas untuk melajukan kendaraannya selagi kemacetan tengah berkurang. "Aneh aja gitu. "

Sepertinya, ini tak akan selesai dengan mudah bagi Jennie untuk membantu Minho memahami apa yang terjadi pada dirinya. "Aneh kenapa sih? "

"Ya, pokoknya bingung aja gua. Soalnya biasanya, dia pasti fast respon. "

"Emangnya, kalau dia kagak bales lu kenapa? Kan gak setiap kali dia harus fastresp. "

"Iya juga sih. " Gumamnya namun tetap terdengar karena tempat yang tidak terlalu luas.

"Nah, yaudah. Kenapa harus bingung? "

Minho terdiam merenung ucapan wanita cantik disebelahnya ini. Ada benarnya juga memang. Untuk apa ia bingung. Toh, wajar Jisung tidak melulu harus online. Tapi tetap saja, dirinya tidak tenang.

"Gak tau. Rasanya aneh aja. "

Here we go again, batin Jennie. "Sekarang, apalagi yang aneh? Aneh kalau Jisung kagak bales chat lu? "

"Y-ya, gak juga sih. "

"Terus kenapa? Lu jadi kagak tenang gitu kalau dia kagak bales chat lu? Biasa aja kali. "

Skakmat. Mungkin inilah jawaban yang tepat untuk pertanyaan Minho. Lelaki itu hanya terdiam mencoba untuk meredam perdebatan yang terjadi dalam hatinya, dan tak menjawab sama sekali ucapan Jennie.

"Udah nyampe nih. " Tutur Minho sembari mencabut kunci mobilnya.

Saat ini, mereka sudah sampai didepan gedung Asrama. Jennie juga tinggal disini. Katanya, lebih hemat daripada nyewa apartemen soalnya uangnya bisa dialokasikan buat beli yang lain.

"Jangan lupa satu buat Jisung itu yang tadi. "

"Iya-iya. "

Karena Jennie adalah seorang perempuan, juga ini sudah agak malam, jadi Minho putuskan untuk menemani wanita itu berjalan kedepan kamarnya. Lagipula, dia kan pria yang bertanggung jawab dan baik hati. Tapi dirinya yakin, bahwa jika dirinya tak mau, pasti akan dipaksa untuk melakukannyaㅡmembawa barang belanjaan milik Jennie. Padahal ini baru sekitar pukul delapan malam. Tapi, keadaan lorong sudah sepi.

Ting

Pintu kamar milik Jennie terbuka setelah ia menempelkan sidik jarinya pada sensor dibawah gagang pintu tersebut.

"Letakkin aja dulu disitu. " Ucapnya sembari menunjuk sisi atas sofa. Ia langsung beralih kearah sofa membantu Minho merapikan barang miliknya setelah melepaskan sepatunya. "Mau mampir dulu? Ah, kagak usah ah. Ngerepotin aja udah malem, mendingan lu pulang samperin Jisung. " Usir Jennie dengan santainya.

"By the way, makasih udah mau direpotin. Jangan lupa, gua minta dokumentasi. " Ucap wanita itu ketika ia mengantarkan Minho kedepan sebelum menutup pintunya. Pria tampan itu, hanya tersenyum dengan sebuah paperbag ditangan kanannya. "Tenang aja, nanti gua potoin buat lu. Santai aja, kayak sama siapa aja.  "

Pintu bewarna putih tersebut tertutup sempurna terbukti dari bunyi terkunci yang ditimbulkan. Jennie hanya berdiri menatap penghubung antara luar dan dalam ruangan itu sembari mengingat kembali ucapannya dengan Minho tadi saat berada didalam mobil.

"Lu terlalu gengsi buat ngakuin kalau lu itu sebenernya khawatir sama Jisung. "

To be Continue ㅡ



(A/n) :

Tidak menyangka sama sekali bahwa akun ini akan bertahan sampai dua tahun.
Oh iya, kayaknya ini masih panjang dah chapnya. Tapi, masih gak tau juga gimana. Liat nanti deh. Okay, babaii 🖐

Roomate • MinSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang