16 ¦ Hubungan

4.4K 586 17
                                    


Happy Reading
Stay Safe gais...
Gak mau ngemis, tapi aku butuh Vomment




"Seungmin?!? "

"Jisung?!?? "

Siapa yang bisa menyangka Seungmin akan bertemu Jisung di Pagi hari? Jawabannya adalah tidak ada. Siapa juga yang tahu bahwa Seungmin tinggal disebelah kamarnya? Mereka berdua bertemu saat keduanya ingin keluar dari kamar masing-masing Pagi ini.

Keheningan meliputi suasana yang mengeliling di sekitar mereka. Kedua makhluk adam ini hanya berdiam diri sembari menunggu satu sama lain untuk membuka pembicaraan.

Saat ini, Jisung dan Seungmin tengah berada di Kantin bersama para makhluk hidup lainnya. Entah kemana Felix dan Win. Kepulan asap yang berasal dari mie kuah yang mereka berdua pesan tadi seakan ikut meramaikan suasana.

"Maaf. " Tutur Seungmin sembari memainkan jarinya dibawah meja tanpa menatap kearah sahabatnya itu sekilas.

Jisung merotasikan bola matanya lalu menghembuskan napasnya keras mengingat ringkasan masalah yang dijelaskan Seungmin tadi. "Min, lu itu kalau ada apa-apa bilang ke gua. Kita kan sahabat. Tentu, gua gak bakal maksa lu kalau emang lu gak mau cerita. Kemarin, itu bahaya banget loh. "

"Maaf. "

"Udahlah, yang penting sekarang lu gak kenapa-napa. Untung aja, lu lagi sama si Chan. Kalau enggak, gimana? "

"Iya, enggak lagi kok. " Ucap Seungmin menatap netra Jisung sambil tersenyum hangat.

"Tapi, gua belum mau maafin lu ah. " Bola mata Seungmin hampir keluar dari tempatnya saat mendengar ucapan pria tupai itu. Ia memikirkan salah apa lagi dirinya. "Sebelum lu, ceritain kemarin gimana. Lengkap, gak pake singkat singkat. " Sambungnya yang buat Seungmin membatin sudah ku dugong memang tupai nyasar ini.

Karena Seungmin baik hati untuk memuaskan rasa penasaran manusia tupai dihadapannya ini, maka ia turuti. Kurang lebih menghabiskan waktu sekitar sepuluh menit.

"Lu tau gak? Pagi-pagi nih ya, gua udah ada di kasur bareng sama dia coba. " Seru lelaki manis itu. Sedangkan Jisung, hanya berusaha menjadi pendengar yang baik untuk Seungmin yang tengah mengumpat dengan mengangguk dan memakan makan siang miliknya. Kayak lagi nonton film ya, Sung.

"Gua kesel banget tau sampe gua ngomel ke dia tadi. Kan gua gak enak sama dia jatohnya. Udah numpang, tidurnya di kasur lagi. " Tambahnya dengan bibir yang mengerucut.

Jisung mengunyah gorengan yang terdapat disudut mangkuk mienya sebelum menukas, "Bukannya harusnya lu berterimakasih sama Chan? "

"Terimakasih gimana? Gua gak enak sumpah tau gak. Masih ada nih rasa gak enaknya sampe sekarang. " Tuturnya menolak saran yang Jisung sampaikan halus.

Cairan bewarna oranye tersebut masuk ke tenggorokan Jisung lalu berkata, "Iyalah. Lu harusnya bilang makasih sama dia juga maaf. Lu ngomelin dia tadi pagi, kan dia maksudnya baik gitu-- gak mau badan lu sakit. "

Seungmin terdiam mendengar ucapan Jisung. Benar juga, kenapa ia tidak terpikirkan sama sekali?, batinnya. Netra Jisung menatap lurus ke arah pepohonan besar nan rindang yang tertanam di luar Kantin. "Chan tulus dan cinta banget ya sama lu? "

Monolog Jisung terhadap pemandangan dinetranya, membuat Seungmin mengetahui pesan tersirat dibalik kata-katanya. Selama ini, bisa dikatakan Jisung sudah melakukan banyak hal demi merealisasikan rasa hatinya untuk sosok yang super tidak peka bernama Minho. Masalah berhasil atau tidaknya, hanya waktu yang dapat menjawab.

Jisung merubah pandangannya menjadi sosok Seungmin yang duduk didepannya. "Kenapa gak lu coba buka hati aja buat Chan? "

Tak ada sepatah katapun yang terucap dari bibirnya. Ia hanya mengulum bibirnya dan mengendikan bahunya.

"Ragu? "

Bahunya kembali mengangkat secara bersamaan. "Mungkin. "

"Kalau enggak dicoba, enggak bakal tahu Min. Ya, walaupun gua tahu bagaimana reputasi seorang Bang Chan di Universitas ini. Cuma ya melihat bagaimana caranya menghadapi lu--keliatan kalau dia usaha. Jadi, apa salahnya? " Jelas Jisung yang ingin memberikan kesempatan pada mereka berdua, terutama Seungmin yang masih ragu.

Bagaimana bisa Jisung secara tidak langsung memberikan restu pada Chan untuk mendekati Seungmin? Dirinya tidak buta. Ia tahu bagaimana usaha yang dikerahkan juga perhatian yang ia berikan untuk mengambil hati Seungmin.

Sedangkan Seungmin, hanya terdiam dan merenungkan ucapan Jisung. Apa harus dicoba?




























































































Rentetan pesan yang dikirimkan kepadanya seperti mengeluarkan suara rengekan wanita yang tengah dekat dengannya beberapa minggu belakangan. Mendadak, Minho yang membacanya bergidik ngeri sendiri.

Namun, hari ini adalah jadwalnya Minho menjemput Jisung sepulang kelas. Ia ingin menebus dosanya karena sering bolos menjemput lelaki manis itu. Untung saja, kawan-kawannya bisa diandalkan untuk menjaga pria tupai itu. Jadi, Minho bisa merasa sedikit aman.

Minho sudah berusaha keras untuk menolak ajakan Jennie untuk keluar bersama. Tapi, perempuan itu memaksanya dan merengek padanya. Jadi, mau tak mau ia turuti setelah dirinya mengantar Jisung pulang. Sekarang, rasa khawatirnya perlahan berkurang karena ada Seungmin disebelah kamarnya yang tinggal bersama Chan. Iya, Chan sudah menceritakannya.

"Ho, aku mau belanja dulu. " Ujar Jennie ketika melihat toko pakaian ternama dan masuk kedalamnya sembari menarik lengan Minho.

Jennie sedaritadi sibuk memilah pakaian yang tertangkap dinetranya. Entah itu yang normal atau kurang bahan dan tidak tahu malunya bertanya pada Minho cocok atau tidak dengannya. Ya, mana dia tahu akan hal itu. Sedangkan para karyawan disana, sibuk mengirikan hubungan mereka berdua. Padahal kalau mereka tahu aslinya, pasti mereka kecewa.

"Oh iya, Ho. Lu mau beli gak? " Tanya Jennie yang sudah menyelesaikan sesi milah-memilah pakaian miliknya selama hampir setengah jam.

Minho yang tengah memainkan ponselnya sembari membunuh waktu, mendongak lalu menggelengkan kepalanya. "Oh yaudah ayo ikut gua, gua mau cari buat Jisung. "

Netra Minho membulat sempurna. Apa dia salah dengar? "Bentar, lu ngomong apa tadi? "

"Mau beliin baju buat Jisung. Kenapa sih emang? Ayo, kalau gua tau sizenya ngapain gua ngajak lu. "

"Bercanda ah, lu. " Minho masih menolak apa yang ia dengar tadi.

Sayang seribu sayang Minho, ucapan Jennie tadi benar adanya memang. Saat ini, wanita itu sudah sibuk memilih sebuah pakaian untuk Jisung di area pria.

"Ini kayaknya bagus deh. Cocok di Jisung. " Ujarnya sambil menunjukan sebuah kaus berwarna baby blue.

Entah harus berapa kali Minho terkejut dengan sikap Jennie. Ia yakin saat ini dirinya sudah terlihat seperti orang bodoh. Hanya berdiri, menganga menatap Jennie.

"Kayak orang goblok sumpah, untung ganteng jadi ketolong. " Ledek Jennie santai sekali dan memberikan sweater tersebut kepada seorang karyawati yang mengintili dirinya sejak tadi.

Seakan tak ada batasan lagi antara dirinya dan Minho dalam bertutur kata. Memang, sedekat itu mereka. Hubungan cinta mereka memang sudah berakhir, namun apa salahnya dengan tetap berhubungan baik seolah tidak terjadi apa-apa. Apa mudah untuk dilakukan?


To be Continue

Roomate • MinSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang