02 ¦ Tidur

6.6K 860 87
                                    

"MANA SI MINHO?!?!? "

Here we go again, batin Jisung.

Jisung sudah biasa menanggapi hal-hal seperti ini. Kalau tidak salah, nama mahasiswi ini adalah Yeonwoo. Perempuan yang diajak kencan oleh Minho minggu kemarin.

Yeonwoo mencegatnya saat ia akan kembali ke Asrama. Jisung berasa menjadi artis. Bahkan Yeonwoo sampai menunggu didepan kelasnya hingga selesai.

Jisung tentu tahu apa yang salah dengan Yeonwoo. Minho memutuskan hubungan mereka atau mungkin dirinya diberi harapan palsu. Antara kedua hal itu. Namun, Jisung belum bisa menyimpulkan dengan jelas karena Minho belum bicara apa-apa dengannya.

"HEH! JISUNG! Lu harus tahu kelakuan temen lu itu gimana. Dia putusin gua begitu aja, coba! Demi siapa tau gak? Demi Jeongyeon! " Ucapnya sembari membuat keributan di lorong.

Iya. Minho yang melakukan, Jisung yang kena akibatnya. Karena apa? Mereka semua tidak berani memarahi Minho langsung didepan wajahnya. Alasannya satu, tidak akan dianggap. Jadi, mereka mencari pelampiasan lain yaitu Jisung. Dengan harapan nanti ocehannya ini akan disampaikan pada Minho dan Minho akan kembali pada mereka.

Jisung hanya menutup mata dan bersikap seakan tidak mendengar apa-apa. Ia sudah biasa menghadapi hal ini. Hampir tiga tahun. Lagipula, nantinya Jisung hanya akan menyampaikan bahwa si a marah. Hanya itu. Minho juga tidak peduli sama sekali.

"Heh, nenek lampir! Bisa diem gak, sih?!? Harusnya lu itu ngomelnya ke Minho bukan ke temen gua! " Sahut Seungmin yang kesal menatap Jisung diam saja diperlakukan seperti ini.

"Maksud lu, apa ngomong begitu?!? Hah! " Yeonwoo menunjuk Seungmin dengan jari telunjuknya di depan wajahnya.

"Udah, kan? Ayo, Min. Udah sore, nih. " Tukas Jisung menarik Seungmin untuk menjauh dari Yeonwoo.

"Lu itu bego apa gimana sih?!? " Kesal Seungmin. Ia sampai mengacak-ngacak rambutnya.

Jisung hanya diam tak menanggapi perkataan Seungmin sama sekali.

Ia dapat mendengar Seungmin menghela napas. "Jatuh cinta boleh, buta jangan. "

"Iya Min, gua tau kok. " Jawab Jisung singkat, bagai tak ada yang terjadi. Masih santai berjalan dilorong.

Seungmin menghentikan langkahnya yang membuat Jisung ikut terhenti. "Kenapa, Min? "

"Sung, udah mau tiga tahun lu begini terus. Gak cape apa? " Ujarnya karena ia tahu perasaan Jisung ke Minho bukan hanya sebagai seorang sahabat yang Minho anggap.

Dirinya tersenyum getir mendengar pernyataan yang Seungmin sampaikan. Lelah? Tentu saja. Apalagi ia menjadi pelampiasan para korban dari Minho. Yang sudah Jisung pastikan, Minho tidak tahu separah apa.

"Tapi, gua cinta sama dia Min. " Jisung masih tetap ngotot.

"Sadar, Sung. Cinta gak harus sampai segitunya! Lu gak sadar apa udah berapa banyak yang lu korbanin selama ini buat dia doang? " Oceh Seungmin.

"Susah nasihatin orang kalau lagi jatuh cinta mah. " Seungmin menyerah.

"Seungmin! " Panggil seseorang yang tidak Jisung kenal. "Gua pinjem ya, Seungminnya. " Pamitnya lalu menghilang bersama Seungmin.

R O O M A T E • M I N S U N G


Jisung rasanya ingin sekali cepat-cepat bertemu dengan yang namanya empuknya kasur. Kepalanya sudah pusing. Selain dari pelajaran yang harus ia serap hari ini, juga ucapan Seungmin. Seungmin itu selalu pas sasaran.

Ketika ia membuka pintu, semua rasa lelahnya terpaksa harus ia tahan dulu. Mengingat betapa berantakkannya seorang Lee Minho. Jadi, Jisung harus rapikan dahulu. Toh, sudah ada dalam kesepakatan.

Rupanya, Minho sudah kembali lebih dahulu daripada dirinya. Minho sudah berganti pakaian ke pakaian sehari-harinya. Namun, ia sudah menelungkupkan kedua tangannya dimeja dan meletakkan kepalanya ditengah mengerjakan tugas. Padahal hari sudah malam. Sepertinya, Minho ketiduran ketika mengerjakan tugas. Bahkan ia masih menggunakan kacamata tipisnya yang ia gunakan ketika di Asrama.

Jisung menaruh tas, mandi, makan malam, baru ia merapikan meja belajar Minho yang dipenuhi banyak barang berserakan. Secara perlahan namun pasti, Jisung mulai menutup laptop milik Minho, dan membereskan alat tulis dan buku miliknya.

Fokusnya teralih pada wajah damai nan tenang pujaan hatinya ini. Begitu tampannya sampai dapat memikat hati semua orang. Jangan lupakan dirinya juga. Tangannya perlahan meraih surai Minho dan mengelusnya perlahan. Sebuah senyuman langsung terukir diwajah Jisung. Rasanya semua rasa kesal dan lelah menguap begitu saja di udara.

Normalkah seorang sahabat memiliki perasaan seperti ini kepada sahabatnya sendiri?

"Ho, bangun udah malam. " Ucap Jisung setelah menyadarkan pikirannya kembali. Untungnya, Minho langsung bangun. Biasanya cukup menguras waktu. Mungkin karena posisinya tidak begitu nyaman.

"Heum? " Minho mengucek matanya. Masih mengumpulkan nyawa dahulu.

"Udah makan belum? " Tanya Jisung yang dijawab dengan sebuah gelengan.

"Makan dulu, yuk. " Minho menggeleng.

"Yaudah, pindah sana. "

Jisung tidak akan menyuruh Minho yang lainnya lagi karena nanti Minho akan mengamuk jika dirinya terlalu bawel atau cerewet padanya. Apalagi dalam keadaan Minho tengah mengantuk.

Minho segera menuruti dirinya dan pindah ke kasur. Kembali menuju ke alam mimpinya yang tadi sempat terjeda karena Jisung membangunkannya. Cepat sekali Minho kembali tertidur, baru nempel di kasur langsung lelap kembali.

Melihat Minho yang sudah tertidur, Jisung jadi ingin ikutan istirahat. Sedaritadi, ia sudah menahan segala rasa lelahnya dan Jisung tidak tahan lagi. Ia sudah sangat mengantuk dan membutuhkan istirahat.

Jisung mematikan lampu nakas dan ikut menyusul Minho ke alam mimpi.

"Good Night and Sleep Well, Ho. " Bisik Jisung sebelum ia menutup kelopak matanya.

"Too, Sung. "

To be Continue.

Roomate • MinSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang