03 ¦ Kecewa?

6.2K 831 84
                                    

Kabar mengenai Minho yang mendekati siswi dari fakultas Hukum mulai terdengar. Kalau tidak salah, namanya adalah Joy. Entahlah, Jisung tidak begitu peduli. Tapi sepertinya memang benar kabar itu. Walaupun Minho tidak cerita apa-apa padanya.

Minho semakin sibuk setiap harinya. Selain aktivitas kuliah, ia juga akhirnya memutuskan untuk mengikuti tim basket Universitas. Jadi, ia harus pintar membagi waktu. Namun, Jisung yakin akan pilihan Minho untuk mengikuti tim basket.

Berhubung Minho sibuk dan semakin memiliki sedikit waktu untuk di kamar mereka, jadilah Jisung yang akan membereskan kekacauan yang Minho buat. Pastinya semakin kacau karena aslinya sudah kacau, ditambah waktunya yang menipis.

Memang tidak setiap hari latihan basket tersebut dilakukan. Hanya saja menguras banyak waktu bagi Jisung, tidak bagi Minho. Minho menjadi pulang larut dan jam makannya juga terganggu.

Di sela-sela waktunya yang padat, Minho tetap patuh dalam mengerjakan tugas. Terkadang, Jisung dan Minho juga mengerjakan tugas bersama. Walaupun jurusan mereka tidak berkaitan. Setidaknya, tidak merasa sendirian.

Saat ini, Jisung tengah bersiap karena Minho akan mengajaknya keluar untuk makan malam. Katanya hitung-hitung perayaan karena ia masuk menjadi tim inti. Padahal seharusnya tidak usah. Wajarkan saja, orang kaya.

Mereka berdua berencana untuk bertemu ditempat tujuan saja. Minho tidak akan pulang untuk menjemput Jisung karena akan terlalu malam nanti. Minho padahal baru saja selesai latihan basket.

Jisung menggunakan taksi untuk menuju kesana. Ia memberhentikan taksi didepan gedung Asramanya. Lokasi tempat mereka bertemu adalah disebuah pusat perbelanjaan. Singkatnya, akan makan di Restoran. Karena Jisung tidak akan cukup makan di Restoran mewah dengan porsi putri mereka.

Hanya membutuhkan waktu selama empat puluh lima menit untuk sampai disana. Sudah pukul delapan malam. Lee Mall masih dipenuhi oleh para pengunjung walaupun hari semakin larut. Sepertinya, semakin malam akan semakin ramai. Padahal hari ini adalah hari kerja.

Jisung sudah memberi tahu Minho bahwa ia sudah sampai. Tapi, tidak ada balasan sama sekali dari Minho. Lebih baik, ia masuk dahulu ke dalam daripada hanya berdiri di lobby seperti anak hilang.

Selagi Jisung menunggu, ia menyempatkan diri untuk berjalan-jalan dan melihat-lihat sebentar. Terus berjalan sampai tanpa sadar ia kembali lagi ke tempat sebelumnya.

"Ini si Minho mana sih? " Jisung kembali membuka ponselnya. Namun tidak ada satupun notifikasi dari Minho yang masuk. Kemana Minho?

"Apa dia belum selesai latihan? " Tanyanya. "Tapi ini udah mau jam 9. Gak mungkin, kan? "

Positif, Sung. Mungkin dia lupa.

Jisung kembali mengirim banyak pesan, menelepon. Namun tidak ada balasan sama sekali. Perut Jisung sudah sangat lapar. Terakhir ia makan tadi Sore. Itupun hanya camilan. Bisa-bisa maagnya kambuh kalau begini. Lebih baik, ia tinggal saja Minho.

Langkah kakinya membawa Jisung ke sebuah Restoran BBQ. Sesuai dengan apa yang ia inginkan memang. Otak dan tubuhnya memang bekerja sempurna jika sudah sangat lapar.

Walaupun ia harus menelan rasa kecewanya pada Minho, otaknya masih memaksanya untuk berpikir positif. Minho lupa, pikirnya. Wajar saja jika ia lupa karena Minho memberitahunya saat tadi Siang.

Saat dirinya tengah menikmati makan malam sembari berpikir, netranya menangkap sosok yang tidak asing melintas didepannya. Hari sudah malam, yang makan juga sudah sedikit. Jadi, Jisung memilih untuk makan di pojok ruangan agar membantu otaknya berpikir. Walaupun ia tahu, ia harus menahannya dulu.

Penglihatannya sama sekali tidak salah. Penglihatan Jisung masih berfungsi dengan baik. Itu Minho. Bahkan Jisung mengerjap matanya beberapa kali untuk memastikan apa benar itu Minho.

Memang benar. Ia tidak sendiri, dengan seorang perempuan yang Jisung ketahui sebagai Joy. Rupanya, benar. Ia mengetahui Joy dari foto yang Haechan, tukang gosip perlihatkan.

Seketika Jisung merasa rasa laparnya sudah menguap begitu saja di udara. Yang hanya ia inginkan sekarang adalah pulang. Dirinya tersenyum getir.

Memangnya dia siapa? Bukan siapa-siapa juga.

Ia ingin sekali marah dan menampar wajah tampan milik Minho. Namun yang bisa ia lakukan hanya menangis, dan menangis. Menangis seperti saat pertama kali dirinya menelan pil kekecewaan dari Minho. Bahkan tubuhnya dan otaknya sudah terlalu lelah untuk berkompromi.

Sekali lagi, dirinya bukanlah siapa-siapa.

R O O M A T E • M I N S U N G

Pagi harinya, Jisung tidak menemukan Minho disampingnya. Dapat ia tebak, sepertinya Minho menghabiskan malam yang panas bersama Joy. Entahlah dimana. Yang Jisung tahu sekarang adalah hal yang baik untuk dirinya memulihkan diri sebelum kembali menelan pil kecewa.

Hal seperti ini sudah biasa terjadi. Alasan yang hampir sama. Wanita yang ia dekati, memberi respon terhadap ajakkan kencannya. Jadi, ia melupakan Jisung. Bahkan ia sampai hafal. Terserahlah.

Pintu kamar terbuka ketika Jisung akan pergi keluar untuk membeli sarapan. Minho sudah kembali. Sekarang pukul sepuluh.

Minho masih berdiri didepan pintu. "Sung. "

"Awas, gua mau beli sarapan. " Ketus Jisung. Terlalu kentara jika dirinya tengah kesal.

"Sung, gua lu--"

"Lupa semalem karena Joy terima dia jadi pacar lu? " Ucap Jisung melanjutkan perkataan Minho.

"N-nah itu lu tau. Kemaren lu gak pergi kan? " Tanyanya.

Jisung malas sekali membahas hal ini. Dapat Jisung tebak saat ini matanya sembap karena menangis semalaman dan berakhir dengan tertidur.

"Gak jadi. " Dustanya. "Kemaren gua diajakin main sama Felix. " Tambahnya agar semakin meyakinkan. Lagipula, Minho tidak akan mencari lebih jelas kok dia pergi atau tidak. Kan dirinya mudah dilupakan.

"Oh. Mau gua beliin? " Tawar Minho karena tahu Jisung akan keluar membeli sarapan sekaligus makan siang.

"Gak usah. " Tolak Jisung masih dengan nada ketus. "Mending lu mandi sana, bau abis iya-iya. "

"Galak amat jawabnya, neng. Jangan galak-galak atuh. " Canda Minho supaya Jisung tidak cemberut lagi. Bahkan ia juga menoel dagu Jisung.

"Jangan pegang-pegang. " Tepis Jisung. "Mandi gak?!?! "

"Senyum dulu, baru gua mandi dah. Pagi-pagi udah cemberut aja. Nanti rejeki lu berkurang loh. "

"Mandi udah. " Ujar Jisung lalu pergi. Namun, Minho menahan tangannya.

Jisung masih malas berhadapan dengan Minho. Walaupun candaan Minho itu sungguh berguna untuk memperbaiki hatinya yang hancur kemarin. "Apaan sih, Ho? Gua mau makan. Laper nih. Mandi sana lu mendingan. "

"Senyum dulu, beneran. Serius. " Pintanya tanpa menyerah.

"Nih, " Jisung menunjukkan senyum terpaksanya pada Minho agar ia puas dan segera mandi karena bau sisa pergulatan kemarin sungguh membuatnya ingin muntah.

Minho mengukir senyumnya. "Yang ikhlas dong. Terpaksa banget itu. " Minho masih berusaha.

Karena Jisung sudah lapar, jadi dia mau tak mau ia menunjukkan senyum ikhlas bin tulusnya pada Minho.

"Gitu dong, baru Jisung gua! " Tuturnya lalu pergi ke kamar mandi.

Apa tadi katanya? Jisung gua?

To be Continue.

Roomate • MinSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang