Chapter 28

440 64 16
                                    

Flashback On

Hari ke-3 Boruto di Ruang Rawat :

Dirinya melamun dengan raut wajah sedihnya. Selepas menelpon Sarada, ia tau gadis itu menangis karena dirinya yang belum keluar dari RS dan masih harus dirawat.

Namun, ia juga tak bisa berbuat apa-apa untuk menghapus kesedihan Sarada. Ia hanya berharap Sarada kuat sendirian tanpa dirinya di sekolah saat ini maupun...seterusnya!

Hinata & Naruto tak lama datang dan masuk ke kamar putranya, namun melihat raut wajah pemuda tampan kesayangan mereka itu bersedih. Apa yang ia pikirkan?

"Boruto, kamu kenapa nak? Kok sedih gitu mukanya? Ada apa?" tanya Hinata yang langsung mengambil kursi dan duduk di samping ranjang Boruto.

"Mimpi-mimpi Boruto kan masih banyak, mah. Terus Boruto masih muda. Masih banyak hal yang pengen Boruto lakuin gitu, mah! Boruto tuh capek kayak gini mah!"

Hinata hanya bisa mengangguk mendengar keluhan putranya sambil mengelus surai rambutnya. Sedangkan Naruto mengelus tangan putranya sambil menatap sendu. Mereka tau putranya lelah, sangat lelah! Harus bolak balik Rumah Sakit : periksa ke dokter, suntikan dimana-mana, dan minum obat.

Jujur, orangtua mana yang tak sedih dan rasanya ingin menjerit kepada Tuhan? Mengapa harus anak mereka yang menderita? Jika waktu bisa diputar, lebih baik salah satu dari mereka saja mau menggantikan kesakitan Boruto daripada harus melihat anak mereka menderita.

Tapi, mereka harus kuat di hadapan Boruto. Sambil menahan tangis, mereka lanjut mendengarkan keluhan Boruto...

"Boruto tuh pengen cepet sembuh!"

"Iya sabar ya, sayang, kamu harus sabar! Mama tau Boruto capek. Tapi kamu harus kuat, harus bertahan ya."

"Masa Boruto, Boruto..."

"Ihh cengeng!"

Tiba-tiba, suara ledekan terdengar di depan pintu kamar Boruto. Tak lain tak bukan, itu adalah Sarada.

"Tuh liat siapa yang dateng?" ucap Hinata tersenyum karena kehadiran sahabat istimewa putranya itu.

"Masa jagoan Sarada cengeng sih! Gak boleh dong!"

Naruto tersenyum karena Sarada kembali menjenguk putranya ini.

"Hey, senyum dong! Setiap kali kamu senyum, satu masalah kamu hilang."

Nasehat yang selalu Sarada dengar dari Boruto, kini dipraktekkan kepada sang pemberi nasehat itu.

Boruto menyilangkan dua jarinya ke ujung bibir seolah-olah menarik sudut bibirnya untuk tersenyum. Sarada tersenyum kembali karena Boruto tak sedih lagi, setidaknya.

Lalu, Boruto menepuk-nepuk dada kanannya agar Sarada mendekatinya. Dia tau kode itu, namun ada orangtua Boruto. Jujur ia malu kalau misalnya Boruto minta pelukan.

Hinata & Naruto hanya mengangguk kecil kepada gadis itu, agar ia mau mendekati Boruto. Kepala Sarada langsung mendekat dan menaruh kepalanya di dada Boruto. Sambil saling mengenggam kedua tangan, mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Orangtua Boruto langsung pergi meninggalkan mereka berdua. Mereka percaya bahwa gadis itu bisa menjaga Boruto saat ini.

Flashback Off








Di Kamar Boruto

Boruto membuka kedua matanya, tak sadar kalau ia ketiduran karena memikirkan kejadian tadi.

Senja mulai datang. Boruto memutuskan kembali ke sekolah saja, ingin menuju Ruang Musik untuk menenangkan diri. Rasanya percuma saja di rumah, tak bisa selesai masalahnya.

Untung saja satpam sekolahnya itu kenal Boruto sebagai juara umum yang sering di sekolah mereka. Jadi tak masalah bagi satpam itu untuk mengijinkan murid teladan itu masuk.














Ruang Musik

Dia memainkan tuts piano dengan jarinya. Dalam benaknya teringat kenangan bersama Sarada di Ruang Musik ini.

Boruto tersenyum.

Dia akan membawa kenangan itu bersama dirinya apapun yang terjadi.

Meskipun Sarada membencinya dan tak mau bertemu dengannya lagi.

Jarinya kemudian memainkan lagu Do-Re-Mi, lagu kesukaan Sarada.

**

Sarada terengah-engah berlari kembali ke sekolah. Ia yakin, pemuda itu masih di Taman Sekolah. Tapi nyatanya, ia tak menemukan orang itu.

'Apa dia sudah pulang ya?'

Tak lama, Sarada mendengar suara piano di Ruang Musik. Mungkin Boruto yang ada di dalam. Perlahan-lahan ia berjalan menuju Ruang Musik dan ternyata benar dugaannya!

Sarada melihat Boruto memunggunginya dan memainkan lagu kesukaannya. Semua kenangan pertemuan mereka bertemu muncul di benaknya.

Seakan-akan menyadari ia tak sendirian, Boruto menghentikan permainannya dan mulai berbicara sambil tak menatap wajah orang itu.

"Aku kira kamu gak mau melihatku lagi!"

Boruto membalikkan badan dan melihat tatapan sendu Sarada. Perlahan, Sarada berjalan mendekati Boruto.

"Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan!"

"Apa?"

"Kenapa kamu memutuskan untuk dioperasi padahal kamu tau itu bisa membahayakan nyawa kamu?"

"Karena aku ingin punya kesempatan untuk sembuh dan nemenin kamu!"

Sarada kembali menangis mendengar jawabannya.

"Dulu aku gak pernah takut karena aku tidak pernah memperdulikan apapun. Sekarang setelah ketemu sama kamu, aku takut kehilangan segalanya! Aku takut banget, Boruto!" ucap Sarada sambil terisak.

"Kamu pikir aku gak takut?" ucap Boruto dengan lembut.

"Tentu aja kamu pasti takut! Kamu bisa kehilangan nyawa kamu!"

Boruto menggeleng.

"Bukan itu yang aku takutkan. Aku gak takut mati, Sarada. Aku udah bisa menerima semuanya sejak dulu. Itu hanya masalah waktu aja. Yang paling aku takutkan adalah..."

Boruto menarik nafasnya perlahan.

"Aku takut kehilangan kamu!"

"Boruto...aku juga takut kehilangan kamu! Sangat-sangat takut!" ucap Sarada lemah.

Tanpa sadar, mereka saling mendekat satu sama lain dan berpelukan. Begitu erat, erat sekali, sehingga mereka bisa merasakan ketakutannya satu sama lain.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

804 words 💖

3600 DETIK [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang