1.Si Malas

19.8K 1K 73
                                    

Di sebuah kota terdapat sebuah sekolah SMA yang bernama SMA Tunas Kelapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah kota terdapat sebuah sekolah SMA yang bernama SMA Tunas Kelapa. Sekolah ini adalah salah satu sekolah terfavorit, dan sekolah model di kotanya.

Gedung sekolah bertingkat tiga dengan cat berwarna kuning, berdiri kokoh di pinggiran jalan kota yang sering dijuluki kota kerang. Tidak ada yang istimewa dari sekolah ini, jika biasanya sekolah-sekolah SMA lain memiliki banyak ruangan dan lapangan besar, tapi di sini beda. Sekolah ini hanya memiliki satu lapangan yang tidak luas, tidak ada taman, dan kantin? Oh ... jangan kalian bayangkan kantin mewah ada di sini, kantin di SMA ini hanya ada dua, yang satu ada di lantai dasar dan lagi kantin dasar ini sangat sempit dan letaknya terjepit di sisi ujung gedung sekolah. Lalu kantin yang ke-dua ada di lantai dua letaknya di ujung koridor di dekat ruang lab.

Orang-orang yang dulunya masih merasa asing, kini sudah saling akrab, beberapa bulan lalu mereka adalah murid baru. Namun, sekarang mereka sudah menjadi sebuah keluarga.

Keadaan kelas, sungguh kacau dan tak tertata, ada yang asik bermain Tik-tok, ada yang chetingan sambil senyum-senyum tak jelas, dan ada yang duduk berjejer di bawah papan tulis sambil bergosip ria dan sudah pasti itu adalah kamu hawa, dan yang lebih parah adalah ke-lima manusia yang sedang duduk berdempet-dempetan seperti ikan asin di meja guru. Mereka ber-lima menyusun dua bangku berjejer, lalu mereka duduk sambil mempertahankan bobot tubuh masing-masing.

Apa yang sedang mereka lakukan. Kalian mau tau? Alasan mereka rela duduk berdempet-dempetan, karena mereka berlomba untuk merasakan sejuknya hembusan kipas angin yang ada di atas kepala mereka. Di kelas ini tidak ada AC, karena sekolah ini tidak memiliki fasilitas yang terlalu mewah.

Lalu di sana, di bangku deretan ujung nomor dua dekat dinding ada sepasang murid yang sedang duduk anteng dengan kesibukan masing-masing. Yang wanita sedang sibuk menyalin buku catatan teman sebangkunya.

Wanita dengan serangam putih abu-abu, dan kucir satu yang mulai melonggar itu bernama Gia Lestari. Di tengah keasikannya dalam mencatat tiba-tiba pena yang awalnya masih lancar mengeluarkan tinta berwarna hitam, kini sudah mulai tersendat-sendat. Gia menatap penanya sebentar lalu menggerutu, penanya sudah habis, dengan kasar ia melempar penanya asal.

Gia menatap ke samping pada pria yang sedang asik bermain game online sambil bersandar pada dinding.

"Minta pena dong, San. Pulpen gue udah sakaratulmaut," ucap Gia, sambil mengulurkan tangannya.

"Ambil aja di tas gue," kata pria itu, matanya masih saja fokus pada ponsel di tangannya dengan posisi miring.

Gia menggeleng, lalu bersedekap dada.

"Gak mau, ambilin lah!" perintahnya.

Muhammad Sandi Gedi itu adalah nama pria tampan dengan mata belo, bibir tipis dan berhidung mancung. Mata beningnya beralih pada teman sebangkunya yang sering merepotkannya itu.

"Ambil sendiri kenapa, sih?" tanya Sandi, ia kembali fokus pada game onlinenya.

Gia berdecak, dia memajukan bibirnya cemberut. Sebenarnya dirinya sedang malas bergerak, lagi pula kenapa pulpennya harus habis di saat dia masih semangat, sekarang semangatnya sudah mulai berkurang. Namun, karena catatannya harus dikumpul hari ini juga, jadilah Gia harus kembali membangkitkan semangat menulisnya lagi.

Malas atau Manja [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang