01

545 51 4
                                    

4:00 PM.

Hari itu adalah hari yang hangat di bulan agustus. Rasanya sama seperti hari-hari lain. Waktu yang sempurna untuk berjalan-jalan dan menikmati waktu bersama teman-teman di taman. Liburan musim panas sedang berada di puncaknya. Jalanan dipenuhi dengan orang-orang yang bergegas pulang dari tempat kerja. Anak-anak muda berjalan dengan santai, seorang gadis yang terlihat biasa-biasa saja pada awalnya, berjalan di antara kerumunan orang dan tenggelam dalam pikirannya.

Tiba-tiba dia menyadari sesosok gadis yang tidak dikenalnya menggunakan celana denim dan mantel, berlari ke arahnya. Baru saja dia berpikir betapa anehnya gadis itu, karena mengenakan mantel di hari yang hangat, gadis itu menghampirinya. Menarik tangannya, dan mereka menghilang dari kerumunan.

Dalam kerumunan seperti ini tidak seorang pun menyadari bahwa kedua gadis itu baru saja menghilang di tengah hari. Sesaat kemudian, badai yang mengerikan datang menghampiri dan angin mulai bertiup kencang. Awan-awan hitam muncul tiba-tiba dan petir menyambar-nyambar dengan suara mengerikan membuat semua orang berlari ke toko atau kedai kopi terdekat untuk berteduh.

5:00 PM.

Dia terbangun di sebuah kamar yang aneh dan tidak dikenalnya. Dia merasa aneh, dia mendekati cermin dan berdiri di depannya, terpaku. Dia tidak mengenali pantulannya di cermin. Dia terlihat berbeda, dia mengenali wajahnya tapi dia berbeda dari sebelumnya.

"Oh, ya, tuhan! Ini bukan warna rambutku! Bagaimana bisa rambutku sepanjang ini?!" Dia ketakutan. Dia memperhatikan seluruh tubuhnya dan pakaian barunya. "Apa ini? Ini bukan pakaianku. Aku ingat apa yang kupakai pagi ini. Gaun malam ini terasa aneh, aku tidak tahu bahan pakaian ini, aku belum pernah melihatnya di toko pakaian mana pun."

Rhedica melihat matanya di cermin. Bola matanya berwarna merah dan kuning, seperti api yang membara. "Aku sedang bermimpi! Ini pasti mimpi!! Mungkin aku menabrak gadis aneh itu dan kepalaku terantuk. Yah, benar! Kepalaku pasti terantuk sesuatu dan aku pingsan. Jadi, semua ini hanyalah mimpi!"

"Tidak, ini bukan mimpi." Sesosok gadis cantik dengan rambut hitam dan pakaian yang tidak biasa berdiri dengan santai di pintu kamarnya.

Rhedica menatap gadis itu dengan sangat terkejut. "Kamu, kamu punya sayap?!"

"Benar. Aku punya sayap. Aku akan ...." Dia tidak menyelesaikan kalimatnya. Benar-benar terkejut, Rhedica kehilangan kesadaran dan terjatuh ke lantai. Sayap yang dilihatnya di punggung gadis itu terlalu sulit untuk diterimanya.

8:00 PM. Rhedica perlahan-lahan bangun. Dia ingat bermimpi aneh, dia bermimpi ada di dunia yang aneh, berbicara dengan seorang peri. Peri sungguhan dengan sayap berkilau yang luar biasa. Tapi, saat menoleh dan melihat sekitar, dia menyadari bahwa dia salah. "Apa?! Tidak! Tidak mungkin ...." Rhedica tiba-tiba meringis, melompat dari tempat tidur dan menyadari bahwa dia masih berada di tempat kamar aneh itu.

Gadis misterius itu memperhatikan dia. "Tenang. Semuanya baik-baik saja,"

"Aku sudah pingsan dua kali hari ini. Jangan lakukan itu lagi."

Dia mengambil napas dalam-dalam dan melanjutkan berbicara. "Namaku Thalia. Aku adalah seorang peri. Kamu aman, dan aku tidak akan melukaimu. Siapa namamu?"

"Rhedica."

"Oke, Rhedica. Senang bertemu denganmu, akhirnya ...." dia tersenyum. Wajahnya sangat menenangkan dan ramah. Itu membuat Rhedica merasa aman.

Dia masih terkejut, tapi sudah cukup tenang dan memutuskan untuk mencari tahu apa yang terjadi. "Apa yang terjadi di sini?"

"Aku adalah peri pencari, dan aku sudah mencarimu untuk waktu yang lama. Yah, sulit sekali menemukanmu. Mereka sudah mengirimkan puluhan peri hanya untuk satu tujuan. Menemukan gadis dengan mata berapi,"

"Apa maksudmu 'mata berapi'? Mataku tidak berapi ... tunggu!" Dia berlari ke arah cermin dan memandang pantulannya. Bola matanya masih tetap merah membara. Dia berbalik ke arah Thalia. "Ada apa ini?"

"Kamu selalu berpenampilan seperti ini. Hanya saja, kamu tidak bisa melihat wajahmu yang sebenarnya. Tidak ada sihir di dunia tempat aku menemukanmu. Semua itu tersembunyi di dalam dirimu dan karna sekarang kamu sudah berada di kerajaan peri, penampilanmu kembali seperti dirimu yang dulu."

"Diriku yang dulu?" tanyaku.

"Sama sepertiku, seorang peri."

Rhedica tidak mempercayai telinganya. Semua itu benar-benar terasa tidak nyata dan tidak dapat dipercaya. Peri adalah makhluk yang hanya ada di dalam dongeng. Dia ingat semua cerita fantasi yang dikisahkan oleh nenek sebelum tidur. Dia berpikir apakah semua itu mungkin nyata. "Tapi, aku tidak sepertimu. Aku tidak punya sayap,"

"Kamu akan punya sayap. Aku dulu juga tidak punya sayap."

"Bagaimana caranya?"

"Kamu akan mengetahuinya di waktu yang tepat."

Rhedica tidak menyukai jawaban yang rahasia itu. Dia masih berpikir kalau Thalia bercanda, dan dia memikirkan cara untuk mengetahui apakah semua yang dikatakan Thalia benar atau tidak. "Kalau kamu benar-benar adalah peri bersayap, terbanglah. Buktikan padaku kalau semua yang kamu katakan itu benar!"

Mendengar kata-kata itu, Thalia hanya tersenyum dan sesaat kemudian, sayapnya mulai bergerak dan dia melayang ke udara. Rhedica tidak bisa berkata-kata. Thalia baru saja meyakinkan dia bawa semua yang dikatakannya sungguh-sungguh.

"Baiklah, aku akan mempercayaimu. Kenapa kamu mencariku?"

"Kami membutuhkanmu. Kami membutuhkan bantuanmu untuk menyelamatkan kerajaan kami,"

"Apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu? Beberapa menit yang lalu aku bahkan tidak tahu kalau peri itu ada."

"Kamulah satu-satunya orang yang memiliki kekuatan untuk menyelamatkan kami semua,"

"Aku?! Apa maksudmu?" tanyaku.

"Kamu adalah cucu dari peri matahari yang berhasil menyelamatkan kerajaan ini sebelumnya. Darah peri matahari mengalir dalam dirimu, kamu mendapatkan mata berapi itu darinya."

"Nenek adalah seorang peri?"

"Aku tahu ini sangat mengejutkan untukmu. Mungkin aku seharusnya tidak memberi tahu semuanya sekaligus, aku akan membiarkanmu istirahat. Kita bisa melanjutkannya di pagi hari kalau kamu setuju,"

"Aku setuju denganmu. Aku harus memikirkan semua ini,"

Thalia meninggalkan kamar, menutup pintu, dan membiarkan Rhedica sendirian dengan pikirannya. Semua terasa tidak dapat dipercaya olehnya. Pada akhirnya, dia menyerah untuk menemukan penjelasan yang masuk akal. Kelelahan, dia hanya terjatuh ke tempat tidur yang lembut, nyaman, dan beraroma bunga. Dia segera tertidur dalam hitungan menit

VALERIA [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang