Cataleah lalu mengajak kami berkumpul. Karena sudah waktunya untuk memulai ceramah. Saat melihat Livian, Thalia berlari ke arahnya dan memeluknya. Ini membuatnya terkejut sekaligus tersenyum.
"Rhedica, sepertinya kamu sudah bertemu dengan anggota terakhir kelompok kita. Livian tidak bisa mengikuti kelas selama beberapa hari terakhir, tapi sekarang dia akan mengikuti kelas kita." jelas Cataleah.
Thalia berbisik pada Rhedica. "Aku tidak tahu bagaimana cara Cataleah berhasil meyakinkan Livian untuk datang ke sini ... bagaimana menurutmu?"
"Mungkin dia memutuskan untuk kembali atas kemauannya sendiri,"
"Kurasa tidak begitu."
"Hei kalian, bisa tolong dengarkan?" geram Cataleah.
"Maaf, tolong lanjutkan, Cataleah." Kataku.
"Kami mendengarkan." timpal Thalia.
"Baiklah. Hari ini, kita akan membahas materi lama. Lama untuk kalian, tapi baru untuk Rhedica. Kita akan mempelajari tentang sayap peri. Semua peri terlahir tanpa sayap. Pasti akan lebih mudah kalau itu tidak terjadi, tapi itulah kenyataannya. Baru setelah kamu mulai memahami dirimu sendiri dan dunia di sekitarmu, sayapmu akan tumbuh. Dan ini bukan tentang sentuhan atau pengetahuan khusus. Kamu harus merasakan detak jantung alam, memahami cara kerjanya, dan bagaimana kamu terhubung dengan alam."
Dairon mendekati mereka berdua dan berbisik. "Argh! Ini membosankan sekali! Aku sudah mendengarkan cerita ini jutaan kali sebelumnya."
"Bisakah kamu diam? Aku baru mendengarnya untuk pertama kali," geram Rhedica.
"Baiklah, maaf. Sepertinya seseorang sedang tidak ingin diganggu."
"Setiap peri terlahir di bawah perlindungan salah satu unsur alam. Jadi, ada peri dan elf air, tanah, pohon, udara ... misalnya, Thalia adalah peri udara, sedangkan Livian adalah elf air. Aku cukup yakin Dairon adalah elf batu, dan kamu, Rhedica, adalah peri cahaya."
"Serius? Berdasarkan apa?" tanyaku.
"Kamu biasanya mewarisi unsur-unsur orang tuamu, tapi ada beberapa contoh dimana hal itu tidak berlaku. Dairon mewarisi unsur batu karena orang tuanya memiliki kaitan dengan unsur batu. Sedangkan Livian menjadi elf air."
"Unsur batu lebih bagus daripada unsur air." Cataleah menatapnya dengan tajam dan Dairon berhenti bicara.
"Saat ada pergantian musim, para penduduk Valeria merayakannya. Pergantian ini tidak hanya memengaruhi keadaan hutan, tapi juga sihir. Beberapa sihir menjadi lebih kuat, beberapa menjadi lebih lemah. Jadi, peri dan elf yang memiliki unsur tertentu memperoleh kekuatan lebih hebat dari lainnya."
"Nah, karena musim panas hampir berlalu, artinya peri api dan cahaya menjadi semakin lemah, sedangkan peri tanah dan batu menjadi lebih kuat." Jelas Livian.
"Benar. Dan selama periode itu, saat musim berganti, adalah waktu yang sempurna untuk menumbuhkan sayap. Perubahan sihir dalam tubuh kita dan sekeliling kita memberikan keuntungan. Hubungan kita dengan alam menjadi lebih kuat dan kesempatan para peri dan elf untuk menumbuhkan sayap menjadi lebih besar. "
"Tapi, bagaimana cara menumbuhkan sayap?" tanyaku lagi.
"Dengan menyatu dengan alam. Itu bisa terjadi kapan pun dan dimana pun. Tapi, saat pergantian musim, peluangnya sangat besar, dan itulah saat-saat di mana sebagian besar peri dan elf mendapatkan sayap. Thalia dan Livian sudah memiliki sayap, tapi masih belum belajar mengendalikannya. Aku yakin festival musim gugur adalah waktu yang tepat untuk Dairon."
"Sangat setuju!" sahut Dairon.
"Bagaimana denganku?"
"Rhedica, berikan waktu untuk dirimu sendiri." Rhedica tidak terlalu senang mendengar berita ini. Menumbuhkan sayap adalah harapan terbesarnya sejak sampai di dunia peri.
Sekali lagi, setelah kelas berakhir, Cataleah membiarkan Thalia, Dairon, dan Livian pulang. Rhedica harus tetap tinggal. Rhedica mengambil alat tulisnya dan duduk, bersiap untuk pelajaran tambahan.
"Aku tidak merencanakan pelajaran tambahan hari ini. Aku hanya ingin mengobrol denganmu," Rhedica terkejut mendengarnya, tapi dia tetap mengemasi barang-barangnya. "Katakan padaku ... bagaimana kabarmu?"
"Aku agak sedikit sedih."
"Kenapa?" tanya Cataleah.
"Aku seharusnya bekerja hari ini dan aku sudah menantikannya."
"Oh, iya. Aku mendengar beritanya, Herens harus menemui para tetua dan membantu mereka."
"Benar. Thalia juga mengatakannya,"
"Apa ada sesuatu yang ingin kamu jadi tangan padaku?"
"Aku benar-benar menyukai semua yang ada di sini dan menikmatinya setiap hari, tapi aku merindukan teman-teman dan keluargaku."
"Rhedica, kurasa sudah waktunya aku memberitahumu sesuatu."
"Ada apa? Apakah sesuatu terjadi pada mereka?"
"Tidak. Mereka baik-baik saja."
"Tapi kamu terlihat gelisah,"
"Rhedica, kamu harus mengerti sesuatu. Kedatangan goyang tiba-tiba ke sini tidak seharusnya terjadi. Thalia benar-benar harus menarik dan membawamu ke sini, dan dia berhasil menemukanmu di detik-detik terakhir."
"Ya, aku tahu itu. Dia menceritakannya padaku. Tapi, apakah rencana awalnya?"
"Kamu seharusnya memiliki waktu untuk berpisah dengan semua orang dan memutuskan apakah kamu ingin datang ke sini atau tidak."
"Ya, itu pasti menjadi lebih baik. Aku bisa mengucapkan selamat tinggal pada orang tuaku, mengatakan pada mereka kalau aku akan pergi sebentar, lalu kembali."
"Sebenarnya tidak. Apa pun yang kamu lakukan, hasilnya akan tetap sama. Mereka juga tidak mengkhawatirkanmu sekarang,"
"Apa?"
"Kamu harus tahu kalau saat seseorang melewati satu dimensi ke dimensi lainnya, dia tidak akan ada lagi di dimensi pertama dan sejak kehadirannya di dimensi itu akan hilang."
"Apa maksudmu? Apakah semua orang melupakanku?"
"Benar. Maaf, tapi semua orang yang mengenalmu akan melupakanmu. Seolah-olah kamu tidak pernah ada di sekitar mereka,"
"Tidak, tidak, itu pasti bohong! Aku tidak percaya ini!"
"Rhedica, tenang lah. Dengarkan aku ..." Cataleah mendekat dan berusaha memeluknya. Tapi Rhedica berhasil melepaskan diri, dia berbalik dan berlari.
KAMU SEDANG MEMBACA
VALERIA [ COMPLETED ]
Adventure[ tamat ] [ follow dulu ] [06/10/21] cerita ini diceritakan kembali dari virtual game (lupa namanya) yang saya beri judul VALERIA. dimana ada seorang wanita dari kehidupan nyata yang tersesat di dimensi lain ( dunia peri ). edit : ± 20/11/2020 upd...