Pukul 09:00 AM. Rhedica terbangun karena mendengar suara cuitan burung. Dia bangun, berpakaian, dan keluar kamar. Dia tidak bisa duduk sendirian di kamar. Dia berjalan-jalan sebentar, memikirkan dirinya dan hidupnya. Rhedica sendirian sekarang, tapi Dairon benar, itu mungkin bukan sesuatu yang buruk. Dia dapat memulai hidup baru di Valeria. Dia ingat bertingkah tidak sopan pada Cataleah sebelumnya dan memutuskan untuk meminta maaf kepadanya. Lalu, Rhedica mendengar suara yang akrab memanggilnya.
"Hei, Thalia!" sapaku.
"Hei, pagi. Kamu bangun lebih awal hari ini. Yah, aku menghawatirkanmu kemarin. Aku pergi ke balkon untuk menemuimu segera setelah Cataleah menyelesaikan tugasnya, tapi kamu tidak ada di sana."
"Aku tahu. Kami selesai lebih cepat,"
"Cataleah terlihat khawatir kemarin," ucap Thalia.
Rhedica menceritakan semua yang terjadi pada Thalia. Awalnya, Thalia sedih dan khawatir kalau Rhedica marah padanya, tapi Rhedica meyakinkan dia kalau semuanya baik-baik saja karena tidak seorang pun bisa mengubah masa lalu dan Rhedica sudah berhasil menerimanya.
"Jadi, sekarang kamu sudah bertemu dengan Livian ... bagaimana pendapatmu tentang dia?" tanya Thalia.
"Dia misterius. Maksudku, dia sepertinya baik, tapi agak sombong. Dia benar-benar suka merahasiakan semuanya," jelasku.
"Memang benar. Dia selalu menyimpan semuanya sendirian dan tidak terbuka pada orang lain."
Rhedica ingat sebelumnya Thalia pernah mendeskripsikan Livian sebagai sosok misterius dan penuh rahasia. "Thalia, katamu Livian tidak terbuka pada orang lain karena tragedi keluarganya. Tapi, apa yang sebenarnya terjadi?"
Thalia terlihat murung dan berkata, "Aku tidak bisa menceritakannya. Aku tahu yang terjadi, tapi aku tidak sepantasnya menceritakan semuanya."
Rhedica tidak puas dengan jawaban itu, tapi memutuskan untuk tidak bertanya lagi. "Apa sudah waktunya kita pergi?"
"Yah, kita sebaiknya bergegas agar tidak terlambat latihan." Mereka menyantap sarapan dengan cepat dan bergegas menuju balkon.
Saat Rhedica dan Thalia sampai di balkon, hal pertama yang mereka lihat adalah beberapa peri dan elf merangkai bunga-bunga dan menata dekorasi. Lalu, mereka melihat Cataleah dan Dairon sedang mengobrol dengan serius. Rhedica dan Thalia mendekati mereka berdua untuk menyapa.
"Cataleah, ada apa?" tanya Thalia.
"Aku akan menjelaskan semuanya setelah Livian sampai di sini." Mereka mengamati para peri dan elf yang membawa berbagai barang, memotong dan membentuk bunga-bunga.
Livian datang beberapa menit kemudian. Dia mendekati mereka dengan ekspresi kebingungan. "Ada apa ini? Persiapan untuk musim gugur?"
"Tidak juga. Ayo ke sini, kita akan duduk di tempat yang tidak mengganggu." Cataleah mengajak kami pergi ke salah satu sudut taman, lalu kami memandangnya bingung seolah-olah menginginkan penjelasan. "Aku agak kecewa karena kalian tidak menebak apa yang terjadi."
"Bagaimana bisa kami mengetahuinya?" desis Dairon.
"Yah, kita membicarakannya kemarin," sambung Cataleah.
Livian tersenyum dan berkata, "Festival musim gugur!"
"Tepat sekali. Aku menceritakannya kemarin karena ini," ujar Cataleah.
"Aku tidak tahu apa pun tentang festival musim gugur. Apa yang harus kita lakukan? Apa akan ada tugas?" tanyaku.
"Kamu harus berpakaian cantik, menggunakan make up, datang ke sini, dan bersenang-senang dengan peri dan elf lain." jelas Cataleah.
Dairon tertawa sambil bertepuk tangan. "Makanan, minuman, musik yang indah ... jadi, ini pesta?" Semuanya mulai tertawa.
"Kita bisa menganggapnya seperti itu. Tapi kita harus melakukan latihan hari ini. Sebelum kalian boleh pulang untuk bersiap-siap, kita harus bergegas mulai.
"Cataleah, maaf menyela, tapi aku ingin bertanya sesuatu." senggah Livian.
"Apa?"
"Aku menemukan buku aneh di perpustakaan. Selain jenis-jenis peri, buku itu menjelaskan kekuatan yang dimiliki peri. Misalnya, buku itu menulis bahwa peri batu bisa menggunakan batu dan mengubah karakteristiknya."
"Hmm, kenapa kamu bisa menemukan buku itu? Bukankah buku itu ada di bagian terlarang perpustakaan?" desis Cataleah.
Livian memalingkan pandangannya dan terlihat agak malu. "Yah, aku kenal baik dengan penjaga perpustakaannya."
"Baiklah. Buku itu ada di bagian terlarang karena satu alasan. Buku itu berisi informasi yang tidak boleh disebarkan pada sembarang peri atau elf. Tapi karena aku yakin kamu sudah membacanya, aku akan menjawab pertanyaanmu. Apa yang ingin kamu ketahui?"
"Sebenarnya, kekuatan-kekuatan apa yang di deskripsikan di buku itu? Apa kekuatan itu hanya perumpamaan atau ....?"
Cataleah tertawa. "Aku selalu senang dengan wawasanmu. Itu bukan perumpamaan, itu adalah kekuatan nyata. Semua peri dan elf memiliki kekuatan dari unsur mereka."
Rhedica sangat tertarik dengan semua itu. "Tapi, bagaimana cara kita menggunakannya? Haruskah kita belajar cara menggunakan sihir?"
"Kalian tidak bisa menggunakannya. Kekuatan itu dikunci. Setiap peri dan elf yang memiliki hubungan dengan unsur, mereka memiliki kekuatan tertentu. Selain itu, peri dan elf dengan unsur yang sama dapat mengembangkan kekuatan yang berbeda dari unsur itu. Misalnya, peri air dapat memanipulasi air atau es. Meskipun begitu, tetap ada perbedaan cara memanipulasinya."
"Tapi, kenapa tidak seorang pun memiliki kekuatan itu?" tanya Livian.
"Kekuatan itu dikunci. Kekuatan itu merupakan energi yang sangat besar dan tidak dapat diprediksi, yang dapat menghancurkan hutan tempat tinggal kita."
"Kekuatan itu dikunci?" ulang Livian.
"Benar, nenek Rhedica menguncinya lebih dari 50 tahun yang lalu."
Rhedica tidak tahu apa yang harus dia tanyakan pertama kali. "Kenapa nenekku melakukannya?"
"Nenekmu melakukannya untuk melindungi Valeria," ucap Cataleah.
"Tunggu! Nenek Rhedica mengunci kekuatan semua peri dan elf di Valeria, dan tidak seorang pun tahu cara membukanya?" senggah Thalia.
"Itu benar."
"Aku tidak percaya ini ..." tambah Dairon.
"Tapi, apa yang terjadi kalau Valeria membutuhkan bantuan kita? Bagaimana cara kita mempertahankan diri?" protes Livian.
"Kita punya pasukan penjaga raja, bukan?" Setelah mengatakannya, ekspresi wajah Cataleah berubah sebentar, seolah-olah dia mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui, tapi dia dengan cepat mengendalikan diri.
"Lalu, bagaimana kalau semua itu tidak cukup?" sambung Livian.
"Jangan khawatir. Valeria akan tetap aman, aku bisa menjaminnya."
"Tapi ...."
Cataleah menghentikan Dairon yang akan memprotes perkataannya. "Kurasa ini sudah cukup. Aku sudah menjawab semua pertanyaanmu. Sekarang, waktunya kita memulai latihan. Bukankah itu tujuan kita berkumpul di sini?"
Rhedica menatap Livian. Livian merasa tidak puas, tapi dia berhenti bertanya dan duduk. Thalia dan Dairon saling bertatapan dengan heran dan duduk di sebelah Rhedica. Semuanya diam saat Cataleah berbicara.
Semuanya tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Rhedica memikirkan neneknya dan mencoba mengingat-ingat apakah dia pernah menceritakan apapun tentang cara membuka kekuatan peri dan elf. Livian bertekad untuk mencari tahu lebih banyak tentang hal itu. Dairon memikirkan pakaian apa yang harus dipakainya untuk perayaan nanti malam, sedangkan Thalia mempertimbangkan apakah dia sebaiknya mengatakan perasaannya pada Dairon atau tidak. Semua orang terhanyuk dari lamunan mereka saat Cataleah selesai berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
VALERIA [ COMPLETED ]
Adventure[ tamat ] [ follow dulu ] [06/10/21] cerita ini diceritakan kembali dari virtual game (lupa namanya) yang saya beri judul VALERIA. dimana ada seorang wanita dari kehidupan nyata yang tersesat di dimensi lain ( dunia peri ). edit : ± 20/11/2020 upd...