38

8 0 0
                                    

Karena ingin menghentikan Rhedica secepat mungkin, Zaria menarget kakinya. Bola-bola api itu pun membakar kaki Rhedica. Dia berteriak kesakitan dan terjatuh. Lalu, Rhedica merasakan tiupan angin yang kencang. Seseorang mengangkat tubuhnya, dan sedetik kemudian tangan seseorang menangkapnya. Mereka adalah Dairon dan Livian. Dairon berkonsentrasi pada burung yang menyerang Rhedica, sedangkan Livian membantunya melayang dan menghindar.

"Tetap di sini. Semuanya akan baik-baik saja!" kata Livian.

"Tidak, aku juga akan pergi." Tapi, Livian sudah pergi dan bergegas membantu Thalia yang melawan Zaria. Tapi, Zaria masih jauh lebih kuat dari mereka. Kedatangan mereka hanya membuat pria jahat itu semakin kesal. Dan karena kesal, dia malah membabi-buta mereka. "Aku harus membantu mereka." Perlahan-lahan, Rhedica berdiri dan bergegas menuju ke arah Zaria. Thalia tergeletak tidak sadarkan diri di tanah. Livian tersangkut di bagian pohon, sedangkan Dairon masih melawan burung itu.

"Tidak, Rhedica, kembali!" teriak Livian.

Zaria melemparkan bola-bola api ke hadapan Rhedica. Bagian dari pohon-pohon di sekitar mulai terbakar, dan Rhedica pun terkepung oleh asap. Dia tidak bisa melihat apa pun. Dalam sekejap, dia merasakan tangan seseorang mengambil tongkat kerajaannya. "Tidak!" Mereka memperebutkan tongkat kerajaan itu, berusaha mengalahkan satu sama lain. Rhedica berusaha terbang, tapi Zaria tidak melepaskan tongkat kerajaan itu.

Burung raksasa yang dilawan Dairon berhasil menjatuhkan Dairon. Burung itu terbang ke arah mereka, mendorong Rhedica, dan mendatangi Zaria agar dia bisa melompat ke atasnya.

"Aaaaa!" Rhedica terlempar jatuh menuruni tangga. Dia jatuh berguling-guling karena terlalu lelah untuk membentangkan sayap dan terbang. Dia berusaha memperlambat jatuhnya dengan sayap. Tapi, dia tidak jatuh. Saat dia membuka mata, dia sadar dia tidak akan jatuh karena Livian membopongnya dengan kedua tangannya. "Livian? Kamu terbang!"

oOo

Beberapa jam setelah Zaria pergi dengan membawa tongkat kerajaan dan semua burung raksaksa itu, pohon oak raksasa di Valeria mulai mengering dan sekarat. Rhedica benar-benar terkejut. Livian berusaha menenangkannya, tapi sia-sia saja.

"Pergilah, rawatlah Thalia. Aku akan menemaninya," bisik Ruana pada Livian.

"Baiklah, mungkin kamu lebih beruntung." balas Livian.

Rhedica menunggu hingga Livian pergi dan berlutut, lalu mulai menangis. Ruana berlutut di sebelahnya. "Jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja."

"Tidak, semuanya tidak akan sama lagi seperti sebelumnya. Apa kamu tidak mengerti? Aku menghancurkan semuanya!" Rhedica terisak dan menangis, berlinang air mata dan merasakan sakit yang luar biasa. Bukan rasa sakit karena cedera fisik
yang dialaminya. Tapi hatinya merasa sakit.

"Tenanglah, kita belum kehilangan semua harapan. Kamu dengar Livian, kan? Dia berkata tidak banyak orang terluka. Itu adalah berita bagus."

"Tapi, bagaimana dengan pohonnya? Apa yang terjadi? Semua ini salahku ... Cataleah pasti tahu apa yang harus dilakukan." ucapku.

"Tidak, kurasa bahkan ibuku tidak bisa membantu pohon oak raksasa itu saat ini. Aku datang ke sini untuk menceritakan semuanya," sela Thalia.

Rhedica menghapus air matanya dan bertanya, "Kamu akan memberitahuku kalau kamu mencium pacarku?"

"Apa? Ada apa denganmu?" gumam Thalia.

"Astaga, kupikir kamu ke sini untuk menceritakan semuanya ... lanjutkan, aku mendengarkan." kataku.

"Kurang dari setahun setelah aku lahir, Zaria menyerang kota kami. Dia mengejar para Tetua dan keluarganya. Ayahku mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan kami, dan ibuku - dia mengorbankan sayapnya untuk menyelamatkan aku. Setelah serangan itu, ibuku sadar kalau dia tidak ingin kehilangan aku. Itulah kenapa dia memutuskan untuk mengambil langkah yang sangat serius. Dia menyembunyikan keberadaanku dari semua orang, dan dia mengambilku sebagai anak yatim-piatu yang kehilangan orang tuanya dalam perang." jelas Thalia.

"Dan tidak seorang pun tahu selama ini?" tanyaku.

"Mungkin mereka pernah berpikir begitu, tapi mereka tidak yakin. Zaria pastinya tidak tahu. Cataleah berkata bahwa Zaria meminta maaf pada ibuku karena membunuh semua anggota keluarganya. Jadi, sepertinya rencananya berhasil ... dia berusaha menjelaskan situasinya padaku sejak aku masih kecil. Jadi, dengan kata lain, aku selalu mengetahuinya."

"Tapi, bukan itu rahasia yang kumaksud. Aku menunggumu mengakui kalau kamu mencium pacarku." Thalia terlihat benar-benar bingung dan Rhedica kehilangan kesabaran. "Maksudku, ciuman antara kamu dan Dairon di balkon dua hari yang lalu! Aku melihat kalian berdua. Percuma saja membantahnya!"

"Apa?" Dairon mendekat dan mendengar apa yang dikatakan Rhedica. Dia sangat marah dan terluka dengan kata-katanya. "Aku dan Thalia tidak pernah berciuman! Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu? Lagi pula, aku tidak ada di balkon saat itu. Aku pulang lebih awal, aku sangat lelah."

"Kenapa kamu masih memberi alasan padaku?" ketusku.

"Karena itu benar! Aku dan Dairon bahkan tidak bertemu malam itu. Aku ada di balkon dengan Livian." sela Thalia.

"Ha!" sontak Dairon.

"Dengan Livian?" ulangku.

"Yah ... kami sedang mengobrol dan kami berciuman."

"Tidak! Aku cukup yakin itu Dairon."

"Tapi, kenapa? Karena aku selalu ada di sana?" tanya Dairon.

"Ya, mungkin kamu benar ... saat itu gelap. Aku hanya mengenali sayap Thalia," kataku.

"Aku tidak percaya kamu tidak bertanya padaku. Kamu memutuskan untuk mengabaikanku dan menyerang Thalia! Kenapa kamu melakukannya?"

"Aku tidak berani bertanya padamu. Aku tidak siap mendengar kebenarannya darimu,"

"Tapi, kalau kamu bertanya, kamu pasti tahu kalau aku setia padamu. Aku tidak akan memberimu alasan untuk meragukan perasaanku." Dairon meletakkan tangannya di kepala dan berjalan mondar-mandir. "Maaf, tapi aku tidak bisa di sini. Aku tidak bisa melihatmu lagi. Aku harus memikirkan semuanya." Lalu, dia berbalik dan pergi.

"Rhedica, maaf." lirih Thalia.

"Untuk apa? Kamu tidak melakukan apa pun ... akulah yang menghancurkan semuanya sendiri."

VALERIA [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang