09

36 14 1
                                    

10:00 AM. Mereka berjalan menuruni tangga melingkar raksasa, menuruni pohon oak raksasa yang menyangga seluruh dunia peri di dahannya. Rhedica merasa tangga itu tiada akhirnya. Baru setelah sampai di bawah, dia menyadari betapa besarnya pohon oak itu. "Oh, tidak mungkin! Pohon ini raksasa! Dan masih banyak pohon seperti ini di dunia ini!" Dia tidak siap melihat semua pemandangan itu. Dia terkejut dengan ukuran pohon oak dan hutan-hutan yang membentang di segala arah di sekitar mereka. Dia mendatangi Thalia dengan cepat.

"Rhedica, kamu baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja. Aku hanya tidak menyangka kalau semuanya sangat besar ... dan kita sangat kecil,"

"Benar, semuanya benar-benar terlihat luar biasa untuk pertama kalinya. Tapi, jangan khawatir. Inilah rumah kita. Pohon-pohon ini melindungi kita,"

"Melindungi? Dari apa?" tanyaku.

"Dari semua hal yang bisa membahayakan kita. Ayo, kita harus mengejar peri pencari lainnya."

"Tapi, kemana kita akan pergi?"

"Tugas hari ini adalah pergi ke danau di hutan. Dan mengumpulkan sampel-sampel tanaman dan air,"

"Karena ....?"

"Karena sepertinya ada yang salah dengan air danau itu. Kita harus mengumpulkan beberapa sampel agar para tetua bisa menganalisisnya dan menemukan akar masalahnya."

"Sudah berapa lama ini?"

"Belum lama. Para peri dan elf yang pergi ke sana untuk bekerja memberitahukan masalah ini pada kami segera setelah kematian raja kami, Indrail."

"Apa kamu punya petunjuk tentang penyebabnya? tanyaku.

"Punya. Tapi ku harap aku salah,"

"Bagaimana menurutmu, apa penyebabnya?"

"Bukan apa, tapi siapa."

"Siapa?" ulang Rhedica.

"Zaria. Kalau Zaria adalah dalang di balik semua ini, kita membutuhkan semua bantuan yang bisa didapatkan."

"Thalia, siapa Zaria?"

"Zaria?" Saat itu, Thalia tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia seperti mengatakan sesuatu. Lalu tidak tahu apa yang harus dikatakan selanjutnya. "Zaria adalah peri api yang diusir dari Valeria."

"Diusir? Kenapa?"

"Aku tidak tahu ... mungkin ini terdengar tidak meyakinkan, tapi aku tidak punya jawaban untuk semua pertanyaanmu ... mungkin Cataleah bisa menjawabnya. Mereka tidak pernah memberi tahu kami apa pun tentang dia, tapi mungkin mereka akan memberitahumu."

Rhedica berpikir sebentar. Kemudian, dia tersadar. Zaria ... dia bertanya tanya mungkinkah Zaria adalah alasan dia dibutuhkan di dunia peri. "Kenapa aku tidak memikirkan ini sebelumnya? Tidak, tidak, tidak! Aku tidak percaya ini! Pasti itu alasannya! Dialah alasan kenapa aku ada di sini! Tapi, bagaimana aku bisa membantu mereka melawannya?! Rhedica terdiam dan membayangkan pikiran-pikiran yang mengganggu. Tiba-tiba, petualangan yang dinantikannya sejak tadi terasa tidak terlalu menarik. Hal-hal lain memenuhi benaknya. Zaria.

02:00 PM. Rhedica dan Thalia menghabiskan sisa perjalanan mereka tanpa berbicara. Saat kelompok peri beristirahat untuk makan, mereka juga makan tanpa berbicara. Tak seorang pun ingin mengobrol. Rhedica menyadari bahwa beberapa peri pencari diam-diam melihatnya dengan tatapan merendahkan. Itulah pertama kalinya dia merasa tidak diharapkan sejak datang ke Valeria. "Thalia, apa ada masalah? Apakah aku sebagai tinggal istana?"

"Kenapa kamu bertanya begitu?"

"Aku hanya merasa peri pencari lainnya tidak senang aku ada di sini,"

"Kenapa kamu berpikir begitu?"

"Yah, lihatlah mereka. Raut wajah mereka berbicara lebih keras dari pada kata-kata."

"Oh, bukan karena kamu. Kita sudah hampir sampai di danau. Itulah kenapa mereka seperti itu. Kami tidak sepenuhnya yakin dengan penyebab masalah ini. Jadi, kita sebaiknya tidak mengeluarkan suara."

"Thalia, apa yang akan terjadi kalau kita bertemu dengan Zaria di sini?"

"Dia tidak ada disini. Itu sudah pasti. Dia mengintai dalam kegelapan dan menyerang tiba-tiba. Kurasa sangat kecil kemungkinan dia ada di sini. Para tetua tidak akan memperbolehkan kamu ikut dengan kami kalau mereka merasa Zaria mungkin ada di dekat danau,"

"Aku mengerti."

Saat itu, Thalia melahap gigitan terakhir makan siangnya dan berdiri. "Ayo, kita harus sampai di danau sebelum gelap." Rhedica berdiri dan mengejarnya. Meskipun Thalia berkata kalau semuanya baik-baik saja, dia merasa ada hal lain yang membuat peri-peri pencari melihatnya dengan tatapan tidak enak, dan dia memutuskan untuk mencari tahu alasannya.

04:00 PM. Saat sampai di danau dan melihat sekeliling, mereka menghela napas dengan lega. Mereka membagi diri menjadi kelompok yang terdiri dari 2 orang, dan setiap kelompok ditugaskan untuk mengambil sampel di sebuah area. Rhedica dan Thalia mendapatkan area di ujung danau. "Kamu harus meletakkan sampel air di kotak-kotak kecil dan panjang ini, sampel tanah di kotak-kotak datar ini, dan kotak-kotak kaca besar ini untuk serangga dan tanaman." Jelas Thalia.

Rhedica tidak mengerti kenapa mereka harus mengambil banyak sampel. Dia heran kenapa mereka tidak hanya mengambil satu sampel dan menganalisisnya. "Kita harus mengumpulkan semua sampel untuk mendapatkan hasil yang akurat."

"Aku tidak mengerti kenapa kita harus mengumpulkan semua sampel di area ini,"

"Sihir itu tidak dapat diprediksi. Selain itu, mengingat kemampuan Zaria, kurasa dia pasti menggunakan sihir penghancur yang besar di sini. Hati-hati dan jangan menyentuh apa pun tanpa tisu. Hanya minum air yang kita bawa,"

"Baiklah." Mereka merasa agak tegang di awal, tapi setelah terbiasa, Rhedica dan Thalia mulai mengobrol. "Thalia, aku ingin lebih mengenalmu."

"Kamu ingin bertanya sesuatu padaku?"

"Apa pekerjaan kedua orang tuamu?"

"Ibuku adalah peri penyembuh, dan ayahku adalah peri pencari."

"Jadi, itulah alasanmu ingin menjadi peri pencari?" tanyaku.

"Sepertinya bukan begitu. Saat kecil, aku sering membenci ayah saat dia pergi. Kadang-kadang aku bahkan takut kalau ayah akan melupakan aku dan ibu karena dia pergi untuk waktu yang lama. Bodoh ya?"

"Tidak, kurasa itu menunjukkan kalau kamu sangat menyayangi orang tuamu."

"Aku beruntung punya masa kanak-kanak yang indah dan luar biasa. Tapi sayangnya, Dairon dan saudara laki-lakinya tidak begitu."

"Apa maksudmu? Apa yang terjadi pada mereka?" tanyaku.

"Mereka tidak akur satu sama lain. Mereka tumbuh tanpa orang tua, dan keduanya sangat berbeda. Dairon sangat ceria dan cerewet, sedangkan Livian sangat pendiam dan pelit kata-kata."

"Tapi, kenapa? Apa yang terjadi?"

"Orang tua mereka adalah pasukan penjaga raja. Mereka sangat dihormati dan disegani. Dan mereka berada di tempat yang salah di waktu yang salah. Mereka terbunuh dalam salah satu serangan di Valeria."

"Apakah Zaria penyebabnya?"

"Benar. Saudara laki-laki Dairon, Livian, kesulitan menerimanya dan fakta bahwa dia mengalami tragedi lain malah membuatnya semakin terpuruk. Mereka berdua ingin bergabung dengan pasukan penjaga raja. Dairon cepat dan tangkas, seorang petarung yang hebat, sedangkan Livian sangat bijak dan memiliki strategi yang hebat."

"Harus kuakui kalau aku jadi lebih menghormati Dairon. Aku tidak tahu dia sekuat itu. Dia berhasil melalui kehilangan yang sangat hebat."

"Benar, dia hebat. Hanya saja, dia sering berpura-pura bodoh. Mungkin itulah cara dia menutupi diri. Dia tidak pernah mau membicarakan orang tuanya. Dia menyembunyikannya dalam-dalam."

"Aku memahaminya ...."

"Tunggu di sini sebentar, ya? Aku harus memeriksa sesuatu."

"Baiklah." Setelah ditinggal sendirian, Rhedica bertanya-tanya apakah dia terlalu kejam pada Dairon saat dia menolaknya malam itu. Mungkin, Rhedica mulai menyesalinya.

VALERIA [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang