Keesokan harinya mereka bangun lebih awal dan memulai pencarian, tapi tidak berhasil menemukan apa-apa. Akhirnya, mereka memutuskan untuk kembali ke Valeria. Kondisi Thalia juga lebih baik sekarang. Dia sudah bisa berjalan. Meskipun begitu, kami semua tetap menawarkan bantuan padanya.
"Aku baik-baik saja. Jangan khawatir!"
"Aku baru bisa bersantai setelah Herens memeriksa lukamu!" kataku.
"Oh, sudah cukup, hentikan. Aku ingin mendengar kisah sang pahlawan kita lagi! Pahlawan yang mendapatkan sayapnya di saat yang tepat!" ucap Thalia.
"Oh, oke, lanjutkan ... kamu boleh membuat lelucon tentangku sepuasmu!" ketus Dairon.
"Serius, aku sangat senang karena semua itu terjadi di saat yang tepat. Kamu menyelamatkan nyawa kami! Benar, kan?"
"Pastinya. Kalau terlambat sedetik pun, aku dan Thalia pasti tidak akan berdiri di sini sekarang!" kataku.
"Makasih, tapi aku hanya melakukan kewajibanku."
"Kewajibanmu? Kamu yakin?" tanya Thalia.
Dairon menatap Thalia dan tersenyum malu-malu. "Aku tidak tahu apa maksudmu ...."
"Dan Livian, apa yang terjadi padamu?" tanya Thalia.
"Umm ... aku tidak yakin ..." lirih Livian.
"Kamu tiba-tiba diam terpaku saat binatang buas itu menyerang kita. Apa yang kamu pikirkan? Bahwa binatang buas itu akan menyerangmu karena kamulah yang paling besar di antara kami?"
Livian memutuskan untuk tidak menjawabnya. Dan Dairon menyadari bahwa Livian sangat pendiam sepanjang perjalanan. Jadi, dia berusaha menghibur dan membuatnya berceria. "Kamu tidak memberi selamat pada saudaramu?"
"Aku sudah memberimu selamat."
"Oke. Kalau begitu, mau balapan terbang?" tanya Dairon.
"Denganmu?" ulang Livian.
Dairon mendekati Livian dan melingkarkan lengannya di pundak saudaranya. "Yah, kita lihat siapa yang bisa terbang lebih cepat!"
"Oh, ayolah. Tinggalkan aku sendiri."
"Kenapa kamu diam seperti ini? Cataleah berkata tidak ada yang salah dengan sayapmu. Ayo, lakukan ini demi saudaramu!" ketus Dairon.
"Tidak. Maaf, aku benar-benar tidak ingin melakukannya sekarang."
Dairon menyadari tidak ada gunanya membujuk Livian. Jadi, dia mengurungkan niatnya. Dia tidak ingin mengganggunya lagi.
oOo
Pukul 8:00 PM. Saat tiba di Valeria, malam sudah tiba. Meskipun begitu, mereka bergegas menemui Cataleah dan Herens untuk menceritakan apa yang terjadi di Librium.
"Seperti yang kalian lihat, misi kami tidak membuahi hasil." kata Thalia terdengar kecewa.
"Kurasa perjalanan kita tidak sia-sia. Kita menemukan petunjuk. Aku tidak tahu banyak tentang bendera ini, tapi kurasa ini penting." sela Rhedica.
Cataleah memperhatikan bendera yang diberikan Dairon padanya. "Kurasa perjalanan yang kalian lakukan sangat berhasil. Karena satu - Dairon mendapatkan sayapnya, dan dua - kalian menemukan bendera dengan emblem Narindel."
"Narindel?" ulang Thalia. "Bukankah itu kerajaan yang ada di dekat air terjun raksasa?"
"Benar! Dan ini adalah berita bagus! Artinya, elf mereka juga ada di Librium setelah pertarungan antara Zaria dan Ariana, dan mereka mungkin menemukan bagian yang hilang dari tongkat kerajaan itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
VALERIA [ COMPLETED ]
Adventure[ tamat ] [ follow dulu ] [06/10/21] cerita ini diceritakan kembali dari virtual game (lupa namanya) yang saya beri judul VALERIA. dimana ada seorang wanita dari kehidupan nyata yang tersesat di dimensi lain ( dunia peri ). edit : ± 20/11/2020 upd...