22

13 2 0
                                    

Berlari menuju balkon terasa sangat lama. Mereka kesulitan menerobos para peri dan elf yang berlari ke arah berlawanan. Saat akhirnya sampai di balkon, langkah mereka terhenti karena terkejut dengan apa yang mereka lihat. Cataleah terbaring di tanah, di sebelah bangku-bangku yang hancur dan bunga-bunga yang rusak.

"Cataleah!" Thalia berteriak memanggil namanya ... saat mendekatinya dia berlutut dan menarik tubuh Cataleah perlahan-lahan. "Dia masih hidup!"

Rhedica benar-benar ketakutan. "Ini mungkin berbahaya! Kita tidak tahu apakah Zaria masih di sini atau tidak!"

Herens dan Livian memeriksa balkon lebih dulu. Setelah yakin kalau mereka sendiri, mereka mendekati Cataleah. "Semuanya aman. Hanya ada kita," lirih Herens.

"Dia ... dia berusaha memberi tahu sesuatu!" ujar Thalia.

"Apa yang berusaha dia katakan?" tanya Herens.

"Tunggu sebentar." Thalia menurunkan kepalanya untuk mendengar suara Cataleah. "Ha, Livian?!"

"Ya? Aku di sini."

"Bukunya! Apa kamu membawanya?"

"Buku apa?"

"Buku yang kamu tanyakan waktu itu. Buku yang kamu temukan tentang kekuatan sihir. Tolong berikan padaku,"

Rhedica merasa ragu. "Tunggu! Jangan lakukan itu! Mungkin Cataleah ingin menghancurkan bukunya."

"Rhedica benar. Aku tidak bisa memberikannya padamu," ucap Livian.

"Kita tidak punya waktu lama untuk ini. Dia terlalu lemah! Livian, berikan bukunya SEKARANG!"

"Rhedica, apa yang harus kita lakukan?" Rhedica mendekati Livian, menatapnya, lalu mengambil buku itu darinya. Lalu, Rhedica ingat bertemu dengan Cataleah untuk pertama kalinya di Valeria.

Thalia mengambil buku itu dan membuka halaman yang menampilkan pohon oak raksasa di Valeria dan klasifikasi semua kekuatan sihir. Hanya itu. Mereka akan segera mengetahui kenapa Cataleah meminta buku itu dengan putus asa. Cataleah berusaha untuk duduk perlahan-lahan, lalu meletakkan telapak tangannya di gambar halaman itu. Apa yang dia katakan terdengar seperti bisikan tidak jelas, seperti lagu atau mantra.

"Apa yang dia lakukan?" tanya Livian.

"Lihat!" Tangan Cataleah terkulai lemas dan dia kehilangan kesadaran. Pada saat itu juga, pohon oak itu mulai menyinari mereka semua dan mereka mendengar teriakan parau dari bawah.

"Itu suara pohon oak! Pohonnya terbangun!" gumam Herens.

Tidak lama kemudian, cahaya yang terpancar dari pohon oak itu melingkupi mereka semua. Mereka hanya berdiri terpaku, menutupi wajah mereka dengan tangan. Lalu, cahaya itu menghilang secepat kilat

"Apa-apaan semua itu?" gumam Dairon.

"Aku tidak tahu. Semoga saja itu adalah usaha terakhir Cataleah untuk melindungi kita," sahutku.

Tidak lama setelah itu, terdengar suara sesuatu yang hancur di kejauhan, diikuti dengan suara ledakan keras, dan teriakan-teriakan dari kota pun terdengar lagi. "Cepat! Kita harus pergi!" teriak Herens.

VALERIA [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang