10:00 AM. Rhedica belum pernah melihat bagian istana ini sebelumnya karena mereka kembali ke istana, dia berpikir mereka melupakan sesuatu, tapi Thalia mengajaknya ke bagian belakang istana. Mereka berjalan melewati pintu kaca berwarna yang luar biasa dan sampai di sebuah balkon besar yang penuh dengan pepohonan dan tanaman kecil. "Wow. Indah sekali!"
"Benar. Inilah tempat favoritku di seluruh kerajaan," ucap Thalia.
"Balkon ini digunakan untuk melatih peri-peri dan elf-elf muda?"
"Benar, tapi tidak hanya untuk itu. Banyak pertemuan, ritual, dan perayaan penting diadakan di sini."
Dairon mendekati Rhedica dan berbisik. "Kamu harus melihatnya di malam hari. Seluruh balkon ini akan di terangi dengan cahaya-cahaya kecil berwarna dari bunga-bunga di sekitar, dan warnanya benar-benar kontras dengan langit yang gelap. Bukankah itu romantis?" Rhedica memutuskan untuk tidak mengatakan pendapatnya. Lalu, dia menoleh dan melihat Dairon sudah pergi ke sisi lain dari balkon.
"Hei, Cataleah sudah ada di sini."
Rhedica mengamati sekeliling dan melihat peri tercantik di dunia mendekatinya. Dia tinggi dan ramping dengan rambut panjang yang lurus, dia memiliki kulit cokelat keemasan yang menawan dan mata yang berkilau dengan kehangatan. Tapi, sayapnya terlihat terluka, seperti terbakar.
"Halo! Aku tidak sabar bertemu denganmu hari ini. Namaku Cataleah, aku mendapatkan kehormatan untuk mengajarimu rahasia-rahasia sihir Valeria."
Terpesona oleh penampilan Cataleah yang luar biasa, Rhedica awalnya kebingungan, tapi segera tersadar dan berkata, "namaku Rhedica. Aku senang bisa bertemu denganmu akhirnya. Aku sudah mendengar banyak hal hebat tentangmu,"
"Kurasa aku harus berterima kasih pada Thalia dan Dairon. Menurutmu, apa mereka berdua tidak menyukaiku karena aku sudah memberikan mereka banyak kelas tambahan?" Cataleah menatap mereka dan tersenyum dengan lembut. Keduanya tersenyum kembali.
"Oh, ya. Tidak terlalu berat. Waktu berlalu cepat saat kamu berlatih bersama teman-teman yang menyenangkan." jelas Dairon.
"Jawaban yang cerdas, seperti biasa. Yah, kamu tidak selalu bisa menghindari masalah dengan kata-kata manis saja."
"Setidaknya aku bisa mencoba."
Mereka semua tertawa terbahak-bahak. Dairon membantu memecah suasana canggung itu. Cataleah menunjukkan kemana Thalia dan Dairon harus pergi, lalu mendatangi Rhedica. "Ayo kita berjalan-jalan dan mengenal satu sama lain."
11:00 AM. Mereka berjalan perlahan-lahan di sebuah jalan yang diapit oleh semak-semak dan bunga-bunga. "Jadi ... apa kabarmu? Semua ini pasti membuatmu terkejut, kan? Bagaimana perasaanmu?"
"Aku mengkhawatirkan orang-orang yang ku tinggalkan,"
"Semuanya akan baik-baik saja. Mereka semua baik-baik saja. Thalia benar-benar berusaha menemukanmu,"
"Yah, aku tahu dia sangat bangga menemukanku." Lalu Rhedica teringat saat mendengar Thalia membicarakan dan menganggapnya sebagai piala. Suasana hatinya pun berubah tiba-tiba.
"Apa semuanya baik-baik saja?"
"Tentu saja. Aku hanya teringat betapa bahagianya Thalia karena dia menemukan aku,"
"Oh, jangan dimasukkan ke hati. Dia tidak bermaksud apa pun. Kamu sangat penting bagi kami dan aku benar-benar menghargai keputusanmu untuk tinggal di sini, di Valeria. Sebenarnya, inilah rumahmu sesungguhnya, tapi keluarga dan teman-temanmu tidak bisa tinggal di sini. Sayang sekali, kami seperti orang asing untukmu. Tapi, kami akan berusaha membuatmu merasa nyaman tinggal di sini."
"Makasih sudah menghiburku dengan kata-kata manis. Di sini benar-benar indah. Tapi, rasanya juga asing dan aneh,"
"Aku mengerti. Bagaimana dengan kamar dan pakaianmu? Apa kamu menyukainya?" tanya Cataleah. "Kuharap kamu merasa nyaman. Yah, pakaian-pakaian itu adalah milik nenekmu. Kami mendesainnya ulang dan membuatnya sesuai dengan ukuranmu. Kupikir kamu akan senang kalau menggunakan pakaian milik seseorang yang kamu kenal. Apa kalian dekat?"
"Ini milik nenek? Kamu benar. Aku senang memiliki dan menggunakan pakaian nenek. Kami sangat dekat, aku senang menghabiskan waktu bersama nenek. Dulu, aku selalu merasa nenek memahamiku sepenuhnya."
"Dulu? Dia sudah meninggal?"
"Benar. Aku masih sangat kecil saat semua itu terjadi. Aku ingat lagu-lagu yang dinyanyikan nenek untuk menidurkanku. Lagu-lagu itu bercerita tentang peri. Sejak aku sampai di sini, aku memikirkan apakah itu sebenarnya kenangan nenek di sini."
"Hm, aku tidak yakin. Karena sihir tidak ada di dunia itu, mungkin saja dia kehilangan ingatannya saat berpindah dari satu dunia ke dunia lainnya. Tapi, dia mungkin mengingat sesuatu seiring berjalannya waktu atau bermimpi tentang masa lalunya saat tidur. Beritahu aku ... apakah nenekmu ibu dari ibumu atau ayahmu?"
"Nenek adalah ibu dari ibuku. Ibuku adalah anak tunggal, aku tahu nenek sudah tidak muda saat bertemu dengan kakek, dan mereka tidak hidup bersama untuk waktu yang lama. Kakek meninggal saat ibu masih kecil, dan nenek tidak menikah lagi setelah itu. Mereka hanya berdua,"
"Aku ikut sedih mendengarnya. Kamu ingin menanyakan sesuatu?"
"Ada banyak hal yang ingin kutanyakan sampai-sampai aku tidak tahu harus mulai dari mana."
"Tanyakan saja. Aku mendengarkan." Cataleah berhenti sebentar, menoleh, dan melihat Thalia dan Dairon yang masih sibuk menyelesaikan tugas yang diberikan. "Ayo. Bergabung bersama mereka, mereka sudah terlalu lama bekerja berdua saja. Kita bisa melanjutkan percakapan ini kapanpun kamu mau."
Rhedica dan Cataleah perlahan-lahan mendekati Thalia dan Dairon. Cataleah mendatangi mereka untuk melihat tugas mereka dan tersenyum puas. "Bagus! Kalian mengerjakannya dengan baik."
"Bagus! Aku benar-benar berusaha untuk melakukannya dengan benar karena aku melewatkan banyak kelas belakangan ini," ucap Thalia lirih.
"Syukurlah, akhirnya aku melakukan sesuatu yang benar."
"Dairon, kalau kamu berkata begitu. Seolah-olah aku tidak pernah mengajarimu apa pun."
"Bukan begitu maksudku."
"Aku tahu. Tidak apa-apa. Ayo, kita lanjutkan ke bagian selanjutnya. Duduklah, kita akan membahas tentang herba beracun di hutan-hutan Valeria."
"Argh! Pelajaran ini sangat membosankan!" geram Dairon.
"Mungkin, tapi sangat berguna untuk kita. Terutama kamu. Karena saat kamu lapar, kamu makan tanaman apa pun yang kamu lihat. Rhedica juga tahu kalau Dairon tukang makan!" ejek Thalia.
"Pastinya! Aku melihatnya bisa makan banyak sekali."
"Benar sekali. Dairon, dia mengetahui rahasiamu." Semuanya tertawa, duduk dengan nyaman, dan menatap Cataleah. Rhedica merasa sangat senang. Itu adalah hari pertamanya latihan dan dia memutuskan untuk mengingat semua yang dikatakan Cataleah tentang herba.
KAMU SEDANG MEMBACA
VALERIA [ COMPLETED ]
Adventure[ tamat ] [ follow dulu ] [06/10/21] cerita ini diceritakan kembali dari virtual game (lupa namanya) yang saya beri judul VALERIA. dimana ada seorang wanita dari kehidupan nyata yang tersesat di dimensi lain ( dunia peri ). edit : ± 20/11/2020 upd...