02

229 32 3
                                    

10:00 AM.

Setelah meninggalkan kamar, mereka menuruni tangga spiral. Rhedica mengetahui bahwa kamarnya berada di puncak suatu menara. Mereka berjalan melalui lorong panjang yang luar biasa dan dihiasi dengan bunga-bunga yang menjuntai ke bawah dan lukisan-lukisan yang diukur di dinding-dinding kayu. Kemudian, terlihat sebuah pintu depan raksasa yang dijaga oleh elf-elf bersayap dengan zirah lengkap. Mereka keluar dan berada di alun-alun di depan istana. Kota itu benar-benar ceria dan bersemangat. Rhedica berdiri dan takjub dan menikmati semua yang ada di sekelilingnya.

"Indah sekali! Rumah-rumah ini terbuat dari kayu. Rasanya seperti pohon-pohon membuat rumah ini sesuai keinginan mereka," kataku.

"Sebenarnya, itu benar. Seluruh kota ini adalah hadiah dari sebuah pohon oak raksasa, kita berada di pusatnya."

"Luar biasa!"

"Dan banyak hal lain yang luar biasa ...."

Rhedica melihat sekeliling dan ke atas dengan lebih teliti dan menyadari bahwa seluruh alun-alun itu tertutupi dengan dedaunan. "Tidak bisa dipercaya! Tapi, bagaimana bisa air mancur ini penuh dengan air?"

"Seperti yang kubilang, pohon yang ada di bawah kaki kita ini memberikan kehidupan dan perlindungan. Jadi, air juga berasal dari pohon ini dan hanya satu dari banyak air mancur di sini. Ayo, aku akan mengajakmu berkeliling kota."

Mereka memasuki kerumunan dan berjalan dengan santai melewati jalanan. Thalia mencoba menunjukkan semua keindahan di tempat ajaib yang kecil itu pada Rhedica. Mereka berjalan-jalan di sekitar dan mengunjungi banyak toko. Dia mengajari Rhedica semua tanaman aneh dan barang-barang di toko. Rhedica terpesona oleh pakaian peri dan elf yang berkilauan dan berkeliling menikmatinya.

"Semua orang memiliki peran masing-masing di kota ini. Kita semua berusaha untuk hidup lebih baik dan membantu melestarikan pohon dan hutan. Yah, setiap pohon di hutan oak yang luas ini adalah sebuah tempat tinggal. Ini sebenarnya adalah ibukota karena tahta-tahta kerajaan ada di sini," jelas Thalia.

"Apa nama kerajaan ini?" tanyaku.

"Ini adalah Valeria, kerajaan hutan oak."

"Apakah ada kerajaan lainnya?"

"Tentu saja. Setiap hutan raksasa adalah sebuah kerajaan,"

"Oh, astaga. Luar biasa sekali!"

"Aku senang kamu merasa senang begitu. Ke mana kamu mau pergi?"

"Ayo kembali ke aula istana. Aku lelah."

Mereka berbalik dan mulai berjalan, tapi mereka tidak berjalan terlalu jauh. Seorang elf menghalangi jalan mereka. Dia berdiri berkacak pinggang di hadapan mereka, dengan wajah bermuka masam. "Kamu di sana!"

Rhedica melompat ke belakang dengan ketakutan dan mendekati Thalia.

"Halo, Dairon. Senang bertemu denganmu juga," ucap Thalia.

"Enak saja berkata 'halo, Dairon'! Aku tidak bisa menghubungimu selama berhari-hari. Aku mencarimu kemana-mana saat aku mendengarmu pergi dengan para peri pencari tanpa memberitahuku!"

Rhedica menyadari wajah Thalia sedikit memerah dan melihat ke arah lain. Dia berpikir pasti ada sesuatu antara Thalia dengan elf ini.

"Aku tahu aku tidak memberitahumu. Maaf! Semua terjadi sangat cepat. Oh, ya, perkenalkan. Ini Rhedica,"

"Oh, kamu punya teman yang tidak kukenal? Aku tidak percaya." Dairon tertawa terbahak-bahak dan melihat ke arah Rhedica. Dia melihat mata Rhedica dan mengubah perilakunya dalam sekejap. "Tunggu, tunggu ... itu DIA! Benarkah? Jadi, cerita-cerita itu memang benar ... Emm, maafkan aku. Perkenalkan, aku Dairon. Siapa namamu?"

Sebelum Rhedica sempat menjawab, Thalia mulai meneriaki dia. "Aku sudah memberi tahu namanya padamu! Ini Rhedica!" ulang Thalia.

"Maaf, Rhedica. Aku tidak mendengar namamu sebelumnya karena aku terlalu sibuk marah. Senang bertemu denganmu," dia menatap mata Rhedica saat berjabat tangan. Rhedica terpesona dengan daya tarik dan rasa percaya diri Dairon. Dia merasakan kupu-kupu di perutnya saat dia menyentuh tangan Dairon. Jadi, dia menarik tangannya dengan cepat.

"Senang bertemu denganmu juga."

"Jadi, ke mana kalian berdua akan pergi?" tanya Dairon.

"Hm, tidak kemana-mana."

"Bagus! Kalau begitu, aku akan ikut kalian! Lagi pula, aku punya waktu luang hari ini. Jadi, apa ini pertama kalinya kamu ke sini?"

"Benar."

"Ada banyak hal yang harus kamu lihat! Thalia, kamu sudah mengajaknya ke mana saja?"

"Kami melihat alun-alun, pasar, dan taman." jawab Thalia.

"Jadi, kamu sudah mengajaknya berkeliling di rute biasa, tapi ada banyak hal luar biasa dan indah yang harus dilihat." Dia mengedipkan mata dan tersenyum pada Rhedica. Rhedica berpikir itu adalah senyuman termanis yang pernah dilihatnya. Dairon membawa mereka melihat tempat-tempat rahasia yang kecil di kota. Mereka pergi ke sebuah penginapan untuk makan siang dan beristirahat. Dairon bercanda setiap saat dan Rhedica mulai merasa lebih nyaman. Waktu berlalu dengan cepat saat mereka bersama-sama.

7:00 PM. Mereka keluar dari penginapan dan berjalan di kota. Lalu, ekspresi wajah Thalia berubah menjadi serius. "Kita benar-benar harus pergi sekarang."

"Tidak! Kenapa? Kita sedang bersenang-senang!" Bantah Dairon.

"Yah, kalau kita tidak pulang sekarang, kita tidak akan pulang sampai besok. Dan kita semua harus beristirahat untuk persiapan besok,"

"Ada apa besok?" tanya Dairon.

"Aku dan Rhedica akan berlatih dengan Cataleah besok."

"Luar biasa! Kita memiliki pelatih yang sama!"

"Latihan? Latihan apa?" tanyaku.

"Semua orang harus melakukan latihan dengan salah satu tetua. Kita mendapatkan pelatih yang terbaik!" ucap Dairon.

"Tapi, apa yang kita lakukan di sana? Aku sama sekali tidak tahu tentang ini!"

"Jangan khawatir. Cataleah tahu keadaanmu, dia akan membantumu." Sahut Thalia.

"Percayalah kamu ada di tangan yang tepat! Tangan yang terbaik." Dairon berkedip ke arah Rhedica. Thalia melihatnya dan menarik tangan Rhedica lalu mengajaknya pergi.

Rhedica dan Thalia mengucapkan selamat tinggal dan kembali ke istana. Malam itu benar-benar menyenangkan dan hangat, dan langit pun penuh dengan bintang. Saat mereka berjalan mendekati istana, Thalia membicarakan tentang valeria dan para penduduknya. "Jadi, semuanya memiliki hubungan. Sayang sekali kondisi pohon di kota kami tidak terlalu baik belakangan ini,"

"Kenapa?"

"Itulah masalahnya. Tidak ada yang tahu kenapa. Oh, tidak! Aku baru ingat sesuatu! Karena kita sudah di sini sekarang, aku akan memeriksa sesuatu dan kamu tunggu di sini. Aku akan segera kembali." Thalia tersenyum dan berlari ke pasar. Rhedica mondar-mandir dan memandang rumah-rumah di sekitar dan para penduduknya.

"Kota ini sangat indah! Aku masih tidak percaya ini semua nyata." Tiba-tiba, dia menabrak seseorang. Dia tersandung dan hampir jatuh, untungnya, sosok itu memegangnya dan tidak membiarkan dia jatuh.

"Maaf, aku tidak memperhatikan jalan."

"Tidak, tidak. Aku yang ...." sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, elf misterius itu menghilang di hadapannya. "Dairon? Mungkinkah dia adalah Dairon? Dia terlihat mirip dengan Dairon, tapi, tidak mungkin itu adalah dia." Rhedica mengamati sekeliling sekali lagi, berharap dapat menemukan elf misterius itu lagi, tapi sia-sia. "Aku pasti hanya melihat ilusi."

"Hei, kamu di sini. Aku sudah selesai, ayo pulang." Ajak Thalia.

"Tentu saja. Sepertinya aku lebih lelah dari yang kubayangkan." Masih memikirkan apa yang baru saja dilihatnya, Rhedica mengikuti Thalia kembali ke istana.

VALERIA [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang