Devan sedang berada di apart salah satu temannya, mereka berdua bisa dibilang seperti adik kakak kemana-mana sering berdua.
Mereka berdua menyesap rokonya masing-masing tanpa ada yang membuka suara dulu.
"Bang gue mau minta tolong." Ucap Devan memecahkan keheningan.
"Lo tau Putri kan?"
"Adeknya Alfan?"
"Iya, lo tau dia?"
"Taulah, kenapa?" Pria itu membuang putung rokok dan mengambil segelas air putih.
"Lo bisa ga yakin dia, kalo gue bener-bener bakal berubah dan gue pengen temenan lagi sama Putri kayak dulu."
"Kenapa harus gue coba?" Tanya Fajri.
"Yakan lo lagi deket kan sama Citra? Nah Citra itu temen deketnya Putri banget." Ucap Devan menjelaskan.
"Ngapa ga lo aja sih lo tuh harus usaha sendiri dong, jangan lewat gue atau Citra. Kalo lo bener-bener berubah dan berusaha menyakinin dia pasti Putri juga maafin lo. Jangan nyerah gitu aja. Lo masih sayang kan sama Putri?"
Mendengar pertanyaan Fajri Devan menggeleng cepat.
"Enggak, gue sadar dulu itu gue bukan sayang sama Putri sebagai seorang cowok tapi gue sayang sama dia sebagai seorang kakak. Gue gamau Putri deket sama cowok yang ga bener, gue tau Bryan dulu anak ga bener dan berencana sakitin Putri makanya gue marah. Dan gobloknya gue bukan marah ke Bryan tapi malah Putri yang gue bentak dan gue pukul sampe gue hampir buat masa depannya hancur. Lo tau kan bang kalo gue punya penyakit yang aneh dan gue pun gatau dari mana asal penyakit itu." Devan mencoba meluapkan yang selama ini ai pendam sendiri.
"Sejak saat itu gue suka liat Putri gue sakiti dan ketakutan. Gue sempet ngira kalo gue ini psikopat yang suka liat orang ketakutan." Lanjut Devan pelan diakhir kalimatnya.
Tanpa sadar air matanya jatuh rokok yang masih menyala dijarinya kini ia remat erat.
"Lo harus ceritain itu semua ke Putri, pelan-pelan buat dia yakin kalo emang udah berubah dan ceritain juga penyakit yang lo derita sekarang. Jangan sampe ada yang kurang atau lebih."
"Gue yakin Putri itu cewek baik dan dia bakal maafin semua kalo lo jujur sama dia." Lanjut Fajri.
"Apa gue pantes buat dimaafin bang? Awal gue pindah sekolah juga tujuannya buat nyatikin Putri lagi. Tapi gue sekarang sadar." Rasa sesal Devan menghantui dirinya.
"Lo harus bisa." Fajri menepuk bahu Devan sebagai semangatnya agar tidak menyerah ditengah jalan.
::
Keluarga Rusman kini sedang berkumpul dihalaman yang luas depan villa. Mereka sibuk menyiapkan daging dan alat panggangan, atas usul Alfan untuk makan barbeque dan sate.
"Alfan sama Putri tolongin bunda nusukin dagingnya dong jangan diem aja."
"Ehh iya bun ini otewe." Sahut Putri.
Alfan masih tetap berdiri di tempat, ia ragu untuk memberitahu Putri. Untung saja saat Alfan menyebut nama Galang Putri tidak terlalu mendengar karna earphone yang ia pasang membuat pendengaran nya samar.
"Alfan!" Panggil Rina yang sejak tadi tidak di dengar Alfan.
"Apa bun?" Dengan wajah polosnya Alfan menghampiri dan bertanya.
"Kamu itu daritadi bunda panggil ga denger, telinga kamu congek?!"
"Astaghfirullah bunda jahat banget sih sama Alfan." Ucap Alfan sembari mengusap dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALANG
Teen Fiction"sini lo!" "apaan sih lo main seret-seret aja,sakit tau!!" adu Putri,karna Galang menyeret lengan Putri. "ihh! lepasin ga?!" "gue mau lo tanggung jawab." finalnya. "hah?! emng gue ngehamilin elo?! minta tanggung jawab segala." "ehh..lagian mana bis...