~ 01 Balapan

6.8K 472 57
                                    

 Assalamu'alaikum. Sebelum baca part ini harap follow terlebih dahulu ya!

Siap komen setiap paragraf? Siapp dong ya!!!

Enjoy:)

Brem ... brem ... brem ....

Deruman motor terdengar memekakkan telinga, orang yang tidak terbiasa mendengarnya akan mengeluh dan merasa terganggu. Berbeda halnya dengan dua kubu geng yang sekarang tengah bersaing saling mempertahankan harga diri. Kini ketua geng motor dari geng Garumas dan geng Pomas akan segera memulai balapannya.

Seorang laki-laki berpostur tubuh tinggi dengan wajah yang tampan dan hidung mancungnya sangat menarik perhatian, mata coklatnya kini melirik sinis laki-laki di sebelahnya. Dialah, Muhammad Khalifi, anak tunggal dari pasangan Sakinah Mawaddah dan Fatur Baitur Rahman.

Laki-laki yang menjadi saingan Khalifi tidak ingin kalah dengan menatap meremehkan kepadanya. Membuat Khalifi tidak sabar untuk mengalahkan laki-laki itu lagi. Memang Geng Pomas selalu mengajak geng Garumas taruhan, pemenangnya tentu saja ketua geng Garumas, Khalifi.

Ketua Geng Pomas yang sering dipanggil Aron itu menatap anak buahnya dengan sebelah mata berkedip, entah apa yang direncanakannya. Nyatanya selalu ada cara licik bagi sang pengecut.

"Satu ...."

"Dua ...."

"Tiga ...."

Seorang cewe cantik mengibarkan bendera di tengah-tengah mereka dan dengan penuh percaya diri mereka langsung saja melajukan motornya. Kecematan motor mereka seperti akan mengajak bertemu sang ilahi, tentu saja tidak ada yang mau kalah diantara keduanya.

"Semangat, Pacar!" teriak pacar Aron.

"Semangat, Bos!"

"Semangat, Khalifi!"

Pemuda dengan rambut dicat menjadi warna orange itu menyeringai kearah Khalifi, tinggal tunggu beberapa menit lagi, Khalifi akan mengalami kekalahannya. Kemudian ia berteriak, "Lo gak akan menang lawan gue!" tidak akan menyia-nyiakan Aron menyalip motor Khalifi yang atensinya mulai sedikit teralih.

Berdecak sinis di balik helm yang ia pakai, Khalifi mengejek, "Kaya yang lo pernah menang aja!"

Saat ia akan menyalip kembali motor Aron tidak tahu kenapa motornya menjadi tidak menentu dan hal itu membuat Khalifi yakin ini adalah perbuatan Aron dan anak buahnya. Sebegitu terobsesinya kah Aron untuk mengalahkannya?

"Arghhh!" Khalifi berteriak ketika motornya akan menabrak pembatas jalan.

Aron yang melihat itu tertawa iblis, puas akan usaha liciknya. "Rasain, lo!"

Setelah beberapa menit Aron pun sampai garis finish dan disambut heboh oleh anak buahnya. Sedangkan teman-teman Khalifi malah merasa heran, ini pertama kalinya Bos mereka kalah balapan dengan Aron.

"Woahh keren, Bos akhirnya menang!" Anak buah Aron mengajaknya berada tos.

"Pacar gue keren!"

"Woy! Mana Bos yang selalu kalian banggakan, hah?" ejek yang lain.

"Ketinggalan terus jatuh kayaknya." Yang lain menyahut kemudian suara tawa meremehkan terdengar.

Gera, salah satu sahabat dekat Khalifi berteriak marah, tidak terima. "Diam lo, pakai cara licik aja bangga! Gak usah munafik gue tahu, kok!"

Tidak menanggapi mereka yang sudah seperti Anjing yang terus mengonggong. Anggota geng Garumas lebih teratrik dan khawatir mencari keberadaan Bos mereka. "Cen, yo susul!" ajaknya kepada sahabat Khalifi yang lain. Mereka pun pergi mencari.

***

Pupil mata Khalifi bergerak-gerak, setelah terbuka ia melirik ke sana kemari seraya mengumpulkan kesadarannya. Di sampingnya ternyata sudah terdapat Gera, Kucen, dan kedua orang tuanya.

"Hah?!" Reflek Khalifi terkejut, pupil matanya membesar, habislah ia!

Orang tuanya menatap Khalifi tajam, sedangkan Kucen dan Gera menunduk lesu karena tidak bias membantu Bosnya. Khalifi bergumam, "Hukuman lagi pasti." Ia memalingkan wajahnya dari kedua orang tua kemudian pingsan lagi.

"Khalifi jangan pura-pura pingsan. Bangun!" Suara tegas itu milik Ayahnya, yang sudah muak dengan drama yang dilakukan oleh sang anak. Perkataan sang Ayah Fatur yang seperti itu selalu membuat nyalinya menciut dan khalifi kini tidak bias menipu lagi.

Kucen dang era sontak tertawa melihat adegan Khalifi. "Makanya Bos kalau mau pura-pura harus hapal konsepnya dulu, dong!" ejek Kucen.

"Iya, Bos jangan kaya si Kucen otaknya setengah, udah tahu danau di depan masih aja nanya, 'Peta di manakah danau?' hahaha."

Bukannya merasa marah Kucen justru membalas, "Katakan peta, katakana peta!" nadanya suaranya meniru salah satu pemeran film anak.

Mereka pun sontak tertawa kecuali Ayah Khalifi. Tadinya Khalifi melupakan sejenak keseriusannya, tetapi ketika netranya menangkap sang Ayah yang masih menatapnya tajam, sontak khalifi terdiam.

"Khalifi, besok Ayah kirim kamu ke pesantren!" Pemberitahuan dengan nada perintah itu menginterupsi semua orang yang ada di sana.

"Hah?!" Untung saja jantung Khalifi tidak loncat saking kagetnya. "Ayah bercanda ya?" Berharap jawaban sang Ayah iya.

"Tidak ada bantahan!"

Khalifi merengek, "Bunda ...." Ia memang selalu terlihat lemah jika sudah berhadapan dengan keluarganya.

Bundanya hanya tersenyum seraya meringis karena tidak bisa membantah ucapan sang suami, dan sebenarnya ia mendukung keputusan itu. Melihat tidak ada harapan lagi, atensi Khalifi beralih menatap kedua sahabatnya.

"kalian berdua juga harus ikut!" putusnya tidak ingin dibantah.

"Lah?" Keduanya kompak memekik.

"Gak ada penolakan!"

Kucen dan Gera kompak menatap Bunda Sakinah, dengan tatapan memelas seperti Khalifi tadi. "Bunda ...."

"Bunda gue!" Khalifi menegur.

"Berisik!" Ayahnya menimbrung kemudian pergi diikuti Bundanya.

"Bunda sama Ayah pulang dulu, Fi."

Setelah kepergian mereka, Kucen dan Gera kembali menolak lagi. "Kita gak mau ke pesantren, Bos!"

"Iya, Bos kita gak mau dipenjara."

Khalifi Nampak kesal, ia membalas sewot. "Siapa juga yang mau? Lo aja sana!"

Gera dan Kucen kompak mendengus kesal. Namun, tiba-tiba Kucen menyeletuk, "Kalau ada ukhty cantik sih gas ..."

Plak!

Tangan Kucen dipukul Gera. "Sakit Woy! Lo Apaan sih?!"

"Abisnya lo ngomong gitu gak mikirin gue yang pacarnya di sini!" protes Gera.

"Berisik!" jengah Khalifi. "Lagian ngapain sih, pacaran? Pacaran itu ngabisin waktu, duit. Belum lagi ditempelin terus ya meskipun gak semua, tapi menurut gue itu membuat kita merasa terkekang. Paham?"

"Tapi 'kan pacar juga bisa dijadikan penyemangat, Bos!" Gera membela diri.

"Engga selalu gitu, kadang pacar lebih sering bikin kita galau. 'Pacar gue di mana ya? Dah makan belum? Sayang gue gak ya?' ribet banget kaya gitu. Khalifi masih kukuh dengan pendiriannya.

"Wah si Bos kalau soal pacaran jago ngedebat ya!" Kucen tertawa sendiri.

Gera yang malah jadi badmood menggerutu, "Awas kemakan omongan sendiri."

Terima kasih telah berkenan membaca, lanjut yuk!

Jangan lupa vote ya, kalau suka boleh banget di-share ceritanya ke teman-teman!

see You:)

versi Revisi. Cianjur 08 Feb 2022


Mengejar Cinta Ukhty Jutek (2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang