🥀🥀🥀
.
.
.
.
.
.
...
- " dia membuangnya Sekretaris Jang!, Jadi aku minta untuk mendapatkan kembali surat cerai itu!"
- " ya..., Saya akan segera mengurusnya. Tapi, apakah semua bukti-bukti nya aman? "
- " ya.., semua bukti masih ada di tanganku. Sepertinya Seung Gi tidak tahu akan hal itu "
- ". Baiklah kalau begitu, saya akan segera mengurus surat nya kembali "
- " menurutmu bagaimana jika aku mengatakan yang sebenarnya pada Sehun?, Apa dia bisa menerima ini dan memahami kondisiku? "
- " Tuan muda pasti akan terkejut, apalagi dia selama ini tidak mengetahui apapun soal masalah rumah tangga kalian. Namun, dengan adanya bukti yang kuat saya yakin Tuan muda akan mengerti dan memahami anda. "
- " baiklah terimakasih. Aku tutup panggilannya, dan kuharap surat itu diproses dengan cepat! "
- " ya!, Akan saya usahakan. "
Pip!!
Ji Hyo menjatuhkan tangannya lemas. Ia meremas ponselnya kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Ia menurunkan pandangannya berat, menatap beberapa foto ditangannya yang memperlihatkan gambar suaminya dan Byun Hye Ji tengah kencan secara diam-diam.
Kedua manik matanya memanas, ia ingat sudah berapa lama foto ini ia ambil dan menyembunyikan nya secara diam-diam. Ji Hyo melepaskan air matanya, membiarkannya bercucuran tanpa ada niat darinya untuk mencegah atau menghapus nya. Air mata yang menggambarkan banyak emosi dan rasa sakit. Air mata yang selama 2 tahun ini ia sembunyikan, menutupinya dengan sebuah senyum tipis yang menyiksanya setiap waktu. Mengikis hatinya sedikit demi sedikit, menyisakan perih yang mendalam.
Kini ia menjatuhkan dirinya kelantai. Menangis pilu, bersama dengan hujan lebat diluar sana. Suara gemuruh petir seakan mewakili teriakannya, dan lebatnya hujan yang menggambarkan keadaan nya saat ini. Ji Hyo mengusap wajahnya kasar, mengeluarkan isakan nya tanpa sungkan. Ia hanya ingin lepas, membuatnya bebas dengan bebannya. Membiarkan tangisan meluapkan segala rasa sakit akan sebuah penghianatan, meski ia menyadari bahwa semuanya akan kembali menyakitkan.
....
Tangis Ji Hyo membuat seorang remaja laki-laki terdiam ditempatnya dengan keadaan yang basah kuyup.
Sehun, menatap miris ibunya yang tengah menangis derita dihadapannya. Merasakan beribu-ribu tusukan tepat diulu hatinya saat mendengar isak pilu itu. Sehun ikut merasakan sakitnya sebuah penghianatan cinta. Ia tak mampu membendung air matanya lagi, Sehun menangis dalam diam dengan tetap menatap sang Ibu yang juga dalam keadaan sama seperti nya.Punggung nya bergetar hebat, Sehun membungkam mulutnya merasa tidak tega melihat Ibunya didepan sana. Ingin sekali ia mendekat dan mendekap tubuh itu, menenangkan tangisnya, tapi apalah daya nya. Sehun, ia mengerti tangisan sang Ibu adalah cara wanita paruh baya itu untuk meluapkan segala rasa sakit yang ditahannya selama ini. Sehun tidak mau ibunya tahu tentang kehadirannya, dan kembali bersikap seolah semuanya baik-baik saja.
Biarlah saat ini ibunya menumpahkan segala rasa sakit yang dipendamnya. Sehun tidak mau membuat wanita itu kembali memasang topeng bahagia hanya untuk menjaga perasaan nya, yang saat ini sudah sama hancurnya seperti perasaan ibunya.Perlahan Sehun melangkahkan kakinya meninggalkan ambang pintu kamar Ibunya. Melangkah gontai dengan kedua manik mata bergetar.
Tangannya meremas surat cerai didalam saku jaketnya dan melempar nya asal kearah meja belajarnya.
Ia berjalan menuju balkon, tidak berniat mengganti baju lepek nya sama sekali. Sehun, mengangkat tangan nya kedepan, telapakya menghadap atas, merasakan tetesan air hujan secara merata.
Memejamkan matanya, membiarkan pikirannya bergelut tanpa alur.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRADIOLA ( END )
FanfictionKeteguhan hati. Gradiola adalah bunga yang tepat untuk menggambarkan nya. Selain itu, bunga Gradiola juga bisa ditujukan sebagai ungkapan, " kau telah menyakiti ku. " 🥀🥀🥀 Surai hitam kecoklatan menari kecil diterpa tiupan angin.... Kedua manik ma...