Chapter 28

7 1 0
                                    


🥀🥀🥀

....

.......

Setelah cukup lama mengurung diri dikamar, Mora kini memutuskan keluar untuk menghirup udara segar. Namun kali ini ia tidak berjalan melainkan duduk di kursi roda yang didorong oleh Ibunya. Ia sebelumnya sempat menolak untuk menggunakan kursi roda, namun ibunya terus memaksa dengan alsan kondisinya yang belum membaik. Mora hanya pasrah saat kini dirinya duduk di kursi roda layaknya orang sekarat, aduh-aduh..., katakan saja jika Mora saat ini sedang tidak sadar bahwa dirinya tergolong sekarat.

" Aduh...berlebihan sekali Ibu "
Rengek Mora yang terlihat masih kesal dengan Ibunya. Nyonya Kim justru tersenyum simpul saat menyadari Mora telah kembali seperti biasa, dan ia dengan lembut membelai pucuk kepala Mora.

" Ini untuk kebaikan mu. Kau harus tau itu.. "
Helaan nafas Mora membuat kekehan sang ibu terdengar begitu jelas. Mora benar-benar tidak menyukainya.

" Kau mau kemana? "
Tanya sang Ibu setelah dengan susah payahnya menghentikan tawanya, karena tahu jika sang putri tidak menyukai nya.

" Taman saja, aku ingin melihat bunga Gradiola "

" Sejak dulu, setiap kali ke taman kau selalu mencari bunga itu. Kenapa, apa yang istimewa dari bunga itu? "
Sembari mengobrol, Nyonya Kim mendorong kursi roda Mora menuju ke Taman Rumah Sakit.

" Bunga itu seperti ku "

" Ya.., bunga itu cantik sama seperti mu "

Mora diam-diam tersenyum miris dengan ucapan ibunya. Wanita paruh baya itu tidak menyadari maksud dari ucapan nya tadi. Ya..bunga itu memang cantik, tapi arti sebenarnya dari bunga itulah yang membuat Mora mengaguminya. Mengingat bunga Gradiola, Mora teringat akan gantungan ransel berbentuk bunga Gradiola yang ia pesan khusus dari salah satu Desainer perhiasan terkenal . Mereka yang awam pasti akan berfikir jika itu hanya hiasan biasa sama seperti yang lain.

Sayangnya, gantungan yang begitu istimewa itu kini berada ditangan orang lain. Dikatakan istimewa oleh Mora bukan karena harganya yang selangit, namun gantungan itu adalah lambang dari dirinya. Dan yang membuat gantungan itu jauh lebih istimewa adalah, gantungan itulah yang membuat nya bertemu dengan Sehun dan berakhir sejauh ini. Sebenarnya Mora sama sekali tidak keberatan saat Sehun membawanya, toh gantungan itu membawa hubungan yang baik antara dirinya dengan Sehun, yang dulunya tidak saling mengenal dalam satu kelas. Anehkah, tapi memang keduanya tidak saling mengenal meski satu kelas, tapi itu dulu.

" Tolong beri jalan, permisi "

Mora tersadar dari lamunannya saat seorang perawat tengah terburu-buru mendorong ranjang pasien kosong ke arah UGD. Bunyi sirene ambulance pun mulai terdengar nyaring dan orang-orang yang berada di sekitar jalur mulai menepi. Mora terdiam sembari mengamati aktifitas mulia para perawat dan Dokter disana yang tengah memberikan pertolongan pertama pada korban.

Dari kejauhan Mora dapat melihat keadaan orang itu benar-benar parah dengan darah yang sempurna menutupi wajahnya. Mora meringis saat membayangkan betapa menyakitkan nya luka itu, terlebih sampai Korban tak sadarkan diri.

" Mereka korban kecelakaan. Dari yang kudengar salah satu diantara mereka rela tertabrak mobil demi menyelamatkan teman nya "

" Kurasa pelajar yang terluka parah di bagian kepala itulah yang melakukan nya. Dia benar-benar terlihat kritis, semoga saja Tuhan menolong nya "

Dengan tenang Mora memperhatikan kesibukan orang-orang medis disana, sebelum sang Ibu kembali mendorong kursi rodanya menjauh dari sisi lain koridor dan meninggalkan jalur UGD.
Namun sebelum ia benar-benar berbelok, tiba-tiba netra nya tidak sengaja melihat seorang pria menenteng beberapa ransel yang mana salah satunya terlihat familiar dimata Mora. Mora terus memperhatikan ransel itu hingga tatapan tajamnya menemukan gantungan bunga Gradiola ada disana.

GRADIOLA ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang