28. Terungkap

2.2K 359 56
                                    

❝ Kalau kata tukang parkir, "terus terus mundur terus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau kata tukang parkir, "terus terus mundur terus."





Matahari sudah memancarkan sinarnya, membangunkan seluruh isi bumi bahwa mereka semua harus kembali beraktivitas. Ah, bagaimana bisa sepertinya hari berganti dengan cepat? Apakah matahari sangat ingin muncul dan tidak ingin membiarkan bulan lebih lama diatas langit? Dasar matahari.

Yuta, laki-laki berdarah campuran itu menguap dan mengucek matanya, tidak lupa melakukan perenggang badannya. Rasanya badan sangat pegal dan kaku selama tidur. Bisa di tebak, laki-laki itu masih belum terkumpul penuh nyawanya. Tidak jauh berbeda dengan kondisi Yuta, Theo, Winwin, dan Jeffrey juga kondisinya tidak jauh berbeda.

Johnny melirik kearah temannya itu. "Mabar sampai jam berapa lo semua?" Johnny yang sedang sibuk menghitung tiket untuk dijualkan hari ini sedikit terganggu dengan suara menguap dari empat orang dihadapannya tanpa ada niatan membantu, padahal Theo dan Jeffrey juga turut ikut membantu. Sedangkan Winwin dan Yuta, hanya ingin ikut dan berbaring pada karpet. Katanya, karpet pada ruang OSIS membuat mereka betah belum lagi ruangan ini sangat dingin.

"Jam tiga." Kompak mereka berempat membuat Johnny terkekeh karna sudah bisa dibayangkan. Jujur saja bila Johnny semalam tidak ketiduran, ia bisa saja ikut bermain dengan keempat temannya itu.

Pintu ruangan terbuka membuat mereka menoleh pada pintu dan mendapati Joy yang berjalan masuk.

"Yo." Tegur Joy namun yang dipanggil hanya bergumam malas.

"Jawab dong, yo." Gemas Joy karna Theo yang hanya bergumam untuk menjawabnya.

Theo yang memang sedang mengantuk, menjadi kesal dengan ocehan Joy. "Yo yo, Tayo kali."

"Lah nama lo kan Theo." Sahut Johnny yang menahan tawanya.

Theo mendelik kesal dan merebut tiket-tiket ditangan Johnny. "Panggil yang bener, Theo."

Joy memutar bola matanya malas. "Terserah lo deh, Arya." Joy menyebut nama kedua dari Theo. Membuat Theo melempar sebuah pulpen kepada Joy dan untungnya tidak mengenai Joy, bayangkan jika Joy sampai terkena pulpen tersebut, mungkin akan ada perang diantara mereka.

"Sialan. Pergi deh lo, girl aren't allowed here."

"Gaya lo, Arya." Kini giliran Jeffrey yang meledeknya membuat Theo mendelik.

"Bacot."

Joy menyerahkan bingkisan kepada Theo. "Apa nih? Gue ngga mau baju bekas."

"Kasih temen lo."

Theo menaikkan alisnya. "Siapa? Temen gue yang mana?" Pasalnya di tempat ini juga merupakan teman-temannya.

"Jae."

Theo memicingkan kedua matanya. Menatap curiga kearah Joy. Jae merupakan nama panggilan dari kekasih Joy yang kebetulan satu kelas dengan Theo dan Winwin. Jika seperti ini roman-romannya ada pertikaian antara Joy dan Jae. Pasangan double J ini memang sudah terkenal dengan konten bucin dan pertengkarannya. Apalagi Theo yang sering menjadi tumbal antara mereka. Sosok yang menyaksikan suka dan duka, karna Theolah yang menjodohkan mereka saat mereka kelas sebelas.

PANITIA ㅡ kdy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang