Ahirnya bel pulang sekolah sudah berbunyi, rencananya Arlan mau mengajak Kafita membeli sesuatu tapi ternyata Kafitanya nggak bisa dan dijemput oleh mamanya katanya mau ada acara dan buru2.
Arlan pun pasrah dan pergi sendiri untuk membelikan sesuatu untuk pacarnya.
berahirlah dia di supermarket.
berjalan menyusuri rak untuk mencari benda itu,
ahirnya ketemu, tapi ia binggung kok banyak sekali ya macamnya, bungkusnya juga warna warni.
dari pada binggung ia membeli saja semua macamnya.
setelah itu membawa ranjang belanjaan dan memberikannya pada mbak2 kasir, mbak kasirnya kayak gimana gitu liatin Arlan nya tapi Arlan mah bodo amat.
setelah selesai membeli barangnya ia langsung pulang ke apartemen nya untuk beristirahat sebentar mengganti pakaian nya dengan kaos oblong dan celana hitam.
------------
tadi Arlan bertanya pada Kafita kira2 pulangnya jam berapa dan katanya jam 18.00
setelah jam menunjukan pukul 17.30 Arlan berangkat dari rumah, masa bodo lah nanti dirumah sang pacar harus menunggu tak apa.
setelah 10 menit perjalanan sampailah ia dirumah Kafita.
Arlan mencoba memencet bel siapa tau Kafita sudah pulang.
pintu terbuka menampilkan pembantu Kafita dengan lap yang masih berada pada bahu kanan pembantu itu.
“den Arlan ya?” tanya wanita yang sudah berusia kira 40 tahunan itu.
“hem iya bik” balas Arlan sopan.
“oh silakan masuk kebetulan non sama nyonya baru sampai dan sedang di kamar, biar nanti bibi pangilkan” kata bibik itu dengan menyuruh Arlan masuk.
Arlan berjalan masuk ke dalam rumah menyusul bibi Kafita.
“silakan duduk den” kata bibi itu pada Arlan.
Arlan hanya tersenyum lalu duduk di sofa.
“mau minum apa?”
“nggak usah repot2 bik”
“nggak repot kok, bibi bikinin teh anget aja ya”
Arlan mengangguk dan bibi itu pergi dari hadapan Arlan untuk memberitahu Kafita lalu membuatkan minum.
setelah 5 menit berlalu Kafita turun dari tangga dengan daster pendek selutut dan juga rambut dicepol asal.
“ada apa?” tanya nya pada Arlan.
Arlan yang mendengar pertanyaan itu langsung menatap Kafita dari atas sampai bawah “cantik” gumam nya.
“apa?”
“eh nggak2 duduk dong” kata Arlan.
bibi tadi membawakan segelas teh hangat lalu meletakannya di meja dan pergi lagi ke dapur.
“ada apa?” ulang Kafita.
“lo kenapa kok beda?”
“beda maksudnya?”
“tambah cantik”
“paan sih”
Arlan tersenyum manis.
“sekarang gue beneran lo kenapa kok nggak kayak biasanya?”
“nggak kayak biasanya gimana?”
“ya beda aja lebih cuek, ketus, dingin dan pokoknya itu lah” kata Arlan langsung pada intinya.
“nggak papa” balas Kafita santai.
Arlan menghela nafas pasrah lalu memberikan sekantong plastik berukuran sedang pada Kafita.
“ini apa?”
Arlan mengangkat kedua bahunya acuh.
Kafita membukannya dan melihat isinya.
“hahahahhahaha” tawa lepas begitu saja dari bibir tipis Kafita.
Arlan binggung kok malah ketawa sih emang kenapa?.
“kok ketawa?”
“bentar2 hahaha” Kafita masih tertawa terpingkal-pingkal.
Arlan baru kali ini melihat pacarnya tertawa selepas ini, satu sisi ia binggung dan di sisi lain ia senang bisa membuat gadisnya tertawa lepas.
“lo kok beli ini buat apa?” Kafita menghentikan tawanya dan bertanya pada Arlan.
“buat lo lah, tadi gue tanya ke Doni sama Nathasya lo kenapa terus kata mereka lo kedatangan tamu bulanan. awalnya sih gue binggung maksud tamu bulanan apa terus si Doni jelasin ke gue. Dan gue beli itu lah emang salah apa?”
“hahaa, gue nggak dapet begooo, ngapain coba sampek beli pembalut sebanyak ini macem2 lagi aneh lo” kata Kafita menaruh kembali kantong itu di atas meja.
“oh heheh gue sih langsung pikir pendek aja lo dapet dan gue beliin itu lah yang lo butuhin.” balas Arlan menggaruk tengkuk nya yang tak gatal.
“lo yang beli? nggak malu apa?”
“nggak lah kenapa kan buat pacar tersayang”
“dih gombal”
“siapa bilang gombal orang beneran kok”
“tau ah”
“Kafita” panggil Arlan.
“apa?”
“lo tau nggak bedanya lo sama tahun 2030?”
“nggak apa amang?”
“kalok tahun 2030 itu masa depan buat semua orang kalok lo masa depan buat gue dan anak2 kita” gombal Arlan.
“ih krispi”
“enak dong kriuk2 gitu”
“paan sih” sahut Kafita.
Arlan hanya menunjukan deretan giginya dengan muka watados nya.
“kok gue baru liat ya” katanya lagi memecah keheningan.
“liat paan?”
“lo bisa ketawa selepas itu, tumben banget biasanya juga wajah dingin sikap cuek mulu”
“lo nggak suka? yaudah gue kesikap dingin gue lagi aja”
“eh eh eh bukan gitu, gue lebih suka lo yang kayak gitu. tapi gue minta cuman buat gue dan jangan lo tunjukin senyum lo itu ke cowok2 lain ya”
“kenapa?”
“nanti mereka pada ilfil lagi, hahaha” ucapa Arlan di ahiri dengan tawanya yang garing.
“nyebelin”
“nggak, pokonya jangan beneran nanti mereka bisa suka lagi sama lo kan tawanya manis kayak gulali” tukan gombal lagi.
“paan sih gombal terus perasaan.”
“tapi beneran ya sikap lo jangan dingin2 gitu ke gue,”
“iya”
setelah itu mereka dapat tertawa bersama dengan candaan2 dari Arlan.
inilah sisi lain dari Kafita, cewek dingin, cuek, ketus bisa menjadi sosok yang berbeda jika di samping orang yang dia sayang.
semoga hubungan mereka bisa terus langgeng.
Yhuuuu aku Up lagi dong
gimana? suka nggakmaaf ya author nggak bisa buat kata2 gombal gitu jadi maaf kalok kurang atau garing banget.
yaudah deh pokoknya Love youuu
KAMU SEDANG MEMBACA
Arlan Dan Kafita
Teen Fictionjudul awal Benci Jadi Cinta gadis bernama lengkap Kafita Anindhita, cewek judes, cuek, dan dingin yang nggak pernah mau kenal sama cowok manapun. Arlan Arviando cowok pindahan, dia ganteng, ceria, receh, pecicilan, untung pinter. Arlan itu suka sama...