20

29 4 0
                                    

sekarang Arlan dan Kafita sedang berada di mall, tepatnya di Timezone.

“mau main apa?” tanya Arlan.

“terserah”

Arlan pun membawa Kafita pada salah satu permainan lempar bola basket gitu, mereka melempar bola ke dalam ring sebanyak-banyak nya dan yang menang Kafita dia dia emang suka basket kan.

terus lanjut ke roller coaster di sana.

“wa......” bukan Kafita yang teriak tapi Arlan. Kafita mah biasa2 aja, emang ni cewek beda dari yang lain.

Arlan sampai memegang lengan Kafita karena takut, Kafita hanya diam sekaligus pengen ketawa, padahal tadi Arlan yang nggak tapi dia juga yang ketakutan.

roller coaster udah berhenti tapi Arlan masih setia memegang lengan Kafita.

“lo nggak mau turun?!” tanya Kafita pada Arlan yang memegang tangan nya.

Arlan belum sadar kalau roller couster nya udah berhenti,  setelah ia mendengar ucapan Kafita barusan ia membuaka mata dan menunjukan cengiran nya pada Kafita.

mereka pun turun dari permainan itu. “gila pusing gue” lebay Arlan.

“gitu aja takut”

“yeh... siapa yang takut cuman pusing aja gue” elak Arlan.

Kafita hanya mengganggukan kepalanya.

“laper makan yuk” ajak Arlan.

Kafita yang tangannya ditarik oleh Arlan hanya iya2 aja nggak ada berontak sama sekali.

mereka pun sampai di salah satu tempat makan di sana dan memesan 2 Pasta dan 2 milk tea.

----------

mereka selesai makan dan kembali melanjutkan kegiatan bermainnya.
“main itu yuk” Arlan menunjuk sebuah permainan jepit boneka gitu,

Arlan menarik kembali lengan Kafita, dikira koper apa ya tinggal tarik2 tanpa izin.

Arlan memasukan satu koin dan mencoba mendapatkan boneka beruang berwarana pink itu, tapi gagal,

tidak menyerah ia kembali memasukan koin dan masih tetap gagal.

“bisa nggak dih?!” merasa geram Kafita dengan Arlan yang tidak bisa memainkannya.

“bisa2 bentar deh” ia sedang konsentrasi untuk mengapit boneka tapi tetap aja gagal.

ini sudah koin ke 10 dan Arlan masih belum mendapatkan satu bonekapun.

“mainnan yang lain yuk, lo nggak bisa main itu!” Kafita sudah bosan.

“bentar2 satu lagi ini pasti bisa,   Tuhan semoga yang ini berhasil” ia memejamkan mata nya.

Arlan memasukan koin ke 11 dalam mesin itu, ia menaruh harapan yang besar pada koin itu.

dan ajaibnya berhasil dong, Arlan mendapatkan boneka panda yang ya ukurannya nggak terlalu besar tapi ia sangat senang samapai melompat dan ememeluk Kafita tanpa meminta izin pada Kafita.

dan ajaibnya berhasil dong, Arlan mendapatkan boneka panda yang ya ukurannya nggak terlalu besar tapi ia sangat senang samapai melompat dan ememeluk Kafita tanpa meminta izin pada Kafita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ini bonekanya, tapi lucu banget tau nggak.

“maaf2” ucap Arlan lalu melepaskan pelukannya dari Kafita.

Kafita hanya diam dan mengganggukan kepalanya.

“nih buat lo” kata Arlan memberikan boneka itu untuk Kafita.

“kok buat gue kan lo susah dapetinnya, kasih ke orang lain aja”

“kenapa? gue berjuang ngedapetin ini tuh buat lo,”

“kenapa?” tanya Kafita binggung.

“karna lo adalah wanita yang paling istimewa dalam diri gue setelah nyokap gue” ucap Arlan. Kafita baper dengan apa yang baru saja Arlan katakan.

“paan sih gombal tau nggak!”

“gue nggak gombal Fit”

lalu Arlan meraih kedua tangan Kafita. “gue mau ngomong sesuatu buat lo”

Kafita masih diam menunggu apa yang akan dikatakan Arlan selanjutnya.

“gue bukan cowok ganteng, cool, keren kayak yang kebanyakan cewek pengen, gue nggak tau apa lo salah satunya. dan disini gue mau bilang kalau gue sayang dan cinta tulus sama lo, maaf gue udah bilang ini buat yang kedua kalinya, dan maaf kalok lo nggak nyaman. tapi gue berharap jawaban lo beda dari kemarin, gue berharap lo mau nerima gue apa adanya. disini gue Arlan Arviando mau bilang mau nggak seorang Kafita Anindhita jadi pacar gue?”

ucapan panjang lebar dari Arlan barusan mampu membuat Kafita diam, ia binggung harus jawab apa.

“nggak papa lo bilang yang sejujurnya sama gue dan gue bakalan terima apapun itu” lanjut Arlan.

“em...kalok gue jawab lo beneran bakalan terima?” ucap Kafita.

Arlan menggangguk.

“beneran ya, tapi lo jangan tinggalin gue di sini”

“iya” balas Arlan.

“ok gue jawab”

jantung Arlan sudah berdetak tidak karuan, apapun jawaban Kafita selanjutnya ia harus siap.

“gue....


























mau jadi pacar lo”  balas Kafita sedikit senyum.

sontak jawaban itu membuat Arlan benggong, ia tidak percaya bahwa Kafita mau menjadi pacarnya.

“ini beneran?” gugupnya.

Kafita menggangguk.

“ini bukan mimpi kan?,” lalu ia mencubit pipi nya.

“au..” pekiknya karena itu terasa sakit.

“jadi beneran ini bukan mimpi, wa........” lalu ia memeluk Kafita.

Kafita terkejut dengan apa yang barusaja Arlan lakukan.

“paan sih nggak usah lebay deh” ucapanya sambil memukul pelan lengan Arlan.

“paan sih gue seneng tauk...”

“GUE JADIAN SAMA KAFITA....” teriaknya sontak membuat seluruh pengunjung mall melihat kearah mereka berdua.

“paan sih lan.... gue malu tau!!” kesal Kafita.

“gue nggak peduli yang penting gue seneng...” balasnya masih memeluk Kafita.

para pengunjung mall ada yang senyum mendengar apa yang dikatakan Arlan barusan, ada juga yang bodo amat, ada lagi yang nyinyir. banyak deh respon mereka. tapi kebanyakan mereka senyum sambil tepuk tanagan ikut senang dengan jadiannya Arlan dan Kafita.

wuh..... makin gajel kan
yah author lebay banget nulis gini aja ikut senyum2

hhehe kalok ada yang senyum juga commen ya..

ok segitu dulu tunggu lanjutannya
makasih udah baca

Arlan Dan KafitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang