setelah kemarin Kafita menangis di pelukan Karina, ia mendengarkan apa yang disarankan sahabatnya itu. Kafita pulang ke rumahnya dan menemui kedua orang tuanya,apakah benar bahwa mereka sebenarnya sangat menyayanginya?,apa benar bahwa mereka peduli dengannya?. Kafita pulang untuk mendapatkan jawaban dari pertanyyan yang ada dalam dirinya itu.
----
Kafita telah berada di depan rumah bak istana itu, ia ragu untuk masuk ke dalam rumah itu, karena yah pasti ada orang tuanya.
cklek...
ia membuka pintu, di ruang keluarga telah ada dua orang yang sedang berbincang, terdapat seorang wanita dengan rambut tergerai serta seorang pria dengan kacamata di atas kepalanya.
mereka menengok ke belakang karena mendengar suara pintu rumah yang terbuka.
“ya ampun Kafita kamu dari mana aja?” wanita tadi menghampiri Kafita yang masih berdiri di ambang pintu.
“kenapa setiap mama dan papa pulang kamu tidak ada di rumah?, apa kamu ngak kangen sama mama dan papa?” tanya wanita yang sudah berumur tapi masih sangat cantik itu.
Kafita masih diam, sekarang ia menunduk. di dalam hati kecilnya ia sangat merindukan kedua orang tuanya, tapi bila melihat mereka yang tidak pernah merawatnya sejak kecil itu membuat sedikit rasa sayangnya kepada kedua orang tuanya hilang.
“kenapa kamu diam?, jawab Fita!” kata seorang pria menghampiri kedua wanita itu.
Kafita hanya diam, tudak mau menjawab apapun yang dikatakan mereka.
“kamu jawab!!” pria itu sedikit berteriak karena putri mereka hanya diam dan tidak mau berbicara sepatah katapun.
“oke aku jawab,” Kafita mengangkat kepalanya dan menatap pada mata mereka secara bergantian “iya aku kangen sama kalian, aku sangat rindu kalian, bahkan aku pengen peluk ataupun bermanja dengan kalian, tapi apa? apa kalian pernah merhatiin aku?, apa kalian pernah merawat aku dari kecil, apa pernah kalian mengajari ataupun memberikan perhatian dan kasih sayang kalian kepadaku,” ia menjeda kalimatnya “ ngak kan, aku pengen, aku pengen kayak teman2 ku, aku pengen diperhatiin orang tua ku! tapi apa kalian hanya mementingkan uang..uang.. dan uang..!!” ucapnya mengebu2, Kafita kembali meneteskan air mata saat mengatakan nya,
walaupun ia wanita yang kuat, tapi hatinya sangat hancur, ia ingin diperhatikan kedua orang tuanya, apakah itu permintaan yang salah?, apa permintaan itu terlalu berat?, walaupun ia bergelimang harta. ia tidak perlu itu semua ia hanya ingin kasih sayang kedua orang tuanya.mama dan papa Kafita hanya diam mendengarkan apa yang dikatakan putri kecil mereka yang sekarang sudah remaja, bahkan Mama Kafita sampai meneteskan air mata melihat seberapa rapuhnya putrinya, lalu sang mama memeluk putrinya dengan sangat erat.
“maaf kan mama nak, hiks.. mama belum bisa jadi orang tua yang baik buat kamu, maaf..., setelah ini mama janji mama akan terus ada di sisi kamu, mama akan meninggalkan semua pekerjaan mama, mama akan fokus untuk merawat dan memberikan seluruh kasih sayang mama buat kamu” kata sang mama yang membuat Kafita terdiam, ia tak percaya apakah benar yang dikatakan orang yang sudah melahirkannya itu.
Kafita melepaskan pelukannya, “apakah ini benera ma?, apakah mama benar2 akan meninggalkan pekerjaan mama demi aku?, aku ngak mimpi kan ma?” pertanyaan itu muncul bertubi2 dari mulut Kafita.
“ngak sayang mama benar2 akan melakukan itu semua untuk kamu”
lalu Kafita memeluk kembali sang mama dengan erat, ia menangis sesengukan di peluakan mamanya, ia tidak menyangaka bahwa mamanya akan melakuakan ini untuknya. ini adalah keinginanya sejak ia masih kecil, dan ahirnya sekarang dapat terwujud“ makasih ma, makasih...” kata Kafita di dalam pelukan Arindi mamanya.
“iya sayang” balas Arindi
Andre hanya tersenyum melihat kedua wanita di depannya sedang meluapkan kesenangan dan juga rasa kesedihan yang mereka pendam selama ini, “papa ngak di peluk ni?” tanya nya disela mereka berpelukan.
sepontan kedua wanita itu menegok ke arahnya lalu menampilkan senyum“ papa mah, ngak tau kondisinya ah” kata Arindi kesal dengan suaminya
Andre hanya menampilkan cengiran nya lalu memeluk mereka berdua dengan mengecup ujung kepala mereka secara bergantian, “jangan sedih lagi ya dek, mama bakalan ada buat kamu, tapi maaf kalok papa masih belum bisa karena perusahaan papa masih butuh seorang pemimpin, kecuali nanti kamu udah punya suami baru papa serahkan perusahaan buat suami mu” goda papa Kafita.
sepontan Kafita memukul pelan lengan papanya, “paan sih pa, aku masih mau kuliah dulu, masalah pasangan aku belum mau pikirin itu” kata Kafita,
kedua orang tuanya hanya tertawa melihat anak mereka yang sudah remaja ini, tak terasa waktu sudah berjalan begitu cepat.
hari ini dihabiskan dengan kabersamaan mereka bertiga, mulai dari menonton film di rumah, jalan2 ke taman, belanja ke mol, dan kegiatan lainnya.
Mereka terlihat menjadi keluarga yang sangat bahagia.Kafita merasa sangat senang, setelah semua rasa sepi dan rindu yang ia pendam sekarang ia bisa berkumpul kembali menjadi keluarga yang utuh dan bahagia,
Tapi ini masih belum lengkap, ia masih menunggu sampai kapan ia dapat bertemu dengan kakak nya.jadi terharu deh,
heheh maaf agak alay
yaudah tunggu aja kelanjutannya salam ku :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arlan Dan Kafita
Teen Fictionjudul awal Benci Jadi Cinta gadis bernama lengkap Kafita Anindhita, cewek judes, cuek, dan dingin yang nggak pernah mau kenal sama cowok manapun. Arlan Arviando cowok pindahan, dia ganteng, ceria, receh, pecicilan, untung pinter. Arlan itu suka sama...