09

41 4 0
                                    

setelah Kafita selesai mengganti pakaiannya ia keluar. dan mendapati seorang lelaki yang sedang menonton tv.

“eh lo udah selesai sini duduk,” Arlan menepuk2 sofa di sampingnya.

Kafita berjalan menuju sofa lainnya,

“gue kok bisa di sini?!” dia menanyakan hal itu kepada Arlan.

“santai dong, kemaren lo pingsan”

“hah pingsan, bentar” Kafita mulai mengingat-ingat kejadian semalam, kenapa dia bisa pingsan.

“iya lo pingsan gara2 preman2 itu”

ya Kafita inggat, tadi malam ia diganggu oleh 3 orang preman. dan Arlan datang untuk membantunya, tapi setelah itu ia tidak ingat apa2 lagi.

“iya gue ingget”
“makasih..” ia mengatakan dengan sangat pelan.

“apa... gue ngak denger” Arlan sebenarnya mendegar apa yang dikatakan Kafita, tapi ia mencoba menggodanya. yakan jarang2 cewek dingin ini di kerjain.

“makasih..” ulangnya lagi dengan suara agak keras.

“ngomong yang jelas napa, gue ngak denger” goda Arlan lagi, ya dia emang jail anaknya.

“MAKASIH...” Kafita mengatakannya dengan bertetiak. Kafita kesal dengan tingkah seorang Arlan.

“heheh iya2 gue denger” Arlan hanya menampilkan cengiran khas nya.

hening beberapa saat. hanya ada suara orang bernyanyi di tv yang dilihat Arlan tadi.

“lo mau gue anter pulang?” suara Arlan memecah keheningan.

“oh iya kenapa lo ngak anter gue pulang dari semalem?” tanya Kafita.

“gue ngak tau alamat rumah lo, apalagi dua temen lo itu. jadi lo gue bawa lah ke apartemen gue,” penjelasan cukup panjang dari Arlan.

“yakan lo bisa hubungin mereka. oh iya handphone gue mana?” Kafita baru sadar tentang ponselnya.

“gue ngak tau, mungkin jatoh. dan kemaren gue mau hubungin mereka tapi ponsel gue mati. gue cari charjer gue juga ngak ketemu2 trus gue capek dan tidur” jelas Arkan agar Kafita tidak salah faham.

Kafita hanya menanggapi dengan dengan anggukan.
“anterin gue pulang” pintanya pada Arlan.

“ngapain buru2 lagian kan ini kan weekend , jalan2 yuk” ajak Arlan pada Kafita.

“ngak!, nanti boyok gue nyariin. lo mau tanggung jawab kalok mereka nglaporin ke polisi perihal orang hilang ha!”

Arlan tertawa mendengar penuturan Kafita.“ emang sampek segitunya ya orang tua lo kawatirnya? paling mereka seneng lo ngak pulang, ” Arlan tertawa puas telah mengejek Kafita.

“paan lo,  mereka khawatir banget tau sama gue, gue kan cantik, pinter baik apalagi” sombongnya,

“sombong banget dah, sana ambil tas lo gue anter pulang” kata Arlan lalu beranjak dari sofa.

“lo mau kemana?”

“gue mau keluarin mobil dari garasi, buruan ambil tas lo nanti orang tua lo nyariin dikira gue culik lo lagi.

Kafita lalu pergi ke kamar Arlan untuk mengambil tas nya dan juga seragam nya, lalu keluar menuju ke halaman depan.

“masuk!” suruh Arlan di dalam mobil

Kafita masuk ke dalam dan duduk di kursi depan, ia Arlan tidak mau Kafita duduk di belakang karena ia seperti seorang supir saja.

selama di perjalanan tidak ada yang membuka suara. Arlan fokus melihat ke depan dan Kafita asik melihat pemandangan dari jendela mobil.

“Rumah lo di mana?” tanya Arlan memecah keheningan.

“komplek deket sekolah ” Jawab Kafita yang masih melihat ke jendela.

Arlan melajukan mobilnya menuju ke komplek dekat sekolah. Kafita mengarahkan jalannya, dan sampailah mereka di depan rumah bak istana ini.

Kafita turun dari mobil Arlan.“makasih” singkatnya lalu hendak pergi dari sana

“iya Kafita cantik” balas Arlan dengan senyum khas nya.

Kafita memutar bola matanya malas, perasaan tadi di apartemen ngak kayak gini kenapa sekarang genit lagi, Kafita malas memikirkan ini ia lebih memilih cepat2 masuk ke dalam rumah.

Arlan memastikan bahwa Kafita benar2 masuk ke dalam rumah dengan selamat lalu baru ia pergi dari rumah itu.

ting..tong..(anggep suara bel ya)

Kafita memencel bel rumahnya beberapa kali, dan setelah 5menit pintu rumah itu terbuka menampilkan seorang wanita yang cantik, tapi dengan wajah khawatir.

“yaampun dek kamu dari mana aja?, terus kenapa ini lebam2?, kamu abis diapaain?” pertanyaan demi peryanyaan muncul dari bibir wanita itu.

“ma.. aku ngak disuruh masuk ni!”

“oh iya mama lupa, ayo masuk dan jelasin semuanya sama mama”

Kafita dan mama nya berjalan menuju sofa ruang keluarga itu, mereka duduk berdampingan di sofa paling panjang.

“ayo cerita sama mama semuanya,”

“jadi gini ma-” Kafita mengambil nafas sebelum bercerita. “ kemarin saat pulang sekolah aku nyari kendaraan umunkan, nah tapi aku ngak nemuin satupun transportasi trus aku jalan nyusurin trotoar,” ia menjeda kalimatnya. “aku liat ada 3 orang di ujung jalan,  aku samperin dan ternyata mereka itu preman.  awalnya cuman mau tanya jalan, eh malah mereka kurang ajar sama aku.  ahirnya terjadi perkelahian di sana ma-” ucapan Kafita di potong oleh sang mama

“kamu kelahi sama 3 orang preman?” Kafita hanya menggangguk saja.

“iya aku brantem, yah tapi gitu aku ngak bisa lawan mereka semua. saat aku udah lemah ada..” ia berniat mengatakannya tapi ragu.

“ada siapa?” tanya mamanya penasaran

“ada cowok tengil itu yang bantuin aku” ucapnya malas

“cowok tengil siapa?”

“udah lah ma ngak penting, pokoknya cowok itu bantuin aku dan bawa aku ke aparteman nya. dan sekarang aku pulang deh” lalu Kafita memeluk wanita yang sudah berumur tapi masih cantik di depannya ini.

Arindi membalas pelukan sang anak,“ cowok nya ganteng ngak?, ” tanya nya.

“ih apaan.sih ma ngak sama sekali, dia itu ya udah tengil, pecicilan, recah, pokoknya kebalikan dari aku deh” elak Kafita.

Arindi hanya tersenyum melihat perkataan sang anak lalu mengantarkan Kafita ke kamarnya untuk istirahat.

Lanjut part selanjutnya
maksih semua...

Arlan Dan KafitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang