•Rosé POV
Aku dan jimin memasuki ruangan Mr. Hwang yang ternyata ada tiga siswa juga yang duduk di sofa panjang.Dua di antaranya adalah wanita, mereka berdua menunduk dan satu laki-laki yang menatapku dengan intens.
Dia memiliki memar merah di tangannya. Mungkin saja ketiganya miliki masalah.
Mr. Hwang menyuruh ku dan Jimin duduk di sofa yang berhadapan dengan tiga siswa tadi, sementara dia duduk di single sofa miliknya.
"Apa yang akan anda bicarakan?" tanya Jimin di samping ku.
Tiba-tiba seorang gadis berambut sebahu yang duduk ditengah ketiganya menangis. Dia mendongak dan menatapku, dia ternyata memiliki memar di pipi kirinya.
"Aku tidak pernah berbuat apapun pada mu, tapi kenapa kau menyakiti ku?" tuduhnya yang membuatku mengerutkan kening.
"Benar, aku hanya diam membaca buku di perpustakaan dan kau datang lalu langsung menarik rambutku." sambung gadis berambut berantakan di sampingnya dengan menunjukku.
"Ya, kau juga tiba-tiba menyiram ku dengan semangkuk mie panas tanpa alasan." tambah laki-laki itu dengan memperlihatkan luka memar ditangannya.
"Tunggu... Apa maksud kalian semua seperti ini?" Jimin menatap ketiganya bergantian, sedangkan yang ditatap malah menundukkan kepala.
"Mereka bertiga mendatangiku pagi ini, dan mereka memberitahuku semua yang kamu lakukan padanya."
Mataku membelalak ketika mendengar apa yang dikatakan Mr. Hwang.
"A-Apa?"
"Saya sangat kecewa Nona Park, anda membuat saya kecewa."
"Mr. Hwang, tapi saya tidak melakukan apa-apa pada mereka." aku beralih menatap ketiga siswa yang duduk berhadapan dengan ku.
"Katakan sejujurnya, aku bahkan tidak mengenal kalian--"
"Itu benar, kau tidak mengenal kami tapi kau menyakiti kami." potong laki-laki itu tajam.
"Jika kita tidak menemui Mr. Hwang pagi ini, mungkin saja kau akan melukai semua siswa di sini." kata gadis yang berada di tengah masih dengan tangisannya.
"Mr. Hwang, saya tidak pernah menyakiti siapa pun." aku berdiri dari kursi.
"Kakek saya membesarkan saya dengan baik, dia berkata saya tidak boleh menyakiti siapa pun... Saya tidak pernah berbuat seperti yang mereka katakan, percayalah." dadaku rasanya sesak.
Aku melihat ketiganya lagi, "Jika kamu tidak senang padaku, katakan saja. Tolong jangan sampai seperti ini, sekolah ku akan berpengaruh pada ucapan kalian yang menuduhku begini."
"Kalian semua tidak memiliki bukti untuk menjatuhkan Rosé." JiMin melipat kedua tangannya di depan dada, "Aku kenal Rosé, dia tidak akan melakukan hal kejam seperti itu."
"Saya punya bukti." gadis berponi di tengah mengangkat tangannya yang membuatku tertegun.
Tiba-tiba pintu kantor Mr. Hwang terbuka, menampakkan Lisa yang berjalan masuk dengan raut wajah datar. Bahkan aku tidak pernah melihat wajahnya yang seperti itu.
"Maaf saya terlambat." Lisa membungkukkan badannya.
"Dia yang akan menjadi saksi ku."
"Lisa..." aku tidak percaya dengan yang kulihat sekarang.
Apakah ini semua hanya prank? Tapi aku tidak berulang tahun. Lalu kenapa semuanya menuduhku dan memfitnahku seperti ini?
"Saya tidak akan lama disini, saya hanya ingin mengatakan apa yang saya tahu dan apa yang saya lihat."
"Eunha adalah teman saya, akhir-akhir ini saya selalu menemaninya untuk makan bersama di kantin. dua hari yang lalu, saya terkejut ketika melihat Eunha berantakan dengan memar di pipinya."
"Saya bertanya darimana asal lukanya tapi dia tidak mau membuka suara. Keesokan harinya atau kemarin siang, saya berjalan seorang diri menuju toilet. Pada belokkan terakhir saya mendengar ada yang berkelahi di depan toilet, di sanalah saya melihat Rosé dan Eunha." Lisa menghela napas sebelum melanjutkannya
"Rosé menampar dan menarik rambut Eunha. Saya berusaha membantu Eunha tetapi Rosé segera mengancam kami. Jika kami melaporkannya, dia akan kembali menyakiti kami berdua. Padahal saya dan Eunha tidak melakukan apa-apa" Lisa menyudahi ceritanya lalu menundukkan kepala.
Aku menggeleng tidak percaya lalu menatap Mr. Hwang yang duduk tenang di kursinya.
"Mr. hwang..."
"Pembohong." Jimin kemudian berdiri.
"Katakan yang sebenarnya!" Jimin berteriak dan menarik baju Lisa, sedangkan Lisa hanya menunduk diam.
"Mr. Hwang." aku berlutut dan tangis ku semakin menjadi-jadi.
"Rosé berdiri!"
"Mr. Hwang percayalah.. Saya tidak menyakiti siapa pun. Saya tidak punya keberanian untuk menyakiti seseorang."
"Lisa-yaa, jangan berbohong." aku menatap Lisa yang masih menunduk, tidak ada ekspresi.
"Nona Park." panggil Mr. Hwang dengan ekspresi kecewa yang tercetak jelas di wajahnya.
"Untuk kesaksian Lisa dan ketiga murid di sini, dengan berat hati anda saya keluarkan dari bloody dawn highschool."
Aku mengepalkan tangan berusaha meredakan amarah yang kurasakan.
Perasaanku campur aduk sekarang. Rasa sedih, marah, dan juga bingung, itu semua tercampur dalam diriku.
"Kemasi barang-barang mu. Kamu bukan lagi murid di sini."
Napas ku tercekat ketika mendengarkan ucapannya. Aku benar-benar tidak percaya dengan ini semua.
Aku mengangkat kepala untuk melihat Mr. Hwang yang masih menatapku dengan serius.
Aku tidak bersalah, aku tidak melakukan apapun. Dia bahkan tidak mempersilahkan ku untuk berbicara.
Dan juga mimpiku untuk bersekolah disini lenyap seketika dengan tuduhan bertubi-tubi yang menghantam ku.
Ku kira Lisa adalah temanku, aku salah menilainya.
Satu kata yang terlintas di dalam otak ku pada saat ini.
Pembohongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
School Of Vampire ✔
FanfictionRoséanne Park, dia tidak tahu bahwa dirinya adalah manusia setengah vampire. Rosé adalah vampire muda yang tidak bisa mengendalikan kekuatannya. Dia diberi kesempatan untuk bertemu dengan 8 siswa tidak biasa di bloody dawn High School. And welcome t...