Aku duduk diam di samping jungkook sambil makan. Tidak ada siapapun yang berbicara setelah kejadian itu. Bibi joyi juga berhenti menangis dan sekarang makan dengan tenang di depanku.
Disisi lain, tuan Jeon menatap jungkook yang sekali-kali memasuki makanan ke dalam mulutnya.
"Apakah kau benar-benar marah padaku jung?" Tuan Jeon membuka pembicaraan yang tidak dihiraukan oleh empunya. Jungkook terus melanjutkan makannya, dia melihat piring ku dan menatap wajahku.
"Apakah kamu sudah selesai?" Tanyanya yang ku balas dengan anggukan. Sejujurnya nafsu makan ku sudah hilang sejak perdebatan tadi.
"Jungkook, appa bertanya padamu" ucap jennie dengan nada kesal di dalam suaranya, sedangkan jungkook hanya diam meminum jusnya.
Aku mendengar tawa kecil bibi joyi yang membuatku menatapnya. "Jadi rosé, sebenarnya apa yang membuatmu jatuh cinta pada jungkook?"
Semuanya menoleh padaku. Aku merasakan jungkook mengeratkan genggaman tangannya dibawah meja.
"Apakah kamu menyukai tipe anak nakal sepertinya? Atau mungkin kamu hanya ingin memanfaatkannya saja?"
Jungkook berancang ingin berdiri tapi langsung ku tahan dan memberi isyarat agar dia tenang. Aku kembali menatap Bibi Joyi yang persis di depanku.
"Aku bukan ingin menilainya, tapi.. bukankah itu sifat yang sangat buruk karena dia bisa menjawab appa-nya? Seharusnya kebiasaan seperti itu harus dibuang." tambahnya.
"Maaf sebelumnya, tapi kau tidak tahu apa-apa tentangnya." aku menghela napas sebelum melanjutkan.
"Dia baik, perhatian, dan penyayang. Ya, dia memang berani menjawab Papa-nya, tapi mungkin saja karena mereka berdua mempunya masalah pribadi. Aku tahu Jungkook, dia tidak akan melakukan hal itu jika tidak ada alasan." jawabku dipenuhi senyuman.
Bibi Joyi mengeraskan rahangnya dan meminum wine-nya dengan cepat.
"Mengapa kita jadi membicarakan Jungkook? Biarkan saja dia, ku yakin suatu saat itu semua akan berubah. Dan kau tidak mempunyai hak untuk mengatur adik ku. Kau bukan siapa-siapa disini." Irene menatap Bibi Joyi bosan.
"Apa itu bagian dari pekerjaanmu sebagai jalang?" tanya Irene yang membuat Taehyung dan V tertawa.
"Sepertinya bukan hanya Jungkook saja yang harus membuang kebiasaan seperti ini." Bibi joyi tersenyum paksa.
"Tepat sekali, kami berenam adalah saudara. Kami memiliki marga yang sama, yaitu Jeon. Apa kau tidak tahu itu?" Irene bersender di kursinya.
"Aku sedari tadi berpikir, mengapa tampaknya- Kau tidak menyukai Jungkook dan Lojey bersama." V membuka suaranya.
"Jangan bilang.. kau sedang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan adik kami?" tambah Taehyung lalu dia tertawa dengan kembarannya dan Irene.
"Tidak apa-apa, Tae. Apa kau tahu prinsip perempuan jalang itu? Umur tidak apa-apa yang terpenting adalah harta." sahut Irene dan mereka bertiga kembali tertawa.
"Aku tidak tahu apa yang kalian katakan." Bibi Joyi juga ikut tertawa.
"Oh, selain jalang ternyata kau bodoh juga ya." kata-kata V membuatnya berhenti tertawa.
"Ekhm... Aku prihatin dengan Rosé. Karena lihat, Rosé tampak seperti bidadari. Sayang sekali dia harus bersanding dengan iblis."
"Jadi, kau mencoba mengatakan bahwa Jungkook adalah iblis, begitu?" tanya Taehyung dengan mata sinisnya.
"Mungkin? Hahaha."
"Jangan khawatir, harga diriku lebih tinggi daripada mu, jalang." bisik Jungkook, yang menghentikan tawa Bibi Joyi.
"Kamu memalukan."
"Hanya setahun sekali ku mengunjungi mu. Beginikah kau memperlakukan tamuku?" lanjut Tuan Jeon seraya menatap tajam anak-anaknya.
"Kau lebih memalukan."
"Sekali kau berkunjung, kau bahkan membawa jalang pulang bersama." ucap Jungkook dingin, dan mereka berdua adu tatap dengan sengit.
"Aku tidak tahu darimana kamu mendapatkan kebiasaan itu, Kook."
"Kau ingin tahu?"
"Aku mendapatkan itu semua dari seseorang yang sering dipanggil Papa oleh saudaraku yang lainnya."
"Jeon Jungkook!" peringat Jimin yang hanya diam menyimak sedari tadi.
"Apa itu adalah sikap yang baik, Rosé?" Bibi Joyi tertawa puas dengan kata-katanya sendiri.
Aku tidak berniat mengucapkan sepatah kata pun, karena hasilnya akan sama saja kalau berbicara dengan makhluk yang pikirannya tertutup.
Dia tidak mengerti Jungkook.
Satu-satunya hal yang tidak diinginkan Jungkook adalah wanita yang bersama dengan Papanya.
Tuan Jeon berdiri dan menatapku, "Maaf, Rosé. saya tidak menerima mu untuk bersama anak saya."
Badanku melemas ketika mendengar ucapannya. Apa aku melakukan suatu kesalahan?
Bukankah sepertinya beberapa waktu yang lalu semuanya baik-baik saja?
Dan juga tidak ada tanda-tanda bahwa Tuan Jeon tidak suka padaku.
"Jangan atur hidupku."
"Menurutku Jungkook hanya akan membawa pengaruh buruk untukmu. Dia adalah laki-laki yang sangat keras kepala dan anak yang kasar. Aku tidak ingin orang sepertimu jatuh ke tangan putraku. Sebaiknya kamu cari saja laki-laki yang lebih baik darinya." jelas Tuan Jeon.
Jungkook segera berdiri dan menggebrak meja makan keras, tangannya terkepal erat.
"TARIK SEMUA KATA-KATA MU ITU! KAU TIDAK TAHU APA-APA TENTANGKU!" teriak Jungkook dan napasnya tersengal-sengal.
Kesabarannya sudah diujung batas hingga mukanya memerah marah.
"Makan malam sudah selesai, sekarang kalian bisa pergi." Tuan Jeon berdiri dan meninggalkan ruang makan bersama Bibi Joyi dibelakangnya.
Sebelum mereka berdua berbelok keluar dari ruang makan, Bibi Joyi menoleh dan tersenyum puas seakan mengejek kami semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
School Of Vampire ✔
Fiksi PenggemarRoséanne Park, dia tidak tahu bahwa dirinya adalah manusia setengah vampire. Rosé adalah vampire muda yang tidak bisa mengendalikan kekuatannya. Dia diberi kesempatan untuk bertemu dengan 8 siswa tidak biasa di bloody dawn High School. And welcome t...