[39]

2.3K 362 20
                                    

•Rosé POV
  
  
Aku terus berjinjit dan berusaha melihat Lisa yang sudah berhadapan dengan Joyi. Serta di belakangnya terdapat Mr. Hwang, Tuan Jeon dan dengan semua anaknya kecuali Jungkook.

Dan juga ada beberapa.. Tunggu, ini bukan beberapa, mungkin ada semua(?) siswa bloody dawn highschool yang ikut datang kesini.

Sangat ramai.

"Siapa kau berani-beraninya menyuruhku?" tanya Joyi angkuh.

"Kami adalah siswa dari bloody dawn highschool, dan kami bersama-sama akan membawa Jungkook dan Rosé untuk pergi dari sini."

Mereka semua menjawab bersamaan yang membuat seluruh tubuhku seketika merinding.

Joyi menyuruh orang yang memegangi tanganku dan Jungkook untuk membawa kami berdua ke depan.

Mereka mendorong kami hingga tersungkur dan terduduk di tanah. Tepatnya di samping Joyi dan berhadapan langsung dengan Lisa.

Seluruh badanku masih sakit dan nyeri. Sekarang ditambah dengan perih di lutut ku, dan ternyata benar saja, lutut ku mengeluarkan darah karena tergesek langsung dengan tanah bebatuan.

"Apa? Siapa yang akan kalian bawa? Rosé? Apa kalian semua sudah gila?" Joyi menunjukku lalu tertawa, "Kalian ingin membawa monster ini, huh? Dia seorang gevaator dan akan membunuh--"

"Tidak semua gevaator adalah pembunuh." potong Lisa cepat.

"Apa kau bisa membuktikan ucapan mu itu? Pembunuh tetaplah pembunuh."

"Sejak dia beberapa hari menginjakkan kaki di sekolah kami, kami menyadari bahwa Rosé adalah seorang gevaator. Kalau Rosé memang jahat, dia pasti sudah membunuh kita semua di sana."

Aku tertegun ketika mendengarkan jawaban dari Lisa. Mereka tahu bahwa aku adalah gevaator? Tapi bagaimana? Apa Jungkook menyebarkannya? Tapi itu tidak mungkin.

"Apa kamu terkejut, Rosé?"

Aku beralih ke mr. Hwang yang menatapku sambil tersenyum.

"Kami menyadari ketika kamu menyelamatkan Jungkook dari ratusan pisau di ruang makan waktu itu."

"Tapi--"

"Kami akan membicarakan ini nanti lagi, Rosé." Jimin beralih menatap Joyi yang berada di samping ku. Dia terlihat sangat tenang dan tidak gugup maupun takut sama sekali.

"Apa kau tahu, berapa ribu siswa bloody dawn highschool yang turut datang ke sini?"

Jimin dan Joyi saling tatap dan kemudian Joyi mengangkat tangan kirinya ke udara.

"Lepaskan saja mereka." perintahnya dengan dingin ke orang-orang yang mengawasi ku dan Jungkook.

Kedua tanganku akhirnya terlepas dari tali yang mengikat sedari tadi, lalu aku segera memeluk Jungkook yang dibalas juga olehnya.

Bahkan lebih erat dari pelukanku.

"Rosie.. Astaga lutut mu berdarah! Maaf aku menjadi lemah dan tidak bisa melindungi mu tadi. Maafkan aku."

Aku menggelengkan kepala sebagai jawaban dan juga senyum tipis yang menandakan bahwa aku tidak apa-apa.

"Jungkook, Rosé, apa kaki kalian baik-baik saja? Bisa berdiri? Ah, sini aku bantu." tanya Irene berturut-turut lalu berakhir membantu ku dan Jungkook untuk berdiri. Begitu pula dengan Jennie.

Mari kita fokus lagi dengan Lisa juga Jimin yang terlihat sangat marah dengan Joyi.

"Kami tidak ingin membuat masalah." ucap Tuan Jeon.

Sedangkan Joyi yang sedang beradu tatap dengan Lisa dan Jimin teralih lalu memberi tatapan lembut ke Tuan Jeon.

Dasar ular.

"Aduh, aku juga tidak menyukai masalah. Jadi jika itu mau mu, berikan saja Rosé kepada kami untuk menyelesaikannya dalam diam. Ya, tanpa membuat kekacauan."

"Mengapa kau ingin sekali mendapatkan Rosé?"

Joyi beralih menatap V masih dengan senyuman anehnya, "Sederhana saja. Dia adalah monster, dan jika kita tidak membunuhnya makan keadaan akan menjadi terbalik. Dia yang akan membunuh kita."

"Rosé bukan monster!!" teriak Jungkook lalu dia ingin berjalan ke Joyi tapi langsung saja ditahan oleh Irene.

"Ya dia!" Joyi menunjuk ku.

"Aku bisa melihat masa depan, gadis itu akan membunuh kita dan akan menghancurkan kota ini. Aku mencoba menjadi pahlawan di sini! Aku bukan pemeran antagonisnya! Dia akan menghentikan waktu dan dia akan membunuh kita saat kita membeku ditempat! Apa kalian ingin mati?!" teriak Joyi beruntun hingga dia kehabisan nafas.

Tetapi tidak lama kemudian datanglah bola-bola api yang mengenai lengan Joyi hingga dia berteriak kesakitan.

Aku tentu tahu siapa pemilik bola api itu. Tentu saja seorang Jungkook Jeon. Dia terus melemparkan bola-bola itu dengan amarah yang terlihat jelas.

"Rosé tidak akan membunuh kita! Sudah berapa kali ku beritahu padamu, apa kau tidak mengerti, huh?! Dasar jalang bodoh!"

Aku segera memeluk lengan Jungkook yang tentu saja selalu berhasil meredakan emosinya.

"Jungkook, sudah cukup."

"Tidak, aku tidak akan membiarkan monster itu hidup!"

"Rosé berbeda dengan gevaator yang lainnya. Dan tidak semua gevaator jahat seperti yang kau pikirkan." Lisa membuka suaranya lagi.

"Beda? Dia tidak berbeda, dia juga monster seperti papanya ataupun nenek moyangnya!"

"Jika disini ada monster, kau lah monsternya, Joyi! Kau lah monsternya!" seru Irene yang langsung membuat Joyi menatapnya.

"Monster... " gumamnya lalu perlahan seringaian tercetak di bibirnya.

Apa dia gila?

"Benar... Monster!" Joyi berteriak seperti kesetanan lalu mengambil pedangnya, "Aku akan membunuh dengan sesama monster."

"Kamu tidak ingin masalah? Tapi aku ingin masalah." dia tiba-tiba menghilang dari penglihatan Kami semua.

Semua orang terdiam sampai aku merasakan seseorang mencengkram pinggang ku dan merasakan besi dingin di bagian leher sebelah kanan.

Seratus persen aku yakin itu adalah Joyi.

Aku hanya bisa menelan ludah tanpa bergerak sama sekali atau besi panjang nan dingin ini memotong leherku.

"Ayo kita mulai permainan yang sebenarnya."

Kami berdua seketika menghilang dari area alun-alun dan juga menghilang dari pandangan Jungkook.









 
 
 
 
 
 
  
  
  
 
  
  
 
  
  
  
    
 
 
 
 
 
  
  
  
 
  
  
 
  
  
  
  

                                                                                     

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
School Of Vampire ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang