[24]

2.9K 432 11
                                    

•Jungkook POV
  
 
Aku terpaksa meninggalkan Rosé di atas rooftop ketika merasakan ada energi aneh mengawasi kami.

Aku berteleportasi lebih dekat ke energi aneh itu. Dan benar saja, ada seorang siswi yang mengawasi diriku dan Rosé dari rooftop yang bersebelahan dengan gedung ku tadi.

"Kemana Jungkook pergi?"

Aku tertawa dalam hati setelah mendengar pertanyaan yang keluar dari mulutnya.

"Apak kau mencari ku?"

Dia terkejut dan perlahan membalikan badannya. Seorang gadis yang sepertinya berada di tahun ke-2.

Aku mendekatinya lalu menampar pipinya, dia terjatuh ke lantai. Aku marah, aku tidak peduli dia laki-laki atau perempuan.

"Kenapa kau mengawasi kami?" aku bertanya dengan nada sedingin mungkin.

Dia mendongak menatapku, terlihat jelas ada ketakutan di dalam matanya.

"Jawab."

Dia berlutut di depanku dan menangis, "A-aku diperintahkan oleh seseorang, maafkan aku."

"Siapa yang telah memerintahkan mu?"

Dia terdiam cukup lama sebelum menjawab, "Itu.. Itu Jimin."

Kerutan di kening ku menghilang. Dia memang sudah sangat curiga pada Rosé semenjak permainan maze kemarin.

Aku berjongkok di hadapan dan menyentuh luka di pipinya, luka tamparan ku tadi.

Aku mengucapkan mantra di dalam hati yang membuat luka merah itu menghilang perlahan. Dan juga untuk menyalin beberapa informasi tentang rencana Jimin dengan gadis ini.

"Pergi. Dan lain kali, jangan lakukan hal konyol seperti ini lagi. Atau aku akan mengeluarkan mu dari sekolah."

Setelah memberikan ancaman tersebut aku berdiri dan berteleportasi depan kamar ku.

Tidak maksudnya, kamar ku dan kakak ku yang lainnya. Kami semua di tempatkan di satu ruangan yang sangat luas dengan beberapa kamar didalamnya.

Jimin... Laki-laki pendek itu, dia tidak akan tinggal diam sampai dia mendapatkan keinginannya.

Aku mengintip di jendela yang gordennya sedikit terbuka. Ada Jimin di ruang tengah yang sedang duduk di sofa menyesap teh nya dengan tenang.

Aku segera merubah penampilanku menyerupai gadis suruhan Jimin tadi lalu mengetuk pintu yang bertulis 'THE JEON'S FAMILY' di atasnya.

"Tuan Jimin."

"Masuk."

Aku memutar kenop pintu lalu masuk menghampiri Jimin yang masih duduk di sofa.

"Duduk."

Aku duduk di depannya dan dia tersenyum kepada ku.

"Apa yang kau temukan?" Jimin menaruh cangkir tehnya lalu menopang dagu di kursi.

"Lebih banyak, tuan Jimin."

"Benarkah? Baiklah, beri tahu aku semuanya." senyumannya semakin  melebar.

"Tapi sebelum itu tuan Jimin, mengapa kau ingin tahu yang sebenarnya tentang mereka berdua?"

"Katakan saja semua info yang kau dapat padaku."

Emosiku sudah diambang batas. Aku berdiri lalu menarik kerah bajunya dan kembali ke wujud asliku. Aku meninju wajahnya hingga dia hampir jatuh ke lantai.

"Kenapa kau begitu licik?" aku meraih kerahnya lagi dan mengangkatnya tinggi-tinggi sampai dia harus berjinjit agar tidak tercekik.

"Kau rela menyewa seorang untuk menjadi mata-mata hanya untuk menjawab omong kosong di otakmu itu!"

"Aku tahu kau pasti menyembunyikan sesuatu tentang Rosé." katanya yang membuat ku tertawa.

"Tidak ada sesuatu yang ku sembunyikan tentang dia, kubur saja rasa ingin tahu mu itu. Tidak berguna!"

Aku kembali meninju wajahnya tanpa melepaskan cengkraman di kerahnya.

"Aku tahu dia bukan manusia!"

Aku langsung mencekiknya dan menatapnya dengan tatapan yang sangat tajam.

"Dia! Manusia biasa, lupakan saja pemikiran sampah mu tentang Rosé"

Jimin berusaha melepaskan cekikan-nya yang malah semakin ku tekan.

"Ya, sepertinya- Yak! Kau gila?!"

Seseorang menarik ku menjauh dari Jimin.

Jimin terjatuh ke lantai dan langsung menghirup udara sebanyak-banyaknya. Dia terbatuk sambil memegang lehernya.

"Apa yang sedang kalian lakukan?!"

Itu adalah para si kembar.

Taehyung dan V menarikku untuk menjauh dari Jimin, sementara Irene dan Jennie mereka membantu Jimin yang kesusahan bernafas.

"Jungkook? Kenapa kamu mencekik Jimin hingga lehernya memerah seperti ini?!" tanya Jennie marah.

"Kamu hampir membunuhnya!" timpal Irene.

Aku melepaskan cengkeraman Taehyung dan V dari tangan ku, "Kau tahu? Dia sangat mencurigai Rosé, bahkan dia sampai menyewa seseorang untuk memata-matai ku dan Rosé! Itu privasi ku!"

Mereka semua menatap Jimin yang bersender di samping sofa.

"Karena itu? Tapi dia kakakmu bodoh! Kau hampir membunuhnya!"

"Aku tidak peduli! Aku tidak peduli apakah si pendek itu kakak ku atau bukan." tatapan tajam ku pada jimin belum melunturkan sampai sekarang.

"Kau! Jika lain kali kau menyewa mata-mata lain untuk memata-matai ku dan Rosé, aku tidak akan tinggal diam dan aku tidak akan memaafkan mu sampai kapan pun itu!"

"Ingat itu." aku menekan ucapan ku sebelum berteleportasi keluar kamar.

Aku menghela napas dan melihat jam tangan mewah yang bertengger di tangan kiri. Ternyata sudah tiga puluh menit aku meninggalkan Rosé di rooftop.

Aku segera berteleportasi lagi ke rooftop. Rahangku hampir terjatuh ketika tidak menemukan Rosé di sana.

Sial, dimana dia?

 
 
 
 
 
 
  
  
  
 
  
  
 
  
  
  
    
 
 
 
 
 
  
  
  
 
  
  
 
  
  
  
  

                                                                                     

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
School Of Vampire ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang