[Karya 7]
[Sequel The soldiers'second love]
Kembali ke tanah air membuat Aldebaran kembali tinggal bersama dengan sang istri setelah setahun pergi bertugas di luar negeri untuk negara.
Chika, seorang mahasiswi ketua demo di universitasnya harus men...
Tembus 300 komen+vote gue double up hari ini juga:))
Bisa?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
26. Baikan
Chika terus menerus mengganti-ganti saluran televisi, bukan karena dia gabut hanya saja dia sedang duduk berdua dengan Al yang baru saja pulang dengan wajah capeknya duduk disofa bersebelahan dengan Chika. Awalnya dia mau lari pergi ke kamar, tapi Al mencegahnya dengan menggenggam tangannya.
"Ck, Al! Lepas tanganku!" ketus Chika yang menguncang-guncang bahu Al. Pria itu masih menyenderkan kepalanya di sandaran sofa dengan mata terpejam.
"Aldebaran!"
Al tak menghiraukan ucapan dan makian Chika. Dia tau jika istrinya itu sedang cemburu padanya, itu sukses membuat Al frustasi sepanjang hari ini.
Melihat Al bergeming, Chika jadi teringat nasehat Olin tadi di chatting. Olin berkata jika Chika cemburu karena Al seakrab itu dengan orang lain, maka Chika harus mengakrabkan diri pada Al seperti yang di lakukan Vivian.
"Mas Al, lepas dong."
Al membuka matanya, dia duduk menghadap Chika dengan tatapan berseri. Hal itu membuat Chika risih.
"Ke-napa liat aku kayak gitu?" tanya Chika.
Al tersenyum, "Kamu barusan manggil saya apa?"
"Mas Al? Kenapa? Aneh yah, kedengaran nggak pantes yah kalau aku yang ngomong?"
"Saya nggak ngomong gitu,"
"Terus? Ah, mungkin kamu nggak suka yah aku panggil-,"
"Saya suka, suka banget malah."
Chika tertunduk menahan rona merah di pipinya. Al mengusap pungging kedua tangan Chika dengan lembut dan menciumnya.
"Maaf soal kemarin, harusnya saya tau situasi."
"Hm, gak apa-apa. Lagi pula itu salahku kok, nggak seharusnya aku cemburu nggak jelas gitu," ujar Chika. "Padahal aku tau kalau kamu cuma buat aku."
Al terkekeh, lalu dia mencium kening Chika. Dia mengusap pipi Chika dengan lembut dengan satu tangannya yang lain masih menggenggam.
"Jadi, kapan kamu mau saya rubah cara bahasa saya menjadi aku?"
Chika mengedipkan matanya berulang kali, "Hah?"
"Aku mencintaimu, Chika."
Belum selesai dengan keterkejutan tadi, Chika kembali di kejutkan oleh kata-kata Al. Memang suaminya ini paling pandai membuat jantung orang berdebar—eh, atau hanya Chika saja yang begitu?
