Bab 36 | Masa Lalu Aldebaran

5.6K 619 270
                                    

Awal tahun apa aja yang mau kalian lakukan??

Yang belum follow Instagram author kalian gak keren!

@armelitaptr_

Gece di follow, wkwk



Gece di follow, wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

36. Masa Lalu Aldebaran

Chika menatap heran sebuah nisan bertuliskan nama gadis yang baru-baru ini dia tahu adalah mantan Al.

Nindia Pramesti. Atau bisa kita panggil, Almarhumah Nindia.

Tak pernah terpikirkan oleh Chika bahwa Nindia sudah tiada sejak gadis itu masih duduk di bangku SMA. Apa karena hal itu Al sampai tidak bisa melupakan gadis ini?

Al menabur bunga di atas makam yang nampak terawat itu, entah itu karena keluarganya yang merawatnya atau karena Al yang sering datang kemari, tapi satu hal yang pasti Al sangat senang datang kemari.

"Dia meninggal tepat saat kami duduk di kelas duabelas, lebih tepatnya saat menjelang ujian dia meninggal," tutur Al yang kini berdiri di samping Chika sambil menatap kuburan Nindia.

"Mungkin rasa bersalahku lebih besar daripada rasa sayangku padanya, jujur sebelum dia meninggal kami sempat bertengkar," Al terkekeh, "atau lebih tepatnya aku yang ngeyel tak mendengarkan nasehatnya."

Chika menatap Al, mengernyitkan dahinya tanda tak paham akan cerita Al yang tak lengkap.

"Seharusnya dia nggak menemui aku hari itu, seharusnya dia tetap di rumah dan membiarkan aku pergi bersama mereka. Tapi dia keras dan malah berakhir gini,"

"Mereka?" ulang Chika.

Al bungkam, dia memilih mengalihkan obrolan. "Ini udah mau sore, kita pulang aja yuk."

"Nggak, kamu belum kasih tau semuanya secara lengkap."

"Chika, lebih baik kamu tidak mengetahui apapun daripada kamu tahu segalanya namun harus merasakan kehilangan."

"Tapi-,"

"Cukup sekali aku merasakan kehilangan, aku gak bisa menahan rasa bersalah untuk kedua kalinya."

Chika tertegun melihat kesungguhan Al dalam kata-katanya. Walaupun Chika tak tau bagaimana ceritanya, tapi Chika dapat merasakan sakitnya.

"Ada apa dengan masa lalu kamu? Kenapa rasanya sakit?" lirih Chika.

Al tersenyum kecut, dia mengelus pipi Chika sambil menelan saliva yang nampak sulit untuk ditelan.

"Yang terpenting saat ini bukan tentang bagaimana masa laluku, tapi bagaimana kita bisa menyimpannya dan memulai lembaran baru. Bagiku cukup kepercayaan dan cinta kamu, itu sudah sempurna untuk memulai lembaran baru."

AldebaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang