36.

10.2K 428 3
                                    

"Pagi Pak!" Sapa para staff ramah pada pemimpin perusahan alias CEO sekaligus pemilik perusahaan.

Akan tetapi yang disapa malah cuek tidak menganggap sapaan orang lain padanya, Arkan mengabaikannya menganggap hal itu hanyalah angin lalu baginya. Laki-laki itu dengan wajah kecut menyiratkan kekesalan mendalam terus berjalan menuju ruang kerjanya tanpa memperdulikan siapapun.

Sampai di dalam ruang kerjanya, Arkan langsung menghempaskan diri duduk di kursi kebesarannya. Dia tak melakukan apapun selain diam dengan pikiran sibuk memikirkan isterinya di rumah dan juga permasalan yang sedang disembunyikannya. Andaikan saja Daren tidak berbuat ulah mungkin pagi ini Arkan masih bermalasan di atas tempat tidur mengganggu Keysa, ah betapa menyenangkannya hal itu.

Namun Arkan bisa apa, dia dalam dilema tidak dalam keadaan mampu mewujudkan keinginannya. Antara mengungkapkan yang sebenarnya beresiko membuat Keysa pergi darinya atau dengan tetap diam yang mengakibatkan hal seperti sekarang ini. Keduanya sama-sama tidak menguntungkan dan mengakibatkan Arkan semakin pusing saja memikirkannya.

Arkan mendengus kesal merutuki nasibnya, bersamaan dengan itu tiba-tiba pintu ruangannya terbuka memunculkan sekretarisnya dari balik pintu.

"Maa--"

"Siapa yang mengijinkanmu masuk? Kemana etikamu? Dasar tidak punya sopan santun!!" Bentak Arkan mengeram marah tak suka diusik, memotong ucapan sekretarisnya yang bahkan belum selesai sekatapun.

"Sa-saya sudah mengetuk, tapi Bapak tak kunjung menyahu--"

Arkan memotong kembali untuk yang kedua kalinya. "Jadi kamu pikir, karena hal itu kamuh berhak mengusik saya? Dasar wanita bodoh! Cepat angkat kakimu dari ruanganku!!"

"Tapi Pak saya hanya ingin mengatakan bahwa Bapak ada pertemuan dengan klien kita dar--"

"Apa kamu tidak paham dengan perkataan saya? Keluar, angkat kakimu saya muak melihatmu!" Bentak Arkan lagi-lagi kembali memotong perkataan sekretarisnya.

"Tapi Pak ..."

"Keluar dari ruangan saya secepatnya dan ingat jangan coba-coba mengulangi kesalahanmu atau kamu terpaksa angkat kaki dari perusahaan ini!" Peringat Arkan tegas membuat sekretasisnya takut dan segera keluar dengan wajah lesunya memendam segala umpatan di dalam batinnya.

Arkan menghela nafasnya panjang, selang beberapa saat tak lama kemudian Daren dengan seorang wanita yang tinggal bersamanya di apartemen miliknya, masuk seenaknya dan menghampiri Arkan.

"Buset, sekrataris loh habis kamu apain, mukanya sampe pucat gitu? Sumpah!" Celetuk Daren tanpa dipersilahkan langsung duduk di sofa. "Hey, Nia. Ngapain masih berdiri ayo kemarilah jangan buat bayiku kecapean atau lelah," lanjut Daren saat menemukan Nia yang ikut bersamanya tadi masih berdiri.

"Untuk apa kalian kemari?" Tanya Arkan tanpa basa basi, langsung ke intinya.

Baru saja dirinya merasa marah akibat aktivitas memirkirkan Keysa dan juga permasalahannya terganggu oleh sekretarisnya, tapi sekarang kehadiran Daren dan Nia diyakininya pasti akan menggangu dan pastinya akan menambah beban masalahnya. Sialan.

"Kamu habis memarahi sekretarismu?" Daren mengabaikan pertanyaan Arkan dan malah balik bertanya.

"Bukan urusanmu," jawab Arkan dengan ketusnya.

Daren mengangguk tanpa tersinggung dia mengangkat bahunya acuh. "Oh, yasudah."

"Sekarang katakan, apa maksudmu datang kemari?" Tanya Arkan lagi.

Daren tidak langsung menjawab dan malah menatap Arkan dengan aneh. "Ada apa dengan tampilanmu, Dude? Bagaimana jadinya kamu tampak berantakan dan tidak tampan lagi? Lihatlah Arkan, Nia. Bukankah perkataanku benar? Dia tampak tak terurus dan kadar ketampanannya berkurang jelas."

"Hm," jawab Nia singkat membenarkan.

Hal itu membuat Arkan menjadi geram dan marah. "Berhentilah mengoceh hal yang tidak penting! Cepat katakan apa tujuanmu datang menemuiku atau silahkan keluar dan jangan menggangguku. Aku masih banyak pekerjaan," tegas Arkan sambil menatap tajam Daren.

"Baiklah, ok aku akan mengatakannya. Hm begini ... jad--"

"Cepatlah katakan dan jangan bertele-tele," kata Arkan memperingatkan.

"Bayiku ingin makan masakan buatan wanita peliharaanmu." Daren tampa merasa bersalah telah mengatai Keysa dengan mudahnya.

"Apa maksudmu?" Tanya Arkan tidak mengerti.

Mendengar hal itu Nia yang sedari tadi hanya diam pun menghela nafas panjang. Tampaknya dua pria dewasa dihadapannya akan terus berdebat jika tidak segera dihentikan.

"Aku ingin makan soto buatan Keysa." Nia menengahi keduanya menjelaskan maksud ucapan Daren.

"Oh, kamu sedang mengidam," angguk Arkan paham, membuat Daren dan Nia berpikir bahwa Arkan akan membantu mereka mendapatkannya.

"Kamu maukan meminta Keysa membuatkannya untukku?" Tanya Nia.

"Katakan pada wanita peliharaanmu itu, agar memasak dengan lezat agar bayiku menyukainya," timpal Daren dengan seenaknya.

Arkan hanya mendengus mendengarkan hal itu. "Kamu punya banyak uang, kenapa tidak membelinya saja? Atau kamu saja yang memasaknya, Daren. Oh ya, berhentilah mengatai Keysa dengan sebutan wanita peliharaanku, dia itu isteriku bukan hewan."

"Ya-ya, baiklah. Aku takkan mengatai isterimu itu. Tapi ayolah, Dude. Ini demi juga demi bayiku, calon keponakanmu apa kamu tega melihat dia ileran suatu hari nanti. Ok, jika itu masalah uang, aku akan membayarnya, tidak masalah."

"Oh, ya! Memangnya kamu sanggup berapa?" Tantang Arkan membuat Daren tak ayal segera mengeluh.

"Kita ini teman, apakah memberikan bantuan pada teman harus meminta imbalan?" Protes Daren plin-plan.

Sebenarnya Daren bukan tidak mampu membayar harga semangkuk soto yang tak seberapa, namun jika Arkan yang menjualnya, Daren yakin harganya pasti membuatnya bangkrut dan menjadi gembel setelah membelinya.

"Ch, kamu ini. Selalu saja berbuat ulah serta menyusahkanku. Setelah membuat Syaniah hamil yang bisa saja berpotensi menyebabkan Keysa kabur dariku jika mengetahuinya, sekarang kamu juga malah menambah kesusahanku. Besok apalagi, Daren?"

"Ayolah, Dude! Kita ini teman sekaligus juga rekan bisnis yang saling menguntungkan." Daren dengan wajah memelas membujuk sampai akhirnya Arkan mengangguk.

"Ck, menyusahkan saja!" Dengus Arkan mengangguk mengiyakan dengan setengah hati.

***

To be continued
20-Desember-2020

Unwanted Love [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang